Nolloth, Saparua Timur, Maluku Tengah

negeri di Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
Revisi sejak 29 Juni 2019 20.26 oleh Mfikriansori (bicara | kontrib) (Sejarah: Penambahan konten)

[[Kategori:Saparua Timur, Maluku Tengah|Nolloth
Titasomi Louhata Kakerissa

Nolloth
Titasomi Louhata Kakerissa

Baileu Simalua Pelamahu Negeri Nolloth
Negara Indonesia
ProvinsiMaluku
KabupatenMaluku Tengah
KecamatanSaparua Timur
Kodepos
97585
Luas11,20 km2[1]
Jumlah penduduk2.970 jiwa (Data Tahun 2017)[2]
Kepadatan265 jiwa/km2[3]


Baileu Simalua Pelamahu Negeri Nolloth]]

Nolloth, kadang dieja sebagai Nolot atau Noloth adalah salah satu dari 10 negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Sebelumnya negeri ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Saparua hingga pada tahun 2015 Saparua Timur dimekarkan menjadi kecamatan sendiri berdasarkan Perda Maluku Tengah Nomor 11 Tahun 2015. Berdasarkan catatan BPS, Nolloth tergolong sebagai negeri swasembada.[4] Dengan penduduk sebanyak 2.970 jiwa per tahun 2017, Nolloth adalah negeri dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Saparua Timur.

Sebagai sebuah negeri atau desa adat, Nolloth dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Pada tahun 2017 Nolloth dipimpin oleh Bapak Raja M. Huliselan.[5] Jabatan raja di Nolloth dipangku oleh fam (matarumah parentah) Huliselan.

Negeri Nolloth tergolong negeri pesisir[6] dan terletak di jazirah bagian utara Pulau Saparua yang terkenal sebagai Jazirah Hatawano bersama dengan Tuhaha, Kampong Mahu, Ihamahu, Iha, dan Itawaka. Nolloth berjarak lebih kurang 4 km dari Tuhaha, ibukota Kecamatan Saparua Timur, Maluku Tengah.[7]

Etimologi

Nama Nolloth kemungkinan berasal dari kata nollo yang kira-kira bermakna lihat atau pandang dari jauh.

Sejarah

Negeri Nolloth adalah salah satu desa yang terletak di Jazirah Hatawano, sebelah Utara Pulau Saparua. Datuk-datuk yang mendirikan Negeri Nolloth konon berasal dari Seram Barat, di dekat Negeri Ahiolo atau disebut juga Yapiabatai yang berjarak ira-kira 5 kilometer dari Negeri Rambatu. Mereka mendiami suatu negeri kecil yang bernama Luma Palatale. Namjn, karena sering terjadi peperangan dan merasa tidak aman, maka masyarakat bermusyawarah dan memutuskan untuk pindah dari Luma Palatale ke suatu daerah yang lebih aman.

Berdasarkan kesepakatan bersama, orang-orang Seram tersebut pergi mencari negeri yang aman untuk ditempati. Mereka menggunakan perahu sebagai moda transportasi dan terbawa arus hingga ke daerah Tinual yang berada di Saparua. Dari situ mereka menyadari bahwa tempat mereka mendarat adalah tanah yang sudah mereka lihat sejak dari Seram. Mereka kemudian memilih tempat yang tinggi untuk mendirikan permukiman. Mereka menamai tempat tersebut sebagai Aman Nollo Marahutu yang bermakna negeri yang dilihat dari jauh dan berada di tempat yang tinggi.

Masyarakat dari Seram yang menghuni Nollo dikenal sebagai kelompok Uku Lima. Ada pula kelompok lain yang diduga berasal dari Seram dan tinggal di suatu tempat bernama Hatarena. Kedua kelompok mengadakan pertemuan dan pada 1552 mereka mencapai kesepakatan untuk bergabung dan mendirikan satu negeri. Kesepakatan itu mulai tercapai pada 1553. Masyarakat Uku Lua bergabung ke dalam pemerintahan dan adat Uku Lima di bawah kepemimpinan Raja Risaluan (menurunkan fam Huliselan). Negeri yang ditinggali pergabungan kedua uku dinamakan sebagai Ahiratu atau Air Ratu.

Pada tahun 1655, penduduk kedua uku berpindah ke Tanjung Hatawano. Mereka membantu Belanda dalam perang melawan Kerajaan Iha dan sebagai hadiahnya diberikan sepotong tanah bernama Pelasula. Sejak saat itu, Nolloth tidak pernah berpindah ke tempat lain dan menjadi salah satu dari 10 negeri di wilayah Saparua Timur, Maluku Tengah.

Kondisi Wilayah

Letak dan Batas-batas

Secara geografis Negeri Nolloth terletak di Tanjung Hatawano, Pulau Saparua. Negeri ini berbatasan dengan beberapa negeri yakni sebagai berikut.

  • Sebelah utara berbatasan dengan
  • Sebelah timur berbatasan dengan Negeri Itawaka
  • Sebelah selatan berbatasan dengan
  • Sebelah barat berbatasan dengan

Demografi

Fam

Fam-fam Asli

  • Uku Lima
  1. Huliselan
  2. Malessy
  3. Selanno
  4. Matatula
  5. Pasalbessy
  • Uku Lua
  1. Luhulima
  2. Metekohy
  • Lainnya
  1. Patty
  2. Silahooy
  3. Sipasulta
  4. Tousalwa
  5. Ihalauw

Fam-fam Pendatang

  1. Hehamahua
  2. Leatemia
  3. Ninkeula/Nengkelwa
  4. Sopacua

Keempat fam di atas merupakan pendatang yang sudah beranak pinak lama di Negeri Nolloth dan karenanya dianggap sebagai bagian dari masyarakat. Empat fam yang disebut (Hehamahua sampai dengan Sopacua) disebut-sebut berasal dari Negeri Iha. Fam tersebut mengungsi ke Nolloth dan akhirnya menjadi bagian warga Nolloth.

Hubungan Sosial

Hubungan dengan Negeri-negeri Tetangga

Negeri Nolloth terlibat perselisihan tentang tanah dan petuanan dengan Ihamahu dan Itawaka. Khususnya Itawaka, kedua negeri pernah bersitegang dan saling menyerang yang kemudian berakhir dengan perjanjian di batu damai. Dicerikatan pula bahwa warga Itawaka sebelum memiliki gedung gereja sendiri masih beribadah di gereja yang ada di Nolloth. Jemaat asal Itawaka beberapa kali dilempari pepaya busuk. Hal tersebut menginspirasi orang Itawaka untuk memiliki gedung gerejanya sendiri.

Nolloth pula termasuk salah satu negeri yang berseteru dalam kasus kerusuhan SARA yang mengguncang Maluku Tengah dan Saparua pada 1998/1999. Nolloth bersama beberapa negeri Kristen turut menyerang Negeri Iha, satu-satunya negeri yang beragama Islam di Jazirah Hatawano. Iha adalah negeri kecil yang tidak punya petuanan. Dalam kerusuhan 1998/1999, masyarakat Iha meninggalkan kampung mereka dan mengungsi ke beberapa daerah di luar Saparua dan belum kembali hingga kini.

Hubungan Pela

Nolloth memiliki hubungan pela dengan Haruku. Hubungan tersebut didasari atas perkawinan antara putri dari Haruku dengan seorang raja yang bernama Markus Risaluan dari Nolloth. Raja Nolloth sangat mencintai sang putri dan berencana melamar dan menikahinya. Namun malang tak dapat ditolak. Sesampainya di Haruku, Markus tidak mendapati calon pengantinnya melainkan telah terbujur kaku. Walaupun begitu, atas cintanya yang tulus, Markus tetap menikahi putri Haruku yang konon bernama Au Aparets Narani yang sudah meninggal. Sejak saat itu kedua negeri berikrar bahwa mereka adalah saudara satu pela.

Karena kemurahan hati raja dan masyarakat Negeri Haruku yang memberikan orang Sameth pertolongan dari perompak Mandar, orang Sameth berikrar, Haruku ka lau, Sameth ka lau. Haruku ka dara, Sameth ka dara yang kurang lebih berarti Haruku ke luat, Sameth ke laut. Haruku ke darat, Sameth ke darat. Atas dasar inilah secara tak langsung Nolloth dan Sameth juga terikat hubungan pela karena Sameth adalah negeri yang mengangkat persaudaraan dengan Haruku. Nolloth, Haruku, dan Sameth acap dikenal dengan nama Nohas atau Nohasa. Mereka pernah menjuarai lomba dayung perahu dalam Festival Teluk Ambon seperti pada perhelatan Manggurebe Arumbae 2017 ketika Nohas dan tim dari Haria dinobatkan menjadi juara satu bersama perhelatan tersebut.[8]

Kelembagaan

Raja

Nolloth diperintah oleh raja yang berasal dari matarumah parentah (fam) Huliselan. Raja Nolloth yang sekarang adalah Bapak M. Huliselan.

Soa

Di negeri Nolloth ada soa yaitu:

  1. Soa

Referensi

  1. ^ [Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 5]
  2. ^ [Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 29]
  3. ^ [Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 29]
  4. ^ [Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 22]
  5. ^ [Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 20]
  6. ^ [Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 11]
  7. ^ [Kecamatan Saparua Timur Dalam Angka 2018 Hlm. 7]
  8. ^ Haria dan Nohas Juarai Arumbai Manggurebe 2017


Budaya Dan Lingkungan

Ekspresi Budaya

Pada umumnya Ekspressi Budaya dan Seni yang dijumpai dalam masyarakat desa Nolloth tidak berbeda jauh dengan desa-desa yang lain seperti yang telah dicatat pada desa-desa lain yang ada di Kecamatan Saparua. Namun ada beberapa yang spesifik dan menonjol yang dapat dicatat pada seni tari dan menu makanan. Dalam seni tari di Nolloth terkenal beberapa tarian adat seperti tari Cakalele Bulu Ayam. Selain tarian-tarian adat tersebut dapat dicatat pula beberapa tarian modern kreasi barus seperti tari bialola.

Tari Cakalang, Tari Pata Cengkih, Tari Pukul Sagu.

Pakaian yang dipakai penari dan musik yang mengiringnya disesuaikan dengan latar belakang budaya yang diekspresikan oleh masing-masing tarian misalnya: Tari Cakalele Bulu Ayam ditarikan oleh orang laki-laki. Pakaian yang dikenakan ialah baju cele dan calana makasarkat pinggang serta Topi Bulu Ayam yang putih bersih. Alat yang dipakai sebagai pelengkap adalah Parang dan Salawaku ( Perisai ) dan musik yang mengiringinya adalah Tifa dan Suling.

Tari Bulu Ayam ditarikan oleh Wanita yang dipilih dari tiap-tiap Soa. Pakaian dan alat musik mirip pada Cakalele Bulu Ayam yang disesuaikan dengan penarinya yaitu kaum wanita. Tarian adat hanya boleh pada upacara-upacara adat seperti pada Upacara pelantikan Raja. Perbaikan Rumah Adat Baileu dan lainnya. Sedangkan Tarian modern auta kreasi baru ditarikan setiap dibutuhkannya, misalnya untuk menerima tamu di Desa. Makanan atau kue spesifik di Nolot ialah Kue Orabe dan Kue Baksona, bahan utamanya adalah tepung sagu.

Lingkungan Alam

Desa Nolloth juga mempunyai beberapa pantai yang indah untuk rekreasi laut antara lain Pantai Wailessi, Pantai Asal dan Pantai Wailaloni. Pantai yang berbatu kerikel dan pasir putih di pelabuhan Tuhaha sebelah utara ini mempunyai permandangan yang indah ke pulau Ceram dan sekitarnya. Pantai yang terjal dan air laut yang bersih ini penuh juga dengan terumbu karang dan taman-taman laut. Selanjutnya pegunungan dan bukit-bukit di belakang desa Nolot, penuh dengan kebun-kebun

Cengkih dan buah-buahan sebagai sumber mata pencarian penduduk, di samping usaha-usaha sebagai nelayan. Desa Nolloth terkenal pula dengan ketrampilan para nelayan menangkap ikan Cumi-cumi ( sontong ). Dalam seni Oleh Raga Bahari, Desa Nolot terkenal di pulau Saparua sebagai juara lomba dayung “PARAHU MANGGOROBE “ dengan perahu lomba khusus yang disebut “Belang”. Di desa Nolloth dapat dijumpai tipe-tipe perahu nelayan yang spesifik yang disebut Kole-Kole. Melihat pada potensi yang ada di Desa Nolloth dalam upaya menumbuh kembangkan serta memperkenalkan desa Nolloth, maka sebagian Pemuda Pelajar Mahasiswa Desa Nolloth yang berdomisili di Kotamadya Ambon telah berkerja sama dengan salah satu organisasi social yang ada di Desa Nolloth yaitu organisasi Garuda untuk sama-sama melaksanakan kegiatann “Lomba dayung Perahu Tradisional” untuk memperebutkan Garuda Cup. Dan kegiatan ini dileksanakan sejak tanggal 27 desember 1991.

Pada tanggal 28 desember 1992 lewat sambutan kepala Dinas Pariwisata Tingkat I Maluku maka kegiatan Lomba Dayung Perahu Tradisional tersebut dijadikan sebagai iven daerah, tapi karena Pemuda Pemudi Desa Nolloth yang tergabung dalam Organisasi Garuda karena tuntutan ekonomi maka mereka harus meninggalkan Desa Nolloth untuk mencari hidup dengan disiplin Ilmu yang mereka peroleh di bangku pendidkan, ada yang berangkat ke Jakarta, Bandung,Ternate, Batam, Sorong dan beberapa daerah lain sehingga tidak ada yang meneruskan kegitan tersebut sampai saat ini.

Upacara Adat

Upacara-upucara adat yang sampai sekarang masih dilaksanakan di Baileu adalah:

  • Upacara penerimaan “kain Berkat”( Mas Kawin )
  • Upacara pelantikan Raja, Kepala Soa dan Kewang
  • Upacara Buka Sasi dan tutup Sasi
  • Upacara Tutup Atap Baileu

Selain upacara-upacara tersebut di atas di baileu masih diadakan rapat dan musyawarah untuk memutuskan hal hal penting bagi kepentingan masyarakat desa. Dewasa ini upacara adat sudah dikombinasikan dengan kebiasaan-kabiasaan baru seperti unsur-unsur agama Kristen ( doa ) dan pemerintahan yang terlibat misalnya pada upacara pelantikan raja sehabis upacara adat di Baileu, lalu diteruskan dengan upacara pengukuhan di gereja.

Mata rumah-mata rumah yang berperan dalam upacara “Tutup Atap Baileu” adalah Matarumah Sipasulta yang berhak meletakan atap “Astahul” pertama, sedangkan astahul kedua dan ketiga masing-masing Matarumah Tuwanakotta dan kemudian dikuti seluruh masyarakat desa. Matarumah Silahooy menutup atap bumbungan dan dibantu Matarumah Ninkeula. Matarumah Pemahu menikat tali bumbungan. Matarumah Letemia memukul tifa dan gong. Demikian juga halnya dengan mereka yang menjaga pintu masuk Baileu seperti:

  • PINTU I: Matahari terbit dijaga oleh Uku Lima yang terdiri dari Matarumah-matarunah Huliselan, Malessy, Selanno, Matatula dan Pasalbessy.
  • PINTU II: Matahari terbenam dijaga oleh Matarumah Luhulima dan Metekohy.
  • PINTU III: Yaitu pintu tengah pada matahari terbit dijaga oleh Matarumah Raja Gunung yaitu LatuSopacua Latu( Sopacua ).
  • PINTU IV: Yaitu pintu tengah matahari terbenam dijaga oleh Raja Pantai yaitu Latupukulu latu (pasalbessy).
  • Pada upacara Adat penting selalu hadir masyarakat Pela dari negeri Haruku.

Gereja Protestan Maluku Nolloth

Peletakan Batu pertama pada tamanya pada tahun 1820 dan Gereja ini diresmikan permakaiannya pada tahun 1860 oleh Pendeta Belanda R.Bossert dan S.Y.Manuputty. Gedung Gereja tidak mempunyai nama dan prasastinya hanya ditulis nama “BAIT ALLAH”. Penderian Gedung Gereja ini memakan waktu sekitar 40 tahun dan dibantu oleh Jemaat Pela dari Haruku/Sameth.

Menurut ceritra orang tua-tua dalam jemaat, pembangunan gedung Geredja ini menyita sebagian besar daya dan dana dari jemaat setempat. Beberapa keluarga yang tidak dapat menahan pengorbanan, terpaksa meninggalkan jemaatnya seperti keluarga Huliselan yang pergi ke desa Lateri dan Keluarga Ninkeula ke desa Hattu di pulau Ambon.

Gedung Gereja berbentuk empat persegi dengan ukuran 32,46 x 20,21 meter. Dinding bangunan-bangunan setebal kira-kira 1 meter dibuat dari batu kapur pengganti semen. Bangunan Gereja bagian dalam ditunjang dua deret tiang Lilin sebanyak 8 buah. Jumlah pintu dan jendela masing-masing:

  • Jendela besar sebanyak 12 buah
  • Jendela kecil sebanyak 13 buah
  • Pintu depan dan pintu belakang

Loteng berbentuk kubah memanjang yang disebut juga berbentuk “Belakang Teteruga” (penyu). Sedangkan bentuk Mimbar seperti cawan. Beberapa benda dan peralatan Gereja masih utuh dan asli seperti:

  • Bangku-bangku duduk jemaat
  • Kas ( bangku ) duduk untuk Raja dan Keluarganya
  • Kas ( bangku ) duduk penatua da syamas
  • Alat-alat perjamuan kudus
  • Enam buah Tanggu bertangkai panjang sekitar 3 meter
  • Alkitab yang memakai kunci, terjemahan Leidekker
  • Mimbar kecil dan Mimbar besar dan kursi di dalamnya
  • Sebuah lemari dan sebuah Lonceng lama.

Gedung Gereja ditutup dengan atap dan 5 tahun sekali diganti dengan atap baru. Kunci Stori atau ruangan pertemuan Majelis Jemaat, adalah bangunan baru yang dikerjakan tahun 1964.