Bulang hulu (heraldik)

hiasan luar perisai, berwujud pelintiran bahan sandang di antara puncak ketopong dan pangkal jambul
Revisi sejak 4 September 2019 06.38 oleh Japra Jayapati (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{bawaan heraldik}} Dalam heraldik, '''ikat kepala''' adalah selingkar pelintiran kain yang ditempatkan di sekitar puncak ketopong dan pangkal jambul (heraldik)...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dalam heraldik, ikat kepala adalah selingkar pelintiran kain yang ditempatkan di sekitar puncak ketopong dan pangkal jambul. Ikat kepala memiliki faedah ganda, yakni menutup persambungan ketopong dan jambul, serta menjaga agar mantel tetap terpasang pada tempatnya.

Adakalanya ikat kepala keliru disangka sebagai tanda mata, semisal sapu tangan atau gelendong benang, kenang-kenakan dari kekasih hati untuk dikenakan kesatria yang hendak berangkat ke medan perang atau bertanding di turnamen|arena adu ketangkasan para kesatria. Kesalahpahaman timbul karena asal-usul ikat kepala sudah dilupakan orang ketika jambul heraldik kian distilisasi dan semakin tidak mencerminkan kegunaanya.

Ikat kepala dijabarkan sebagai bagian dari jambul. Sebagai contoh, jabaran jambul [[Lambang Kebesaran Kanada] berbunyi, di atas ikat kepala perak berseling merah, singa emas lenggang menyamping toleh ke muka, bermahkota layaknya maharaja, tungkai depan sebelah kanan mencengkeram sehelai daun mapel merah. Pada umumnya pulasan ikat kepala tidak disebut-sebut dalam jabarannya, karena dianggap sudah tentu serasi dengan logam dan warna pulasan utama pada perisai. Sama seperti mantel, ikat kepala harus selalu dipulasi satu logam dan satu warna. Lazimnya pulasan ikat kepala sama persis dengan pulasan mantel. Dalam tata lambang Inggris, ikat kepala biasanya ditampilkan dalam wujud selembar bahan sandang yang dipelintir enam kali, dan dipulasi berselang-seling dengan logam dan warna.[1]

Adakalanya ikat kepala diganti dengan mahkota atau mahkota ningrat, yang disebut "makhota ningrat jambul". Pada masa lampau, praktik mengganti ikat kepala dengan mahkota ningrat merupakan perkara lumrah di semua kalangan, tetapi kini menjadi hak istimewa keluarga kerajaan dan bangsawan tinggi, kecuali dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa tokoh dari kalangan rakyat jelata mengakali kaidah ini dengan cara menempatkan mahkota ningrat di atas ikat kepala, alih-alih menggantikannya.

Ikat kepala juga kerap digunakan sebagai hiasan pada satwa heraldik, yakni dipasang melingkar menutupi dahinya atau dibuat melingkari lehernya. Gambar Orang Moro dan orang Sarasen dalam heraldik juga lazim ditampilkan berikat kepala menutupi dahi.

Galeri

Baca juga

Agal

Rujukan