Jayengan, Serengan, Surakarta
Kelurahan Jayengan (bahasa Jawa: ꦗꦪꦺꦔꦤ꧀, translit. Jayèngan) adalah sebuah kelurahan di kecamatan Serengan, Surakarta. Kelurahan ini memiliki kode pos 57152. Kelurahan ini terletak jalan selatan Klenteng Secoyudan ke selatan pertigaan Notosuman, ke barat sampai perempatan jalan keraton, ke utara sampai perempatan Singosaren. Kelurahan Jayengan merupakan tempat tinggal para abdi dalem pengurus minuman bila ada pesta di istana. Namun sumber lain mengatakan bahwa Jayengan adalah tempat tinggal abdi dalem prajurit istana Keraton Surakarta bernama Jayagastra, prajurit Prameswari Dalem dan abdi dalem prajurit Jayantaka, prajurit berani mati, pengawal pribadi raja.
Jayengan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kota | Surakarta | ||||
Kecamatan | Serengan | ||||
Kode Kemendagri | 33.72.02.1006 | ||||
Kode BPS | 3372020006 | ||||
|
Di kelurahan terdapat kampung Carikan, yaitu tempat abdi dalem yang bertugas membuat pakaian prajurit dan pakaian raja, misalnya ikat kepala (blangkon), sabuk, epek, dan sejenis kuluk. Di kelurahan Jayengan terdapat kampung-kampung yaitu
- Jayengan,
- Gandekan/Gandhekan, tempat tinggal abdi dalem gandhek, ialah utusan raja.
- Gandhekan Kiwa (Kiri), tempat dapur umum istana.
- Gandhekan Tengen (Kanan), bertugas menjadi utusan raja.
- Kampung Keparen
- Kampung Surobawon, tempat tinggal RMNg Surobowo
- Kartodipuran, terdapat tempat tinggal kerabat keratin RT Kartodipuro, anggota prajurit Tanastra (bersenjatakan panah)
- Borotodipuaran, tempat tinggal RMNg Brotodipuro, kerabat keraton pada zaman Sunan Paku Buwana X
- Nyutran (Panyutran), tempat tinggal abdi dalem Nyutra, bersenjatakan panah dan keris
- Notokusuman (Notosuman), tempat tinggal KPH Notokusumo, salah seorang putra Sunan Paku Buwana VIII. Nama Natokusuma, kita temukan pula pada masa:
- Raden Adipati Notokusumo, Patih Jawi Kartasura pada zaman Sunan Paku Buwana II (1726-1749).
- Semula Sunan bersikap membantu pemberontak Tionghoa, dengan menyuruh Patih Adipati Natokusumo untuk menyerang Semarang. Namun usaha ini gagal. Akibatnya sikap Sunan berubah, dan menuduh bahwa pemberontakan Tionghoa didalangi olehb Patih Notokusumo tersebut ( hal ini sebenarnya hanya untuk membuang tilas, agar Sunan tidak didakwa oleh Kompeni Belanda membantu Tionghoa). Itulah sebabnya karena ditangkap dan diasingkan ke Sailan, dan kemudian diminta kembali oleh Pangeran Mangkubumi dalam perjanjian Giyanti.
- Pangeran Notokusumo, salah seorang sentana dalem zaman Sunan Paku Buwana III. Tokoh ini akhirnya diabdikan kepada KGPAA Mangkunegaran I (RM Said).
- Pangeran Notokusumo II. Pangeran Notokusumo ini dalam zaman Sultan Hamengkubuwana II, yang sangat setia kepada Pemerintah Inggris, diangkat menjadi KGPAA Paku Alam I (1813) oleh Thomas Raffles.
- Raden Adipati Notokusumo, Patih Jawi Kartasura pada zaman Sunan Paku Buwana II (1726-1749).
- Kampung Macanan, tempat tinggal para prajurit Macanan Hanirbaya pembasmi kejahatan.
- Kampung Suroloyan, tempat tinggal prajurit Suroloyo, pasukan berani mati.
- Kampung Kali Larangan, menurut cerita melalui daerah ini mengalir air dari umbul Pengging yang khusus untuk istana. Dahulu, saluran air ini terbuka, tetapi karena semakin sibuknya suasana maka saluran tersebut ditutup agar airnya tidak tercemar. Karena ada larangan inilah, maka akhirnya daerah tersebut disebut Kali Larangan (Sungai Terlarang)