Universitas Katolik Leuven

universitas di Belgia
Revisi sejak 8 Juli 2008 13.58 oleh JAnDbot (bicara | kontrib) (bot Menambah: bg, cs, zh Membuang: de Mengubah: he)

Universitas Katolik Leuven adalah sebuah universitas di Belgia. Didirikan di Leuven pada tahun 1425 oleh Paus Martinus V, universitas ini merupakan universitas Katolik tertua yang masih aktif. Pada tahun 1968, universitas ini dibagi menjadi dua: Katholieke Universiteit Leuven berpusat di Leuven dan menggunakan bahasa Belanda, serta Université catholique de Louvain berlokasi di Louvain-la-Neuve dan menggunakan bahasa Perancis.

Kastil Arenberg, bagian Katholieke Universiteit Leuven

Sejarah

Pada abad ke-15, kota Leuven meminta agar didirikan sebuah universitas dan Jan IV, Adipati Brabant mendukung permintaan ini. Dengan sebuah bula kepausan yang ditandatangani oleh Paus Martinus V pada 9 Desember 1425 Universitas Louvain didirikan sebagai sebuah Studium Generale. Karena itu, ia merupakan universitas Katolik tertua di dunia yang masih beroperasi sekarang. Pada tahun-tahun awalnya, universitas ini meniru universitas Paris, Köln dan Wina. Universitas ini berkembang pada abad ke-16 karena kehadiran sejumlah ilmuwan dan profesor terkemuka, seperti Adriaan Florenszoon Boeyens (Paus Adrianus VI), Desiderius Erasmus, Joan Lluís Vives, Andreas Vesalius dan Gerardus Mercator.

Namun pada 1797 universitas yang lama ditutup di bawah pemerintahan Republik Perancis, karena wilayah ini dianeksasi oleh Perancis pada Perang Revolusi Perancis. Ketika wilayah ini menjadi bagian dari Uni Kerajaan Belanda (1815-1830), Willem I dari Belanda mendirikan sebuah universitas baru pada 1816 di Leuven sebagai sebuah Rijksuniversiteit (Universitas negeri). Belgia menjadi merdeka pada 1830, dan para uskup Belgia mendirikan sebuah universitas Katolik yang baru pada 1834, di Mechelen, namun pada 1835, universitas Katolik ini dikembalikan ke Leuven, karena Rijksuniversiteit di situ telah ditutup.


Alumni terkemuka

Catatan

  1. ^ Jeffrey M. Elliot and Mervyn M. Dymally, eds., Voices of Zaire: Rhetoric or Reality, h. 53