Muhammad Husain Thabathaba'i
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i dilahirkan di Tabriz pada tahun 1321 H /1903.
Sayyed Mohammad Hosein Tabatabaei (Allameh Tabatabaei) | |
---|---|
Kawasan | Ulama Iran |
Aliran | Syiah Dua Belas |
Minat utama | Filosofi, Mistisisme, Tafsir, dan Hadits |
Gagasan penting | Tafsir Qur'an dengan Qur'an |
Ketika usia duapuluh tahun berangkat ke Universitas Najaf untuk melanjutkan pelajarannya. Disana ia mempelajari Syariat dan ushul al-fiqh dari dua di antara syaikh-syaikh terkemuka masa itu yaitu Mirza Muhammad Husain Na’ini dan Syaikh Muhammad Husain Isfahani.
Namun menjadi Mujtahid bukan tujuannya. Thabathaba'i lebih tertarik pada ilmu-ilmu aqliah, dan mempelajari dengan tekun seluruh dasar matematika tradisional dari Sayyid Abul Qasim Khwansari, dan filsafat Islam tradisional, termasuk naskah baku asy-Syifa karya Ibnu Sina dan al-Asfar karya Sadr al-Din Syirazi serta Tamhid al-Qawa’id karya Ibnu Turkah dari Sayyid Husain Badkuba’i.
Thabathaba'i juga mempelajari ‘ilm Hudhuri (ilmu-ilmu yang dipelajari langsung dari Allah SWT), atau ma’rifat, yang melaluinya pengetahuan menjelma menjadi penampakan hakikat-hakikat supranatural. Gurunya, Mirza Ali Qadhi, yang mulai membimbingnya ke arah rahasia-rahasia Ilahi dan menuntunnya dalam perjalananan menuju kesempurnaan spritual. Sebelum berjumpa dengan Syaikh ini, Thabathaba'i mengira telah benar-benar mengerti buku Fushulli al-Hikam karya Ibnu Arabi. Namun ketika bertemu dengan Syaikh besar ini, ia baru sadar bahwa sebenarnya ia belum tahu apa-apa. Berkat sang Syaikh ini, tahun-tahun di Najaf tak hanya menjadi kurun pencapaian intelektual, melainkan juga kezuhudan dan praktik-praktik spritual yang memampukannya untuk mencapai keadaan realisasi spritual.
Referensi
- ^ An Introduction to the al-Mizan
- ^ * Jahanbaglu, Ramin (1998). Zire asmanhaye jahan (Below the skies of the world), An interview with Dariush Shayegan. Nashr Farzan. ISBN 964-6138-13-6., (in Persian)[1]