Naruhito

Kaisar Jepang ke-126 (2019-Sekarang)

Naruhito (徳仁, lahir 23 Februari 1960) adalah Kaisar Jepang ke-126 dan secara resmi berkuasa sejak 1 Mei 2019. Masa kekuasaannya disebut dengan zaman Reiwa (令和) yang bermakna "keselarasan nan indah."[1] Gelar masa kecilnya adalah Pangeran Hiro (浩宮 Hiro-no-miya).

Naruhito
徳仁
Naruhito pada tahun 2015
Kaisar Jepang
Berkuasa1 Mei 2019 – sekarang
PendahuluAkihito
KelahiranNaruhito (徳仁)
23 Februari 1960 (umur 64)
Tokyo, Jepang
PasanganOwada Masako
Keturunan
Detail
Aiko, Putri Toshi
Nama dan tanggal periode
Reiwa (令和): 1 Mei 2019 — sekarang
WangsaYamato
AyahAkihito
IbuShōda Michiko
AgamaShinto

Naruhito menjadi kaisar setelah ayahnya turun takhta pada 30 April 2019. Dia merupakan Kaisar Jepang pertama yang lahir setelah Perang Dunia II.[2][3]

Awal kehidupan dan pendidikan

 
Bendera untuk putra mahkota jepang

Naruhito lahir pada 23 Februari 1960 jam 4:15 pm pada masa kekuasaan kakeknya, Hirohito, Kaisar Showa, di Rumah Sakit Badan Rumah Tangga Kekaisaran di Istana Kekaisaran Tokyo. Sebelum kelahiran Naruhito, terdapat penentangan terhadap pernikahan kedua orangtuanya, Akihito dan Shoda Michiko, lantaran Michiko lahir dari keluarga non-bangsawan penganut Katholik. Dikatakan bahwa ibu Akihito, Permaisuri Kojun, merupakan salah satu penentang kuat pernikahan putranya.

Masa kecilnya dilaporkan bahagia dan dia senang melakukan kegiatan semacam bermain biola,[4] mendaki gunung, dan menikmati jogging.[5] Saat kecil, dia dianugerahi gelar Pangeran Hiro (浩宮; Hiro-no-miya).

Saat berusia empat tahun, Naruhito terdaftar di Gakushūin, lembaga pendidikan di Tokyo tempat keluarga bangsawan Jepang mengirim anak mereka bersekolah. Naruhito lulus dari Universitas Gakushūin pada Maret 1982 dengan gelar Bachelor of Letters pada bidang sejarah. Pada bulan Juli tahun berikutnya, dia mengikuti program Bahasa Inggris intensif tiga bulan sebelum masuk Merton College, Universitas Oxford, di Britania Raya, tempat dia mengikuti kuliah hingga 1986.

Saat menjadi mahasiswa Oxford, Naruhito melakukan perjalanan keliling Eropa dan bertemu beberapa keluarga istana, termasuk keluarga kerajaan Britania. Tata krama di sana yang terbilang longgar untuk ukuran Jepang membuat kagum Naruhito. "Ratu Elizabeth II," dia mengatakan dengan terkejut, "menuangkan tehnya sendiri dan menyajikan sandwich." Dia juga sempat bermain ski dengan Hans-Adam II, Pangeran Liechtenstein, berlibur di Mallorca bersama Juan Carlos I, Raja Spanyol, juga berlayar bersama Harald V (Raja Norwegia), Sonja Haraldsen (Permaisuri Norwegia), dan Beatrix (Ratu Belanda).

Saat kembali ke Jepang, Naruhito kembali terdaftar di Universitas Gakushūin untuk mendapat gelar Master Humaniora di bidang sejarah, berhasil mendapat gelar tersebut pada 1988.

Peran

Hirohito mangkat pada Januari 1989 dan Akihito naik takhta sebagai kaisar yang baru. Sebagai putra tertua Akihito, Naruhito dinobatkan sebagai putra mahkota kekaisaran (皇太子, Kōtaishi) pada 23 Februari 1991.

Naruhito tertarik pada kebijakan air dan pelestarian air. Pada Maret 2003, dalam perannya sebagai presiden kehormatan World Water Forum ketiga, dia menyampaikan pidato dalam acara pembukaan forum yang berjudul "Waterways Connecting Kyoto and Local Regions". Dalam kunjungannya ke Meksiko pada 2006, dia memberikan pidato utama pada acar pembukaan World Water Forum keempat, "Edo and Water Transport". Pada bulan Desember 2007, dia memberikan ceramah peringatan dalam pembukaan KTT Air Asia-Pasifik pertama, "Manusia dan Air: Dari Jepang ke Wilayah Asia-Pasifik".

Naruhito juga menjadi patron bagi Olimpiade Musim Dingin 1998. Dia juga menjadi perwakilan Jepang dalam berbagai kunjungan kenegaraan. Dia juga pendukung Organisasi Kepanduan Sedunia dan pada 2006, menghadiri Nippon Jamboree ke-14. Naruhito juga menjadi wakil presiden kehormatan dari Palang Merah Jepang (日本赤十字社, Nippon Sekijūjisha) sejak 1994.

Pada 30 April 2019, Kaisar Akihito secara resmi turun takhta dan merupakan kaisar pertama yang melakukannya sejak 200 tahun terakhir dalam sejarah Jepang. Naruhito secara resmi menjadi kaisar (天皇, Tennō) ke-126 pada 1 Mei 2019 dan masa kekuasaannya dinamakanzaman Reiwa (令和) yang bermakna "keselarasan nan indah." Saat kenaikan takhta Naruhito, adik laki-lakinya, Fumihito, menjadi pewaris takhta sementara sampai Naruhito memiliki seorang putra.

Kehidupan pribadi

Naruhito pertama kali bertemu Owada Masako pada November 1986 di acara minum teh untuk Infanta Elena, saat Masako masih menjadi mahasiswi Universitas Tokyo. Naruhito segera tertarik dengannya dan mengatur pertemuan mereka beberapa kali pada pekan-pekan selanjutnya. Hal ini menjadikan mereka berdua incaran tanpa henti dari awak media sepanjang 1987.

Meskipun terdapat penentangan dari Badan Rumah Tangga Kekaisaran terhadap Masako dan Masako sendiri melanjutkan kuliah di Balliol College, Universitas Oxford, Naruhito masih menyukainya. Pada akhirnya, Masako menerima lamaran ketiga Naruhito pada 9 Desember 1992. Pihak istana secara resmi mengumumkan pertunangan mereka pada tanggal 19 Januari 1993 di Istana Kekaisaran. Pada tanggal 9 Juni 1993, Naruhito dan Owada Masako menikah di Gedung Kekaisaran Shinto di Tokyo yang dihadiri sekitar 800 tamu undangan, termasuk kepala negara dan keluarga istana Eropa, dan penonton media diperkirakan mencapai 500 juta orang di seluruh dunia.

Keturunan dan kontroversi

Pada Desember 1999, diumumkan kehamilan pertama Masako, tetapi kemudian keguguran. Pada Desember 2001, Masako melahirkan seorang anak perempuan, Putri Aiko (愛子内親王, Aiko naishin'nō), yang kemudian dianugerahi gelar Putri Toshi (敬宮, toshi-no-miya).

Pasangan Naruhito dan Masako yang hanya memiliki seorang anak perempuan setelah menikah sekian lama membuat kontroversi terkait masalah pewarisan takhta. Meski sebenarnya Jepang pernah memiliki delapan maharani (kaisar wanita) dalam sejarahnya, hukum pewarisan takhta Jepang diubah setelah Restorasi Meiji, mengadopsi sistem pewarisan takhta Prusia yang melarang perempuan untuk naik takhta. Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, hanya keturunan dari garis laki-laki dari Yoshihito (Kaisar Taisho) yang dianggap sebagai anggota resmi keluarga istana dan memiliki hak atas takhta, tidak dengan anggota Wangsa Yamato lain. Kaisar Taisho sendiri memiliki empat putra, tetapi selain putra sulungnya, garis keturunan putra-putranya terhenti lantaran tidak memiliki anak atau hanya memiliki anak perempuan. Putra tertua Kaisar Taisho, Hirohito (Kaisar Showa) memiliki dua putra, Akihito dan Masahito. Masahito tidak memiliki anak dari pernikahannya, sehingga keberlangsungan garis kekaisaran hanya melalui Kaisar Akihito yang memiliki dua putra, Naruhito dan Fumihito. Kedua putra Akihito ini sendiri tidak kunjung memiliki putra dan ini menimbulkan kekhawatiran akan matinya garis kekaisaran. Wacana untuk memperbolehkan pewarisan takhta dari garis perempuan juga mendapat penentangan. Masako sendiri dikabarkan menerima tekanan berat lantaran keadaannya yang sulit mengandung. Namun perdebatan ini mereda setelah istri Pangeran Fumihito melahirkan seorang putra, Hisahito, pada tahun 2006.

Pada tanggal 11 Juli 2008, Naruhito meminta pemahaman publik mengenai istrinya, Masako, yang menderita depresi dan didiagnosa mengalami gangguan penyesuaian dengan pihak keluarga kekaisaran. Adapun kabar bahwa Masako memiliki gangguan kejiwaan, Naruhito berkata, "Saya ingin (masyarakat) memahami bahwa Masako terus melakukan upaya maksimal dengan bantuan orang di sekitarnya untuk menghasilkan ahli waris laki-laki."

Penghargaan

Penghargaan Nasional

Penghargaan dari Negara Sahabat

Naruhito
Lahir: 23 Februari 1960
Jepang
Didahului oleh:
Akihito
Kaisar Jepang
1 Mei 2019 — sekarang
Petahana

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "'Reiwa' is Japan's New Imperial Era". Japan Forward (dalam bahasa Inggris). 2019-04-01. Diakses tanggal 2019-05-01. 
  2. ^ Enjoji, Kaori (December 1, 2017). "Japan Emperor Akihito to abdicate on April 30, 2019". CNN. Tokyo. Diakses tanggal December 1, 2017. 
  3. ^ Kyodo, Jiji (December 3, 2017). "Japan's publishers wait in suspense for next era name". The Japan Times. Diakses tanggal January 13, 2018. 
  4. ^ Hills 2006, hlm. 72
  5. ^ Hills 2006, hlm. 60

Daftar pustaka

  • Hills, Ben (2006). Princess Masako: Prisoner of the Chrysanthemum Throne. Penguin. ISBN 1585425680. 

Pranala luar