Regweda (Sanskerta ṛgveda Dewanagari, ऋग्वेद) atau Rigweda adalah kitab Śruti yang paling utama. Ia terdiri dari 1,017 (+11 appendix = 1,028) nyanyian pujaan (himne) dengan jumlah total 10.562 baris yang dijelaskan dalam 10 buku. Satu hymne memiliki tiga bagian dasar. Bagian pertama adalah permohonan (exhortation), bagian kedua adalah pujian terhadap Dewa tertentu dalam bentuk doa, dan bagian ketiga adalah permohonan khusus. Agama yang dijelaskan dalam Regweda dapat disebut Brahmanisme atau Wedisme. Dalam Regweda kita melihat bangsa Arya baru saja menetap di lembah-lembah sungai Indus dan memuja semua kekuatan alam seperti udara (Bayu), air (Baruna), matahari (Surya), bulan (Soma) dan api (Agni). Rgweda sebagaimana bukan kitab suci yang disusun selama periode waktu tertentu tapi satu kitab suci yang disusun dalam tahapan selama beberapa abad.

Kitab Rg Weda dalam aksara Dewanagari dari abad ke-19.

Satu ide yang paling penting yang datang dari Regweda adalah tatanan kosmik yang disebut Reta. Reta berarti "tatanan suci dan alam semesta" satu tatanan paling harmonis dan tertinggi dari struktur realitas. Belakangan tatanan alam semesta yang disebut Reta ini menjadi atau disebut sebagai Sanathana Dharma atau "kebenaran abadi." Dharma tidak saja menjadi hukum universal tapi juga hukum moral dari agama Hindu.

Kata Regweda atau dalam bahasa Sanskerta ṛgveda, adalah sebuah kata majemuk berbentuk tatpuruṣa dari ṛc "pujaan, himne"[1] dan veda "pengetahuan") adalah sebuah kumpulan suci himne-himne atau nyanyian pujaan dalam bahasa Weda yang berasal dari anakbenua India dan dipersembahkan para dewa Hindu. Teks ini termasuk empat teks Hindu kanonik (śruti) yang dikenal sebagai Caturweda. Berdasarkan bukti filologis dan linguistik, Rgweda digubah kurang lebih antara tahun 1700 – 1100 SM (masa Weda awal) di daerah Sapta Sindhu ("Tanah Tujuh Sungai Agung") yang sekarang terletak di sekitar Punjab. Dengan ini teks ini termasuk salah satu teks religius tertua dunia yang masih tetap digunakan dan juga termasuk teks-teks tertua dalam bahasa Indo-Eropa manapun.

Terdapat kemiripan yang erat secara linguistik dan budaya antara Rgweda dan Avesta awal Iran, yang keduanya diturunkan pada masa Proto-Indo-Iran, dan seringkali dihubungkan dengan budaya Andronovo yang berasal dari sekitar tahun 2000 SM.[2]

Sekarang, teks ini dimuliakan oleh umat Hindu di seluruh dunia. Bait-baitnya diresitasikan pada kesempatan berdoa, bersembahyang, dan acara-acara keagamaan atau resmi lainnya.

Teks

Regweda terdiri[3] atas 1.028 himne (atau 1.017 jika tidak ikut menghitung himne-himne valakhīlya 8.49–8.59) dalam bahasa Sansekerta Weda. Banyak himne daripadanya dimaksudkan untuk berbagai ritus kurban.

Kumpulan panjang ini biasanya dipersembahkan sebagai pujaan kepada Dewata. Regweda dibagi menjadi 10 kitab yang dikenal dengan nama Mandala. Setiap mandala terdiri atas beberapa syair pujaan atau himne yang disebut sūkta (merupakan kata majemuk su+ukta dan secara harafiah artinya "resitasi indah") atau eulogi. Pada gilirannya setiap bait terdiri atas apa yang disebut dengan istilah ṛc, jamak ṛcas. Mandala-mandala ini tidaklah sama panjangnya atau sama usianya: "kitab-kitab keluarga", mandala 2-7 dianggap bagian tertua Regweda, dan merupakan kitab-kitab terpendek. Ditilik dari panjangnya, bagian-bagian ini jumlahnya sekitar 38% dari teks secara keseluruhan.RW 8 dan RW 9, kemungkinan memuat himne-himne yang usianya berbeda-beda dan jumlahnya sekitar 15% dan 9%. Dan akhirnya, RW 1 dan RW 10, kedua-duanya merupakan yang terpanjang dan termuda dan membentuk sekitar 37% dari teks secara keseluruhan..

Pelestarian

Teks ini dalam bentuk yang terlestarikan, digubah pada masa Zaman Besi (antara abad ke-9SM sampai abad ke-7SM). Teks yang sudah terikat ini dilestarikan selama lebih dari 1000 tahun hanya oleh tradisi lisan saja dan kemungkinan besar tidak dituliskan sampai pada masa Gupta.[4] Teks ini terlestarikan pada dua cabang atau śākhā utama (maksudnya tradisi atau mazhab) yaitu Śākala dan Bāṣkala. Ditilik dari usianya yang sudah sangat sepuh, cukup mencengangkan bahwa teks ini cukup baik terlestarikan dan tidak terdapatkan korupsi yang berarti. Masih berhubungan dengan Śākala adalah Aitareya-Brahmana. Yang termasuk Bāṣkala ialah Khilani dan Kausitaki-Brahmana berhubungan dengannya.

Kompilasi atau ini redaksi ini meliputi tata aturan dalam kitab-kitab ini termasuk perubahan ortoepik, seperti pemadanan sandhi (disebut oleh Oldenberg sebagai orthoepische Diaskeunase). Hal-hal ini terjadi beberapa abad setelah penggubahan himne-himne tertua, kurang lebih sama waktunya dengan redaksi Weda lainnya.

Dari masa penggubahannya sampai sekarang, teks ini diturunkan dalam dua versi yang berbeda: versi Samhitapatha yang memuat semua penerapan hukum sandhi Sanskerta. Versi inilah yang dipakai untuk mengaji atau resitasi. Sedangkan pada versi Padapatha semua kata-kata di... dalam bentuk pausa-nya (jadi tanpa penerapan hukum sandhi) dan dipakai sebagai sarana penghafalan. Seolah-olah Padapatha merupakan komentar terhadap Samhitapatha. Teks asli ini direkonstruksikan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan kaidah metrum (maksudnya "orisinal" dalam arti bahwa ini mencoba untuk mencapai apa yang telah dilestarikan oleh para Resi) dan hasilnya terletak di antara kedua versi ini, namun lebih dekat kepada Samhitapada.


Terjemahan

Rgveda telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dunia, berikut ini adalah beberapa diantaranya:


Bibliografi

Komentar

Filologi

  • Thomas Oberlies, Die Religion des Rgveda, Wien 1998.
  • Oldenberg, Hermann: Hymnen des Rigveda. 1. Teil: Metrische und textgeschichtliche Prolegomena. Berlin 1888; Wiesbaden 1982.
  • Die Religion des Veda. Berlin 1894; Stuttgart 1917; Stuttgart 1927; Darmstadt 1977
  • Vedic Hymns, The Sacred Books of the East vo,l. 46 ed. Friedrich Max Müller, Oxford 1897

Sejarah

Archaeoastronomi


Pranala luar

Text
Translation
Interpretation
  • Rig Veda (Sri Aurobindo Kapali Sastry Institute)
  1. ^ yang diambil dari akar ṛc "memuja", sesuai Dhātupātha 28.19. Monier-Williams menerjemahkan "a Veda of Praise or Hymn-Veda"
  2. ^ Mallory 1989 "The identification of the Andronovo culure as Indo-Iranian is commonly accepted by scholars."
  3. ^ There is some confusion with the term "Veda", which is traditionally applied to the texts associated with the samhita proper, such as Brahmanas or Upanishads. In English usage, the term Rigveda is usually used to refer to the Rigveda samhita alone, and texts like the Aitareya-Brahmana are not considered "part of the Rigveda" but rather "associated with the Rigveda" in the tradition of a certain shakha.
  4. ^ Manuskrip tertuanya ditarikh berasal dari abad ke-11