Ci Liwung

sungai di Provinsi Jakarta dan Jawa Barat
(Dialihkan dari Sungai Ciliwung)

Ci Liwung, atau biasa ditulis Ciliwung[2] adalah salah satu sungai terpenting di Tatar Pasundan, Pulau Jawa - Indonesia; terutama karena melalui wilayah ibu kota, DKI Jakarta, dan kerap menimbulkan banjir tahunan di wilayah hilirnya.

Ci Liwung di daerah Bogor dengan latar belakang Gunung Salak dari akhir abad ke-19. Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam.
Muara Ci Liwung pada tahun 1880-an (litografi berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard)
Ci Liwung
Peta
Peta
Peta
Koordinat:
Lokasi
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat dan DKI Jakarta
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiMata air Gunung Pangrango dan Telaga Saat, Puncak, Bogor, Lereng Pegunungan Jonggol
 - elevasi1.414 Mdpl (Mata air Gunung Pangrango) dan 1.650 Mdpl (Telaga Saat, Puncak, Bogor, Pegunungan Jonggol)
Muara sungaiTeluk Jakarta, Laut Jawa
Panjang120 Km
Debit air 
 - rata-rata78 m3/detik
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS CIliwung[1]
Kode DASDAS230042
Luas DAS388 km2 (150 sq mi)[1]
Pengelola DASBPDAS Citarum Ciliwung
Wilayah sungaiCiliwung-Cisadane (WS Cilicis)
Kode wilayah sungai02.05.A2
Otoritas wilayah sungaiBBWS Ciliwung Cisadane
Markah tanahIstiqlal Mosque & Jakarta Cathedral; Stasiun Manggarai; Bogor Botanical Gardens; Bogor Presidential Palace

Panjang aliran utama sungai ini adalah hampir 120 km dengan daerah tangkapan airnya (daerah aliran sungai) seluas 387 km².[3] Sungai ini relatif lebar dan di bagian hilirnya dulu dapat dilayari oleh perahu kecil pengangkut barang dagangan. Wilayah yang dilintasi Ci Liwung adalah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta.

Hulu sungai ini berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di mata air Gunung Gede, Gunung Pangrango dan Telaga Saat yang terletak di lereng Pegunungan Jonggol sebelah utara kawasan Puncak, Bogor. Setelah melewati bagian timur Kota Bogor, sungai ini mengalir ke utara, di sisi barat Jalan Raya Jakarta-Bogor, sisi timur Depok, dan memasuki wilayah Jakarta sebagai batas alami wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ci Liwung bermuara di daerah Luar Batang, di dekat Pasar Ikan sekarang. Di sebelah barat, DAS Ci Liwung berbatasan dengan DAS Ci Sadane, DAS Kali Grogol dan DAS Kali Krukut. Sementara di sebelah timurnya, DAS ini berbatasan dengan DAS Kali Sunter dan DAS Kali Cipinang.[4]

Peta
Daerah Aliran Sungai Ciliwung

Pengendalian banjir

sunting
 
Ci Liwung ("K. Ciliwung") sebelah bawah pada Peta Tata Air Jakarta (2012)

Di daerah Manggarai aliran Ci Liwung banyak dimanipulasi untuk mengendalikan banjir. Jalur aslinya mengalir melalui daerah Cikini, Gondangdia, hingga Gambir, namun setelah Pintu Air Istiqlal jalur lama tidak ditemukan lagi karena telah dibuat kanal-kanal semenjak zaman Belanda dulu, seperti kanal di sisi barat Jalan Gunung Sahari dan Kanal Molenvliet di antara Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk.[5] Di Manggarai, dibuat Kanal Banjir Barat yang mengarah ke barat, lalu membelok ke utara melewati Tanah Abang, Tomang, Jembatan Lima, hingga ke Pluit. Sedangkan Kanal Banjir Timur direncanakan mulai dari sekitar wilayah Kampung Melayu ke timur, menghubungkan aliran-aliran Ci Liwung, Ci Lilitan, Ci Pinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Cakung, hingga ke wilayah Marunda.[6] Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ci Liwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan permukiman-permukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah tangkapan airnya di bagian hulu di wilayah Puncak dan Bogor yang rusak, badan sungai di wilayah Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan daya tampung air sungai menyusut, dan mudah menimbulkan banjir.

Sistem pengendalian banjir sungai ini mencakup pembuatan sejumlah pintu air atau pos pengamatan banjir, yaitu di Katulampa (Kota Bogor), Depok, Manggarai, Karet, serta Pintu Air Istiqlal; serta dengan membagi aliran Ci Liwung melalui kanal-kanal banjir seperti yang diuraikan di atas. Pemerintah telah membangun Waduk Ciawi dan Sukamahi di Megamendung, Bogor sebagai cara untuk mengendalikan aliran sejak dari bagian hulu.

Lihat pula

sunting

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b https://hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4f2f760d2fff3/keputusan-menteri-kehutanan-nomor-sk511menhutv2011-tahun-2011
  2. ^ Nama aslinya adalah Ci (Sd.: air) Haliwung (Sd: keruh) dan disebut dalam naskah Sunda "Bujangga Manik" (abad ke-15).
  3. ^ Hendrayanto. 2008. Transboundary watershed management. A case study of upstream-downstream relationships in Ciliwung watershed[pranala nonaktif permanen]. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use in a Humid Tropical Region, JSPS-DGHE Joint Research Project, Tsukuba, October 2007. Bull. TERC, Univ. Tsukuba, No.8 Supplement, no. 2, 2008
  4. ^ BPDAS Citarum-Ciliwung. 2011. Penyusunan Rencana Tindak Pengelolaan DAS Ciliwung. Fakultas Kehutanan IPB dan BP DAS Citarum-Ciliwung, Kementerian Kehutanan RI. (tidak diterbitkan)
  5. ^ Kanal Molenvliet dibangun pada pertengahan abad ke-17 (lihat Batavia).
  6. ^ Pemda DKI. Pengembangan Kawasan Banjir Kanal Timur[pranala nonaktif permanen], diakses 01/01/2014.

Pranala luar

sunting