Sanghyang Tikoro adalah nama sebuah tempat berupa gua dan sungai bawah tanah yang terletak di Kecamatan Cipatat, Rajamandala tak jauh dari bendungan Saguling, sekitar 17 km dari Kota Bandung. Sanghyang Tikoro diyakini sebagai tempat bocornya Danau bandung sehingga membentuk dataran tinggi bandung saat ini.[1]

Etimologi

Sanghyang berasal dari Sang dan Hyang. Sang adalah kata sandang yang digunakan oleh orang-orang Sunda dulu untuk menghormati seseorang atau sesuatu. Sementara Hyang adalah sebutan untuk keberadaan spiritual tak kasat mata yang memiliki kekuatan supranatual. Jadi, kata Sanghyang bisa diartikan sebutan untuk menghormati seseorang atau sesuatu yang dianggap suci.

Sementara Tikoro adalah basa sunda yang berarti tenggorokan. Ini mungkin untuk menggambarkan tempat tersebut yang berupa sungai bawah tanah yang mengalir melalu rongga-rongga, seperti tenggorokan.

Sejarah

Sejarah Bandung Purba mencatat, sekitar 20 - 30 juta tahun yang lalu wilayah yang terletak antara kecamatan Rajamandala dengan kecamatan Cipatat, Bandung Barat bersebelahan dengan PLTA Saguling sekitar 17 km dari pusat bendungan dan ada di wilayah turbin terakhir ini adalah wilayah perairan Danau bandung dengan terumbu karang yang indah dengan kedalaman sekitar 10 - 20 meter. Fakta sejarah menyebutkan bahwa terbentuknya gua bawah tanah ini membuktikan bagaimana luar biasanya proses erosi dari aliran Citarum yang deras sehingga mampu melubangi batuan kapur yang ada di wilayah ini.

Seperti diungkap fakta yang menyebutkan bahwa aliran Citarum itu ternyata memiliki 2 cabang. Satu cabang mengarah ke kiri, yang satu lagi ke arah kanan, dimana airnya menghilang ditelan gua batu kapur pasir Sanghyang Tikoro, menjadi terowongan atau sungai bawah tanah. Batuan kapur di Sanghyang Tikoro di sebut batuan gamping, batu kapur, atau batu karang. Batuan kapur memiliki banyak rekahan yang memudahkan air menyelinap mengisi retak-retak setipis selaput buah salak sekalipun. Batu kapur itu sendiri merupakan hasil kegiatan organik, kehidupan laut, seperti hewan, dan tumbuhan laut. Hampir mirip halnya dengan peristiwa sejarah sekitar 23 juta tahun yang lalu, yang mana Pulau Jawa belum seluruhnya muncul di permukaan laut. Binatang koral mengendap di laut dangkal yang jernih antara Togogapu Rajamandala - Pelabuhan Ratu. Batu kapur yang bahan proses terbentuknya adalah terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur ini dapat larut dalam air yang menghasilkan gas kabon diosida (CO2) yang berasal dari atmosfer, yang umumnya terdapat di semua perairan permukaan. Sungai baeah tanah Sanghyang Tikoro adalah hasil proses pelarutan sehingga dipercaya tempat bobolnya Danau Bandung Purba dan sering disebut Sanghyang Tikoro Rajamandala.

Misteri dan mitos

Pertama, tentang kemana berakhirnya aliran air yang masuk ke dalam Sanghyang Tikoro, sampai saat belum diketahui kemana. Kedua, mitos yang mengatakan apabila kita menjatuhkan lidi ke Sanghyang Tikoro maka akan terdengar jeritan seperti orang yang tenggorokannya tertusuk duri.

Referensi

  1. ^ "Sanghyang Tikoro, Tempat Bobolnya Danau Purba Bandung?". AlamPriangan Adventure. 2016-11-16. Diakses tanggal 2019-10-29.