Perebutan wilayah di Laut Tiongkok Selatan
Perebutan wilayah di Laut Tiongkok Selatan melibatkan klaim-klaim pulau dan wilayah kelautan pada beberapa negara berdaulat di wilayah tersebut, yakni Brunei, Republik Rakyat Tiongkok, Republik Tiongkok (Taiwan), Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Terdapat perebutan wilayah yang terjadi pada kepulauan Paracel dan kepulauan Spratly, serta perbatasan wilayah kelautan di Teluk Tonkin dan tempat-tempat lainnya. Terdapat perebutan tambahan di perairan di dekat Kepulauan Natuna, Indonesia.[1] Kepentingan negara-negara yang berbeda meliputi perebutan wilayah perikanan di sekitar dua kepulauan tersebut; pengambilan minyak bumi dan gas alam di bawah perairan berbagai bagian di Laut China Selatan; dan kontrol strategis dari jalur-jalur perkapalan penting.
Perebutan secara khusus
BN | KH | CN | ID | MY | PH | SG | TW | VN | |
Wilayah sembilan garis putus | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | |
Pesisir Vietnam | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | |
Wilayah laut utara pulau Kalimantan | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ||
Kepulauan Laut China Selatan | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | |||
Wilayah laut utara Kepulauan Natuna | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | |||
Wilayah laut barat Palawan dan Luzon | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | |||
Wilayah Sabah | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | |||||
Selat Luzon | ✔ | ✔ | ✔ | ||||||
Wilayah Pedra Branca | ✔ | ✔ | ✔ |
Perebutan-perebutannnya meliputi perbatasan wilayah kelautan dan kepulauan. Terdapat beberapa perebutan, yang masing-masing melibatkan sejumlah negara yang berbeda:
- Wilayah sembilan garis putus yang diklaim oleh Tiongkok yang meliputi kebanyakan wilayah Laut China Selatan dan klaim-klaim Zona Ekonomi Eksklusif dari Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Vietnam.
- Perbatasan wilayah kelautan di sepanjang persisir Vietnam antara Brunei, Kamboja, Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
- Perbatasan wilayah kelautan di utara pulau Kalimantan antara Brunei, Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
- Pulau-pulau di Laut China Selatan, yang meliputi Kepulauan Paracel, Kepulauan Prata, Gorong pasir Scarborough dan Kepulauan Spratly antara Brunei, Tiongkok, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
- Perbatasan wilayah kelautan di utara perairan Kepulauan Natuna antara Kamboja, Tiongkok, Indonesia, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam.[2]
- Perbatasan wilayah kelautan di lepas pesisir Palawan dan Luzon antara Brunei, Tiongkok, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
- Perbatasan wilayah kelautan, wilayah tanah, dan kepulauan Sabah (awalnya Borneo Utara), termasuk Ambalat dan Labuan, antara Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
- Perbatasan wilayah kelautan dan kepulauan di Selat Luzon antara Tiongkok, Filipina, dan Taiwan.
- Perbatasan wilayah kelautan di Pedra Branca dan pulau-pulau di sekitarnya antara Indonesia, Malaysia, Singapura.
Referensi
Catatan kaki
- ^ Keck, Zachary (20 Maret 2014). "China's Newest Maritime Dispute". The Diplomat. Diakses tanggal 12 Februari 2015.
Vaswani, Karishma (19 October 2014). "The sleepy island Indonesia is guarding from China". http://www.bbc.com/news/world-asia-29655874.
R.C. Marshall, Andrew (25 Agustus 2014). "Remote, gas-rich islands on Indonesia's South China Sea frontline". Reuters. Diakses tanggal 12 Februari 2015. - ^ Natuna Islands
Daftar pustaka
- Bateman, Sam; Emmers, Ralf, ed. (2008). Security and International Politics in the South China Sea: Towards a co-operative management regime (edisi ke-illustrated). Taylor & Francis. ISBN 0203885244. Diakses tanggal 10 March 2014.
- Kivimäki, Timo, ed. (2002). War Or Peace in the South China Sea?. Contributor Nordic Institute of Asian Studies (edisi ke-illustrated). NIAS Press. ISBN 8791114012. ISSN 0904-597X. Diakses tanggal 10 March 2014.
- Morley, James W.; Nishihara, Masashi, ed. (1997). Vietnam Joins the World. M.E. Sharpe. ISBN 076563306X. Diakses tanggal 10 March 2014.
- Nordquist, Myron H.; Moore, John Norton (1998). Security Flashpoints: Oil, Islands, Sea Access and Military Confrontation ; [twenty-first Annual Seminar Held at the UN Plaza Hotel in New York City from February 7 - 8, 1997]. Martinus Nijhoff Publishers. ISBN 90-411-1056-9.
- Pak, Hŭi-gwŏn (2000). The Law of the Sea and Northeast Asia: A Challenge for Cooperation. Publications on Ocean Development. 35. Martinus Nijhoff Publishers. ISBN 9041114076. Diakses tanggal 10 March 2014.
- Severino, Rodolfo (2011). Where in the World is the Philippines?: Debating Its National Territory (edisi ke-illustrated). Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9814311715. Diakses tanggal 10 March 2014.
- Wortzel, Larry M.; Higham, Robin D. S. (1999). Dictionary of Contemporary Chinese Military History (edisi ke-illustrated). ABC-CLIO. ISBN 0313293376. Diakses tanggal 10 March 2014.
Bacaan tambahan
- Bautista, Lowell B. (December 2011). "PHILIPPINE TERRITORIAL BOUNDARIES: INTERNAL TENSIONS, COLONIAL BAGGAGE, AMBIVALENT CONFORMITY" (PDF). JATI – Journal of Southeast Asian Studies. 16: 35–53.
- Bonnet, Francois-Xavier, "Geopolitics of Scarborough Shoal", Irasec's Discussion Paper, No 14, November 2012,www.irasec.com,Geopolitics of Scarborough Shoal
- Raine, Sarah; Le Miere, Christian (2013). Regional Disorder: The South China Sea Disputes. Routledge for IISS.
- Rowan, Joshua P. (2005). "The U.S.-Japan Security Alliance, ASEAN, and the South China Sea Dispute" (PDF). Asian Survey. 45 (3): 414–436. doi:10.1525/as.2005.45.3.414.
- Clive Schofield et al., From Disputed Waters to Seas of Opportunity: Overcoming Barriers to Maritime Cooperation in East and Southeast Asia (July 2011)
- Rising Tensions in the South China Sea, June 2011 Q&A with Ian J. Storey
- Tupaz, Edsel (27 April 2012). "Sidebar Brief: The Law of the Seas and the Scarborough Shoal Dispute". JURIST.
- Weissmann, Mikael (2010). "The South China Sea Conflict and Sino-ASEAN Relations: A study in conflict prevention and peace building" (PDF). Asian Perspectives. 34 (3): 35–69.