Jalur trem lintas Jakarta
Jalur trem lintas Jakarta adalah salah satu jaringan jalur trem yang ada di Indonesia khususnya di wilayah Jakarta yang dahulu digunakan sebagai transportasi massal pada masa Hindia-Belanda hingga Orde Lama.
Jalur trem lintas Jakarta | |
---|---|
Ikhtisar | |
Jenis | Lintas utama |
Sistem | Jalur trem perkotaan |
Status | Tidak beroperasi |
Lokasi | Jakarta |
Operasi | |
Dibangun oleh | Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij Batavia Elektrische Tram Maatschappij |
Dibuka | 1883-1913 |
Ditutup | 15 April 1954 |
Pemilik | Pengangkutan Penumpang Djakarta |
Operator | Bataviasche Verkeersmaatschappij |
Karakteristik lintas | Lintas datar |
Depo | Kramat Cikini Pasar Ikan Matraman |
Data teknis | |
Lebar sepur | 1.188 mm (3 ft 10+25⁄32 in) |
Kecepatan operasi | 15 s.d. 40 km/jam |
Sejarah
Sejarah trem Batavia berawal dari sebuah trem kuda yang dioperasikan oleh Bataviasche Tramweg Maatschappij. Jalur trem kuda pertama di Batavia tersebut diresmikan pada tanggal 20 April 1869 jauh sebelum trem ada di negeri kincir angin dengan menggunakan lebar sepur (gauge) 1.188 mm (3 ft 10+25⁄32 in), jalur tersebut menghubungkan Jakartakota dengan Weltevreden.[1][2]Kala itu trem kuda dapat menampung 40 penumpang dengan ditarik 3-4 kuda, pada April 1869 diperkirakan sebanyak 1500 penumpang telah dilayani dan pada September 1869 meningkat menjadi 7000 penumpang.
Pada tahun 1880 sebagai akibat dari kendala operasional yang dialami BTM dalam pengoperasian trem kuda, maka operasional BTM untuk sementara diambil alih oleh Firma Dummler and Co. Selang dua tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1882 Bataviasche Tramweg Maatschappij berganti nama menjadi Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij dan mengambil alih layanan trem Jakarta yang sebelumnya dikelola oleh Firma Dummler and Co. Diera NITM tersebut dilakukan perombakan armada secara bertahap yang sebelumnya bertenaga kuda digantikan dengan tenaga lokomotif uap dan selesai pada tahun 1884, sementara itu pada 1 Juli 1883 NITM untuk pertama kalinya meresmikan layanan trem uap bebarengan peresmian lintas Jakartakota–Harmoni.
Tabel segmentasi pembangunan jalur trem lintas Jakarta | |||||
---|---|---|---|---|---|
Dibangun oleh | Lintas | Segmen | Panjang Rel | Tanggal Diresmikan | Tanggal Elektrifikasi |
Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij | Jakartakota–Kampung Melayu | Jakartakota–Harmoni | 4 | 1 Juli 1883 | |
Harmoni–Kramat | 4 | 5 Agustus 1883 | |||
Kramat–Jatinegara | 4 | 15 September 1884 | |||
Jatinegara–Kampung Melayu | 1 | 28 Februari 1891 | |||
Batavia Elektrische Tram Maatschappij | Harmoni–Jakartakota | Harmoni–Kebun Binatang Ragunan (Dierentuin) | 5 | 10 April 1899 | |
Kebun Binatang Ragunan (Dierentuin)–Cipayersweg | 2 | 29 April 1900 | |||
Cipayersweg–Jakartakota | 5 | 29 April 1900 | |||
Kalibesar Timur–Pelabuhan Tanjung Priok | 1 | 15 Februari 1907 | |||
Menteng–Medan Merdeka (Koningsplein)–Harmoni | 3 | 16 Oktober 1912 | |||
Medan Merdeka–Vrijmetselaarsweg | 2 | 2 Januari 1913 |
Empat tahun setelah beroperasinya trem uap lintas Jakartakota–Harmoni, trem listrik pun hadir dibawah operasi Batavia Elektrische Tram Maatschappij (BETM) menjadikannya sebagai pesaing trem uap milik Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij (NITM). BETM mulai berkarir sejak diresmikannya lintas Jakartakota–Kebun Binatang Ragunan pada 10 April 1899 yang kemudian pada bulan November 1899 jaringan trem listrik ini diperpanjang sampai dengan Stasiun Tanah Abang, namun sayang perpanjangan jalur ini ditutup pada tahun 1904. Pada tahun 1900 BETM memperpanjang jaringan tremnya, menjangkau wilayah Jembatan Merah, Tanah Tinggi, dan Gunung Sahari dengan melintasi Sungai Ciliwung. Semakin bertambahnya tahun, BETM terus melakukan ekspansi jaringan tremnya hingga memasuki tahun 1920, di tahun ini terjadi persaingan tidak sehat diantara BETM dengan NITM yang menyebabkan harga tiket terlalu tinggi serta dari pihak Pemerintah Kota Batavia menuntut agar NITM melakukan peningkatan armada menjadi layanan trem listrik namun ditolak oleh NITM sendiri.
Sebagai akibat dari perselisihan antara NITM dengan BTM maka kedua perusahaan mulai memberlakukan tiket transit dan jadwal khusus di jam sibuk, puncak dari perselisihan ini terjadi pada tanggal 31 Juli 1930 dengan dilakukannya merger NITM dengan BTM membentuk Bataviasche Verkeersmaatschappij (BVM). Hasil dari pembentukan BVM tersebut menggabungkan 1 lijn trem uap, 2 lijn trem listrik, dan 7 rute bus yang dioperasikan NITM dan BETM.
Dibawah kendali Bataviasche Verkeersmaatschappij (BVM), trem Jakarta mengalami perubahan yang signifikan, terutama pada lintas-lintas warisan NITM dilakukan program elektrifikasi secara bertahap dari April 1933 sampai dengan 1934. Hasil dari elektrifikasi ini menjadikan waktu tempuh Jakartakota ke Jatinegara menjadi 47 menit memangkas waktu 10 menit. BVM mengalami puncak kejayaan pada tahun 1934 dimana mengoperasikan 5 lijn trem listrik dengan total panjang 41 kilometer.
Kemunduran era trem Jakarta dimulai pada tahun 1935 sebagai akibat dari Depresi Besar yang membuat keuangan BVM bermasalah serta munculnya moda transportasi seperti bemo dan oplet yang mengancam popularitas trem listrik. Sebagai akibat dari kendala keuangan tersebut, layanan bus BVM ditutup dan perusahaan hanya akan berfokus pada layanan trem listrik saja. Layanan bus BVM baru dibuka kembali pada tahun 1941.
Maret 1942, Hindia-Belanda memasuki pendudukan Jepang. Pendudukan Jepang atas Hindia-Belanda memberikan dampak yang besar bagi sejarah perkembangan trem Jakarta. Layanan trem Jakarta yang dikelola BVM diambil alih oleh tentara Jepang dan diubah namanya menjadi Tentara Nippon Batavia Tram lalu pada Juni 1942 diubah menjadi Seibu Rikuyo Batavia Shiden kemudian menjadi Jakaruta Shiden. Dibawah kendali Jakaruta Shiden trem Jakarta mengalami perombakan, antara lain: dihapuskannya sistem kelas, dipecatnya para pekerja BVM yang merupakan warga Belanda, dilakukannya periasan simbol-simbol Jepang pada badan kereta trem, dan dibangunnya jalur ganda (double track) pada lintas Gunung Sahari sampai dengan Pal Putih.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, pada 13 Oktober 1945 terjadi pengambilalihan perusahaan Jakaruta Shiden kepihak Indonesia dan mengubah namanya menjadi Trem Djakarta-Kota yang pada tahun 1957 dinasionalisasi menjadi Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Walaupun diambil alih, PPD hanya mengoperasikan trem tersebut selama beberapa waktu dan dihapuskan karena dianggap tidak cocok dengan tata ruang kota besar.[3]
Trayek
Berikut adalah jadwal layanan trem Jakarta per 1 Juni 1948
No. Lintas (Lijn) | Tujuan | Jenis Kereta | Kekerapan Trem | Pukul Trem Terakhir |
---|---|---|---|---|
1 | Jakartakota–Jatinegara | 2 kereta dan pikolanwagen | 9 menit sekali | 00.09 |
2 | Menteng–Pasar Ikan (Amsterdamschepoort) | 1 kereta | 15 menit sekali | 23.45 |
3 | Kramat–Jakartakota | 1 kereta | 15 menit sekali | 23.55 |
4 | Tanah Abang–Jakartakota | 1 kereta dan pikolanwagen | 10 menit sekali | 23.58 |
5 | Tanah Abang Pasar–Industrie | 1 kereta | 12 menit sekali | 23.13 |
6 | Asemka–Jembatan Lima | 1 kereta | ? |
Kelas
Jalur trem dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Kelas terakhir ini ditujukan bagi penduduk pribumi yang umumnya cuma berbentuk seperti bak terbuka atau disebut pikolanwagen, fasilitas ini dipergunakan untuk mengangkut ikan, sayuran, buah buahan dan sebagainya. Rata rata penumpang biasanya terdiri dari kelas 1 sebanyak 15% sedang sisanya untuk kelas 2 dan 3.
Galeri
-
Tram NITM pada tahun 1881.
-
Jalur Trem di Jalan Rijswijk (Jalan Veteran)
-
Jalur Trem di Jalan Nieuwpoort (Kota Tua Jakarta)
-
Jalur Trem di depan Stasiun Gambir
-
Jalur Trem di Meester Cornelis (Jatinegara)
-
Jalur Trem Kramat-Salemba
-
Jalur Trem di Jembatan Jalan Kramat
-
Jalur Trem melewati Gerbang Amsterdam
-
Jalur Trem melewati Balai Kota (Museum Fatahillah), Batavia Lama (Kota Tua Jakarta)
-
Trem melewati Postspaarbank
-
Kecelakaan mobil vs rangkaian trem milik NITM di jalan Mr. Cornelis (daerah Matraman, Jakarta Timur)Kecelakaan mobil vs rangkaian trem milik NITM di jalan Mr. Cornelis (daerah Matraman, Jakarta Timur)
-
Parade militer perayaan ulang tahun Ratu Juliana yang dipimpin Raymond Westerling, tampak jalur trem Batavia.