March for Science (Indonesia : Unjuk Rasa untuk Sains) atau dikenal juga dengan istilah Scientists' March on Washington (Indonesia: Unjuk rasa Para Ilmuwan di Washington)[4] adalah sebuah aksi unjuk rasa atau parade untuk sains internasional yang diadakan pertama kali pada 22 April 2017 di Washington, Amerika Serikat dan juga dihelat di 600 kota lainnya di seluruh dunia.[5] Aksi ini merupakan aksi melawan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, atas pernyataannya yang mengatakan bahwa pemanasan global adalah Hoax.[4] Para pesertanya merupakan para ilmuwan, organisasi peduli lingkungan hidup, para pelajar, dan warga biasa yang peduli terhadap masalah lingkungan. [4]

March for Science
(Unjuk rasa untuk Sains)
Bagian dari Memprotes Donald Trump
Tanggal22 April 2017
LokasiSeluruh dunia
SebabPernyataan Donald Trump tentang Perubahan Iklim dan Sains
MetodeAksi Unjukrasa
StatusAktif dan periodik
Tokoh utama
Ketua Bersama & Komite Pengarah Nasional
  • Caroline Weinberg
  • Valorie Aquino
  • Jonathan Berman
  • Sofia Ahsanuddin[1]
  • Lucky Tran
  • Joanna Spencer-Segal
  • Rosalyn LaPier
Ketua Bersama Kehormatan
Jumlah
Ratusan ribu [3] (Global)
www.marchforscience.com

Unjuk rasa pertama kali diawali di Washington, Amerika Serikat, kemudian menyebar ke semua negara bagian Amerika Serikat, dan berdampak luas hingga ke negara lainnya di benua Amerika, Eropa, Afrika dan Asia melalui pesan berantai sosial media.[6] Semua aksi ini merupakan penolakan terhadap gagasan Donald Trump.[5] Disisi lain, pengunjuk rasa dari seluruh negara di belahan dunia meminta kepada pimpinan negara masing-masing untuk membuka peluang besar bagi pengembangan sains demi membantu mengatasi pemanasan global yang kian memprihatinkan.[6]

Para ilmuwan sendiri telah melakukan penelitian di banyak negara bagaimana cara menghentikan terjadinya perubahan iklim global.[7] Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, merilis laporannya tentang cara yang bisa dilakukan mengatasi perubahan iklim.

Caranya adalah;[7]

  • Mengurangi penggunaan emisi gas CO2 (Karbon dioksida) sebanyak 45% sebelum tahun 2030.
  • Menghentikan penggunaan batubara, hingga nol penggunaan.
  • Menggunakan lahan seluas 7 juta km persegi untuk digunakan sebagai tempat menanam tanaman penghasil energi.

Dan menurut IPCC, semua itu membutuhkan dana yang sangat banyak, sehingga membutuhkan kerjasama dari semua pihak.[7]

Latar Belakang

Sebelum mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan pandangannya tentang perubahan iklim merupakan teori buatan Tiongkok dalam melawan Amerika Serikat sebagai pemegang kendali perekonomian dunia.[8] Hal itu dia ungkapkan dalam sebuah cuitan twitter di tahun 2016. Hingga akhirnya mengajukan diri sebagai calon presiden Amerika Serikat, Trump masih memandang perubahan iklim hanya sebuah karangan belaka, dan ingin menjadikannya sebagai agenda dalam orasi untuk melawan rivalnya di pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016.[9]

Menjadi kandidat terkuat sebagai calon presiden, Trump terpilih sebagai calon presiden dari Partai Republik. Kampanye Donald Trump sebagai calon presiden Amerika Serikat kemudian menuai banyak kontroversi, karena dalam berbagai kesempatan yang dia lakukan, Trump kerap menyuarakan pandangannya tentang perubahan iklim adalah sebuah berita bohong atau Hoax.[9] Para ilmuwan yang telah mengabdikan diri secara penuh untuk melakukan pengembangan teknologi merasa keberatan dengan pernyataan Donald Trump. Hillary Clinton sebagai lawannya dari Partai Demokrat, memiliki agenda sendiri tentang perubahan iklim, karena Hillary berkomitmen untuk meneruskan berbagai kebijakan Barack Obama, meski juga sering berseberangan pendapat dengan Trump khususnya terkait isu iklim, kesehatan, dan berbagai keputusan-keputusan yang telah dilakukan mantan presiden Barack Obama.[9]

Pandangan Donald Trump

 
Pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat ke-45, 20 Januari 2017

Masa pemerintahan Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat, ia kerap mengatakan kepada warga Amerika bahkan juga kepada dunia bahwa pemanasan global merupakan masalah yang harus dihadapi semua orang dan semua elemen masyarakat harus menjaga stabilitas bumi demi kebaikan bersama dimasa yang akan datang.[10] Sehingga pemerintahan yang dipimpinnya sangat mendukung segala upaya untuk mengatasinya termasuk mendanai penelitian, mendukung organisasi peduli lingkungan, dan sebagainya.[10]

Namun, apa yang diyakini oleh Barack Obama, dan kebanyakan pemimpin negara lain, berbeda pandangan dengan Donald Trump. Trump kerap menampik persoalan atau isu pemanasan global adalah hal yang serius. Ketika maju sebagai calon presiden dari Partai Republik tahun 2016, ia mengkampanyekan bahwa teori-teori tersebut hanyalah sebuah rekayasa.[8] Dia menuding itu sebagai upaya Tiongkok untuk membuat Amerika Serikat tak lagi diminati dan tidak kompetitif di pasar global.[10]

Dalam sebuah kampanye di Williston Basin Petroleum Conference Dakota Utara, Trump menuding Barack Obama telah memasukkan Amerika Serikat ke Perjanjian Paris secara sepihak, tanpa melakukan pertemuan terlebih dahulu dengan kongres.[11] Trump pun berjanji akan mengeluarkan Amerika Serikat dari bagian itu, karena Perjanjian Paris membuat negara adidaya itu harus membayar pajak untuk program Pemanasan global.[11]

“Aku bukan orang yang percaya pada pemanasan global, aku tak percaya pada pemanasan global yang direkayasa manusia itu. Tahun 1920, media-media ramai memberitakan tentang pendinginan global, sekarang mereka bicara tentang Pemanasan global. Aku tak percaya", ungkap Trump kepada awak media.[10]

Tahun 2015, para ilmuwan menemukan fakta adanya kenaikan suhu bumi sekitar 2 °C (dibaca: dua derajat celsius), yang berimbas pada mencairnya es di Samudera Antartika. Ditambah dengan banyaknya sampah plastik buatan manusia berhamburan di lautan, menimbulkan kerusakan biota laut dan merusak laut.[10] Sekitar 200 negara mengadakan pertemuan di Paris, Prancis, membahas masalah penanggulangan perubahan iklim dan pemanasan global ini. Lalu disepakatilah sebuah perjanjian yakni Perjanjian Paris sebagai upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Ada 109 negara yang turut mengesahkan aturan tersebut, yang pada saat itu, Amerika Serikat menjadi negara yang mengesahkan karena masih dijabat oleh Barack Obama.[10]

Kebijakan Pemerintahan Donald Trump

Pada 28 Maret 2017, Trump menandatangani pengesahan Keystone Pipeline System fase 4, atau yang dikenal juga dengan nama Keyston XL[a] guna menggeser United States Environmental Protection Agency disingkat EPA (Indonesia: Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat)[13] yang dibuat oleh Barack Obama disaat menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.[10]

Lalu Donald Trump mengubah kesepakatan Paris dengan mengeluarkan Amerika Serikat dari Perjanjian Paris 2015 pada tanggal 1 Juni 2017.[14] Sejak menjabat sebagai presiden resmi Amerika Serikat 20 Januari 2017, Donald Trump melakukan perlawanan kepada para ilmuwan dengan menggemakan "Perang kepada Sains".[15] Sebagai bentuk keseriusannya tentang apa yang telah dikampanyekannya pada saat proses pemilihan presiden Amerika. Ada 200 lembaga ilmuwan dan dari berbagai organisasi nirlaba, bersatu untuk membentuk komunitas mempertahankan peranan sains atau ilmu pengetahuan dalam pengembangan ekonomi dunia, kesehatan, dan sebagainya.[15]

Pemerintahan Donald Trump juga melakukan pemotongan anggaran untuk berbagai lembaga penelitian.[16] Proposal anggaran di tahun 2018 ini, Trump memotong hingga 31% anggaran Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat.[17] Para ilmuwan berspekulasi bahwa kebijakan Trump akan menghambat perkembangan sains Amerika Serikat bahkan global.[16] Atas kebijakan ini, banyak ilmuwan kemudian mengkritik dan menekan berbagai kebijakan Gedung Putih yang mengarah pada penyempitan ruang gerak ilmuwan dalam mengembangkan sains.[16]

Trump sendiri mengatakan bahwa pemerintahan yang dia pimpin tetap berusaha untuk membantu beban masyarakat, beban persuahaan, dan juga memikirkan bagaimana pemerintah dapat menjaga lingkungan agar tetap kondusif.[16] Mick Mulvaney, Direktur Anggaran keuangan Amerika Serikat mengatakan bahwa penelitian tentang perubahan iklim "buang-buang duit anda".[17] Kemudian Scott Pruitt, selaku administator Badan Perlindungan Lingkungan menyangkal pernyataan bahwa karbon dioksida adalah penyebab pemanasan global. Potongan dana penelitian yang diterapkan Trump berjumlah $ 7 Milyar.[17]

Ketua Kehormatan Pelaksana Aksi

 
Bill Nye, sebagai Ketua Kehormatan Bersama March for Science
 
Aksi unjuk rasa kaum perempuan di Washington, 21 Januari 2017, sehari setelah pelantikan Donald Trump

Sehari setelah pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat, pada 21 Januari 2017, sebuah aksi unjuk rasa kaum perempuan dalam jumlah besar diadakan di Washington, aksi ini disebut Woman's March atau Unjuk rasa Kaum Perempuan.[18] Unjuk rasa ini menuntut pemerintahan Donald Trump berkominten dalam mendukung kesetaraan gender di bidang pekerjaan dan tidak ada diskriminasi dalam segala aspek kehidupan masyarakat Amerika Serikat.[18]

Dalam situs resmi Gedung Putih, konten perubahan iklim telah dihapus sesuai dengan gagasan Donald Trump. Kemudian, berbagai pengguna anonim Reddit memberi beragam komentar atas hal ini.[19] Hingga salah seorang pengguna dengan akun bernama "Beaverteeth92" memberi masukan agar diadakan sebuah aksi menentang Gedung Putih di Washington.[20]

Ternyata penyataan tersebut direspon oleh banyak orang. Berita ini akhirnya tersebar kenberbagai platform sosial media, termasuk facebook dan twitter. Hanya dalam seminggu, terdapat 800.000 orang yang menyatakan kesedian untuk melakukan aksi, sejak didiskusikan tanggal 21 Maret 2017.[21]

Tanggal 30 Maret 2017, Bill Nye (pendiri Sains dan CEO dari Planetary Society, serta pembawa acara TV "Bill Nye the Science Guy),[22] bersama dengan Lydia Villa-Komaroff (ahli Biologi, wanita keturuan Amerika-Meksiko pertama peraih gelar doktor ilmu alam di Amerika Serikat),[22] dan Mona Hanna-Attisha (seorang dokter anak dan pengacara kesehatan masyarakat),[22] dipercaya sebagai penggerak aksi. Mereka juga didaulat menjadi ketua bersama kehormatan. Dengan pertemuan intens, disepakati aksi diadakan berketepatan dengan memperingati Hari Bumi 22 April 2017. Pesan berantai juga disampaikan kepada semua peserta agar mengikuti aksi unjuk rasa.[23]

Aksi March for Science

March for Science 2017

 
Peserta unjuk rasa menuju Gedung Putih

Aksi March for Science pertama diadakan pada tanggal 22 April 2017 bertepatan dengan peringatan Hari Bumi (Inggris: Earth Day).[24] Pelaksaan aksi di Amerika Serikat diadakan di sekitaran Monumen Gedung Putih Washington. Para pengunjuk rasa terdiri dari para ilmuwan, advokat, aktivis, warga negara dan bahkan melibatkan anak-anak.[24]

Pada aksi pertama ini, bertepatan dengan memperingati 50 tahun Hari Bumi. Meski cuaca yang dingin disertai hujan, banyak peserta yang tetap bertahan. Aksi dimulai pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Aksi ini diliput secara LIVE melalui berbagai media seperti Facebook, Twitter, Buzzfeed, dan lainnya. Sehingga aksi ini bisa menjangkau sekitar 2 juta orang di seluruh dunia. Dan mendapat perhatian dari ratusan ribu orang lainnya dari berbagai kota di dunia dan turut mendukung aksi ini.[24] Dan setelah beberapa hari pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat, sebuah group Facebook yang mendukung gerakan ini, telah mengumpulkan 838.000 anggota dan terdapat 500 aksi serupa di seluruh dunia.[25]

Misi resmi yang digemakan para pengunjuk rasa dalam aksi ditahun 2017 ini di Washington adalah memperjuangkan pendanaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan hal itu harus dikomunikasikan secara terbuka sebagai bentuk pilar kebebasan dan kemakmuran manusia.[25] Sementara di Colorado, mereka menyerukan kepada pembuat kebijakan pemerintahan, agar menerbitkan peraturan yang dapat dibuktikan, karena menyangkut kepentingan umum.[25] Di San Fransisco, Amerika Serikat, misi lain yang diserukan adalah kita perlu mempertahankan pendanaan dalam sains. Seruan ini diungkapkan oleh Ravi Valleti, seorang aktor yang menyebut dirinya sebagai futuris. Sementara di Arizona, sekelompok orang yang mengikuti aksi mengusung misi Aksi wanita untuk Bumi dan Sains.[25]

Shaugnessy Naughton, seorang ahli kimia di Universitas Princeton mengatakan "Sains ada di atas politik, tetapi para politikus tidak merasa malu terlibat dalam berbagai perkembangan sains".[25] Sehingga dia sangat menyarankan agar para ilmuwan jangan hanya berdiam diri, melainkan terlibat dalam politik, menjadi bagian dari peserta politik. Naughton sendiri mencalonkan diri menjadi anggota kongres di Pennsylvania tahun 2014 dan tahun 2016. Dan sejak saat itu, Naughton mendapat banyak dukungan dari para ilmuwan dan ingin bergabung dengannya untuk mengembangkan aksi dukungan betapa pentingnya pengembangan sains di Amerika Serikat.[25]

March for Science 2018

Aksi March of Science Kedua telah diadakan pada hari Sabtu, 14 April 2018. Sejak diadakan pertama kali ditahun 2017, berbagai kalangan peneliti semakin mengkritik atas kebijakan Donald Trump yang dianggap mengabaikan sains.[26] Ribuan peserta menggelar aksi, khususnya di Washington DC, ibukota Amerika Serikat.[26]

Salah seorang peserta aksi bernama Chris Zabra mengatakan kepada awak media, bahwa pemerintahan Donald Trump benar-benar mengabaikan sains. Berbagai peraturan mengenai lingkungan dihapuskan, yang berdampak juga pada hilangnya pekerjaan beberapa ahli yang bekerja pada bidang perubahan iklim, pestisida, pencemaran air, dan lainnya. Hal ini menjadi tekad Zabra untuk menentang kebijakan Trump. Chris Zarba sendiri telah bekerja selama 38 tahun di EPA[27] (Badan Perlindungan Lingkungan), dan memilih pensiun karena tidak menerima berbagai kebijakan Donald Trump.[26]

Peserta aksi lainnya, yakni Sheila Jassanof, seorang ahli sains dan teknologi di Universitas Harvard menyayangkan pernyataan Trump yang lebih menggunakan insting daripada menggunakan analisis data yang akurat dalam memandang Perubahan iklim.[28] Kemudian, David Titletly, pensiunan Angkatan Laut Amerika Serikat, berpendapat bahwa tindakan pencegahan kerusakan bumi harus dimulai sedini mungkin dan semuanya bergantung pada perkembangan sains.[28]

Partisipan March for Science 2017 di Eropa banyak berkontribusi dari negara Jerman. Namun, berdasarkan pantauan DW TV, jumlah aksi di Jerman cenderung lebih sedikit di tahun 2018. Ada 14 kota yang menjadi titik demonstrasi. Di Cologne dan Munster diikuti oleh 1.000 peserta, meski targetnya lebih dari jumlah tersebut. Sementara di Frankfurt hanya dihadiri 500 orang, padahal pekiraan awal akan dihadiri sekitar 2.000 orang.[28]

March for Science 2019

Aksi March for Science Ketiga telah diadakan pada tanggal 14 Mei 2019 di 150 lokasi lebih di seluruh dunia.[29] Unjuk rasa tahun 2019 memiliki pendukung yang lebih banyak, bahkan telah menyebar ke berbagai kota besar lainnya di dunia. Fokus unjukrasa ini juga berkembang, bukan hanya meminta penanganan Perubahan iklim, namun juga mendesak pemerintah untuk mengembangkan sektor lain.[30]

Di Amerika Serikat, aksi besar-besaran diadakan di kota New York. Setelah berjalan selama dua tahun, untuk aksi di New York bukan hanya menyoroti tentang perubahan iklim, melainkan juga pengembangan dunia kesehatan berbasis sains dan pengembangan pendidikan sains.[30]

Dukungan Berbagai Organisasi

Menjelang diadakannya aksi pertama 22 April 2017, sedikitnya ada 170 organisasi menjadi mitra untuk melakukam aksi ini. Sebut saja Society for neuroscience (Perhimpunan untuk Ahli Saraf) , Society for Resech in Child Development (Lembaga Penelitian dalam Perkembangan Anak), Genetics Society of America (Lembaga Genetika Amerika), Center for Biological Diversity (Pusat Keanekaragaman Hayati), dan Entomological Society of America (Perhimpunan Entomologi Amerika) dan lainnya.[22]

The Entomological Society of America (ESA) memberikan dukungan penuh pada "March for Science", yang diadakan tanggal 22 April 2017.[31] Prinsip-prinsip strategis yang dimiliki ESA, berselaras denga tujuan dan prinsip non-partisan "Unjuk rasa untuk Sains". ESA menghimbau kepada seluruh anggotanya untuk mengambil bagian dalam aksi itu dan menyalurkan manfaat positif dari ilmu serangga kepada dunia.[31]

Dukungan lainnya datang dari Asosiasi Guru Sains Nasional (Inggris: National Science Teaching Association, disingkat NSTA).[32] Organisasi yang beranggotakan sekitar 50.000 orang di seluruh ini meminta kepada pemimpin politik agar menghargai sains, karena berbagai fakta di dunia telah dibuktikan melalui sains.[32] Sebagai asosiasi guru, NSTA menganggap bahwa March for Science adalah sarana yang tepat untuk memberi pembelajaran bagi warga agar lebih memahami betapa pentingnya Sains diajarkan kepada siswa-siswi. Sehingga pad unjuk rasa tanggal 14 Maret 2018 di Washington, para guru sains ini memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang sains.[32] NSTA sendiri telah menjadi mitra resmi March for Science sejak Maret 2018.[32]

Tanggapan Donald Trump

Tanggal 15 Maret 2018, dalam sebuah acara program Televici CBS, 60 Minutes, Trump mengeluarkan penyataan yang berbeda melalui akun tweeternya ditahun 2016 dan kampanye tahun 2016.[8] Trump mengatakan diacara tersebut bahwa pemanasan global mungkin saja terjadi dan semuanya disebabkan oleh manusia. Trump memberi alasan lain, dia hanya tidak ingin mengeluarkan banyak dana hanya demi mempersoalkan perubahan iklim.[8]

Pasca menarik diri dari Persetujuan Paris dan sempat menekan anggaran dibidang sains, Trump mengubah strategi politiknya.[33] Dalam Srategi Keamanan Nasional Baru Amerika Serikat (Inggris: New National Security Strategy (NSS)), Trump menghapus istilah ancaman pemanasan global, karena Amerika Serikat ingin lebih meningkatkan daya saing ekonominya dengan negara lain. [33]

Berbagai Komunitas March for Science

Berkembangnya March for Science di berbagai belahan dunia, menjadikan gerakan ini mendapat dukungan dari banyak pihak dengan latar belakang berbeda. Terlebih komitmen untuk memperjuangkan pengembangan sains meliputi banyak aspek, pendukung di Amerika Serikat dan negara lain selain di Amerika Serikat cukup antusias melibatkan diri dalam unjuk rasa berkelanjutan ini.[6]

Amerika

March for Science San Antonio

 
Universitas Texas di San Antonio, lokasi awal berkumpul aksi March for Science 6 April 2019

Aksi March for Science 2019 di San Antonio diadakan tanggal 6 April 2019.[34] Pusat perkumpulan aksi bertempat di University of Texas, San Antonia, dan bergerak menuju "City Cambers" Main Plaza, San Antonio. Unjuk rasa ini didukung oleh walikota San Antonio, Ron Nirenberg yang sekaligus juga menjadi pembicara.[34] Kemudian ada Ana Sandoval (Anggota Dewan Kota San Antonio), Matthew Su (Pendiri Sekolah Menengah Sains dan Iklim "Ignition Green") dan Dr. Gunnar Scade (ilmuwan atmosfer) dari Universitas A&M Texas, sebagai pembicara utama.

Di San Antonio, aksi ini mengutip laporan para ilmuwan dalam buku terbitan 2004 berdasarkan penelitian rentang waktu 1993-2003, dimana prediksi para ilmuwan ditahun 1950an, 60-an, dan 70-an, hampir semuanya menjadi kenyataan. Perubahan iklim yang dibicarakan ditahun-tahun yang lampu, telah teruji oleh waktu dan kini menjadi kenyataan.[34] Sehingga, aksi March for Science San Antonio memprotes kebijakan Trump yang memangkas anggaran untuk tujuan penelitian dan penanggulangan pemanasan global.[34]

March for Science San Diego

Pelaksanaan March for Science di San Diego menjadi agenda masyarakat di sana untuk menyuarakan pentingnya peranan masyarakat dalam menjaga perkembangan ilmu pengetahuan.[35] Kegiatan ini umumnya diadakan di "Waterfront Park" pusat kota San Diego. Perubahan konsep March for Science 2019 dilakukan oleh panitia pelaksana, sebagai pengembangan dari aksi tahun sebelumnya. Aksi 2019 dimasukkan konsep pameran sains, pengetahuan dan tanya jawab tentang perubahan iklim dan diselenggarakan juga sebuah Kontes Poster.[35] Hal ini dilakukan agar mendapat lebih banyak perhatian dari publik dan menarik minat supaya bergabung dalam aksi Rally for Science, yang diadakan tanggal 4 Mei 2019 dari pukul 10 pagi hingga pukul 1 siang.[35]

March for Science Arizona Selatan

Komunitas March for Sciencedi Arizona Selatan, Amerika Serikat memberikan pengalaman bagi partisipan untuk menggunakan, melihat, mempraktekkan sains secara langsung.[36] Komuntas ini juga membentuk Sains AZ, tempat untuk mendiskusikan perkembangan sains di Arizona Selatan dan bagaimana kawasan tersebut dapat menjadi basis pengembangan sains. Masyarakat diajak untuk mengenal sains lebih baik, sehingga sains dapat dinikmati semua orang.[36]

March for Science Minnesota

Minnesota menjadi salah satu tempat diadakannya aksi unjukrasa untuk sains ini. Pada 2019, Kegiatan ini diadakan hari Sabtu tanggal 4 Mei di "Minnesota State Capitol".[37] Program ini diadakan supaya pemerintah mendengar suara rakyat dan orang-orang yang terpinggirkan. Kegiatan ini juga memberikan edukasi kepada warga akan pentingnya pengembangan ilmu sains di Minnesota.[37]

Salah satu pembicara dalam aksi di Minnesotan tahun 2019 adalah Eric Dayton, pendiri "Askov Finlayson" sebuah perusahaan pakaian.[38] Perusahaan ini berkomitmen memberikan bantuan $ 1 juta untuk lima tahun ke depan, sebagai upaya mengatasi perubahan iklim dunia.[38] Eric juga merupakan pendiri dan ketua dewan "The Great Northern" sebuah acara festival tahunan musim dingin di Minnesota.[38]

March for Science New York

 
Sejumlah peserta dan Organisasi March for Science di El Paso, Texas, 22 April 2017

Di New York, Amerika Serikat, gerakan ini dihimpun oleh komunitas ilmiah yang dipimpin generasi yang lebih muda.[39] Nama Inggrid Parades dan Omar Gowayed sebagai Co-chair, kemudian Alexandra Serio sebagai Direktur Komunikasi, Micah Savir sebagai Direktur Diversity and Inclusion, Giana White sebagai pengurus Volunteer, Frankie Wunschel sebagai Koordinator pengarah, dan Tifanny Kilfeather, Jairo Munoz, Joshua Acklin, sebagai Pengurus Pameran.[39]

Setidaknya, ada tiga komitmen utama yang diupayakan oleh March for Science di New York, yakni:[39]

  • Membuka akses informasi tentang sains kepada masyarakat umum.
  • Sains dapat digunakan semua orang demi kebaikan bersama dan melestarikan demokrasi.
  • Melindungi Hak Asasi Manusia (HAM) dan lingkungan hidup.

March for Science Guatemala

Perekonomian Guatemala menjadi yang terbaik diantara negara lain di kawasan Amerika Tengah, namun tingkat pengembangan atau penelitian sainsnya masih rendah.[40] Komunitas March for Science di Guatemala mengharapkan adanya pengembangan penelitian ilmu pengetahuan.[40] Komunitas ini mengajak masyarakat untuk melihat perjuangan Guatemala membangun masa depan dengan belajar dari masa lalu karena sejarah dan politis di Guatemala saling berkaitan namun terkesan lambat.[40] Sehingga simpatisan menuntut agar pemerintah memberikan perhatian khusus pada pengembangan sains untuk mendukung masa depan Guatemala yang lebih baik.[40]

March for Science Seattle

Di Cal Anderson Park Seattle, berkumpul sekitar 250 orang untuk menggelar aksi unjukrasa.[41] Dibawah gerimis hujan, unjukrasa yang digelar pada Sabtu, 14 April 2018 pagi,[42] mereka menyuarakan kekhawatiran mereka akan nasib perkembangan sains Amerika Serikat seperti yang dilakukan di Washington.[41] Sementara itu, salah seorang anggota kongres Seattle, Pramila Jayapal, mengkirik kepala Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), Scot Pruitt, dia dianggap melakukan korupsi dalam jabatannya. Unjukrasa di Seattle dihadiri berbagai kalangan, termasuk pelajar SMA, anggota kongres, akademisi,[42] ada pula reporter seni dan budaya, Brendan Kiley, direktur Washington State, Mike Stevens, dan lainnya.[41]

March for Science Brasil

Unjukrasa Sains di Brasil terjadi di seluruh ibukota negara bagian dan lokasi ujukrasa di dominasi di tiga kota besar Brasil yakni, kota Sao Paulo, kota Rio de Janeiro, dan Belo Horizento.[43] Para ilmuwan, guru-guru sains dan murid-murid bersatu melakukan aksi melawan pemerintahan Brasil. Ratusan ribu peserta berunjukrasa di 200 lokasi terpisah di Brasil.[43]

Para pengunjukrasa menyoroti tindakan pemerintah Brasil dibawah pimpinan presiden Jair Bolsonaro yang menahan 42% dana investasi Kementrian sains dan manahan 25% dana pendidikan tingkat Universitas. Pemerintah Brasil juga menahan dana beasiswa untuk 3.000 mahasiwa-mahasiswi pasca sarjana.[43] Karena hal tersebut, Natalie Cella, seorang ahli Biokimia di Universitas Sao Paulo, melibatkan diri pada unjukrasa April tahun 2017. Cella juga mengungkapkan bahwa 90% hasil penelitian ilmiah di Brasil dikerjakan oleh mahasiswa-mahasiswi pasca sarjana.[43]

March for Science Kanada

Agenda unjukrasa March for Science 2017 di Kanada mengedepankan keberagaman warga Kanada dengan latar belakang berbeda namun bersama-sama perduli terhadap sains.[44] Hal ini terlihat dari peserta dan pembicara yang hadir. Seorang warga Muslim Kanada keturunan dan lahir di Pakistan menjadi salah satu pembicara dalam aksi tersebut. Ada pula mantan penyiar dan penulis buku "The Science of Why", Jay Ingram, mengatakan bahwa "ada sesuatu yang hilang, dan orang-orang disini setuju bahwa sains itu penting".[44] Hadir juga penyanyi aktivis The Raging Grannies, menyanyikan lagu dengan lirik bernuansa perubahan iklim dan pentingnya sains.[44]

Eropa dan Afrika

Berbagai peristiwa unjukrasa sains di Eropa dan Afrika, ada dalam warna berbeda. Di beberapa tempat, aksi dapat berjalan dengan baik, namun di sebagian tempat, dinilai oleh ilmuwan sebagai ajang panggung politik oleh pemerintah, seperti yang terjadi di Belgia pada tahun 2017 lalu.[45]

March for Science Belgia

Pengaruh yang diakibatkan oleh Donald Trump terkait pemangkasan dana pengembangan sains di Amerika Serikat, berimbas pada gerakan perlawanan kepada pemerintah di negara lainnya. Atas tindakan yang sama dalam pengurangan dana pengembangan sains di Eropa, khususnya di Belgia, sekelompok ilmuwan berikhtiar untuk melakukan aksi tuntutan.[45] Namun, pelaksaan March for science pada 22 April 2017 dinilai oleh peserta aksi sebagai panggung politik Komisi Eropa. Gelaran yang seharusnya bersifat tuntutan berubah menjadi sebuah festival yang hanya mempromosikan program sains Eropa.[45]

Mengutip laporan "Dana Nasional untuk Penelitian Ilmiah" di Belgia (Inggris: The National Fund for Scientific Research (NFSR); Belanda: Nationaal Fonds voor Wetenschappelijk Onderzoek (NFWO); Prancis: Fonds National de la Recherche Scientifique (FNRS)), berdasarkan temuan Euro Scientist sebagai promotor aksi unjukrasa, rentang tahun 2009 hingga 2014, dari 23 penelitian sains di Belgia hanya 3 penelitian yang diselesaikan dan 12 diantaranya dilaporkan hampir gagal bahkan tidak bisa dimulai karena kurangnya biaya operasional.[45] Sebanyak € 55 juta dana yang dibutuhkan untuk memenuhi semua kebutuhan penelitian di Belgia, sejak dikuranginya pendanaan di tahun 2010. Untuk itu, para ilmuwan yang terlibat dalam aksi March for Science menggelar aksi kedua pada 29 April 2017 di Brussel.[45] Mereka menuntut agar sains jangan dijadikan sebagai ajang politik, karena masalah pemanasan global dan perubahan iklim, dan perlindungan ekosistem menjadi tanggungjawab bersama.[45]

March for Science Britania Raya

Pelaksanaan aksi March for Sciencedi Britania Raya, umumnya digelar di kota London, Edinburgh, Manchester, Cardiff, dan di Bristol.[46] Bersinergi dengan tuntutan para peserta March for Science di seluruh dunia, mendukung langkah di Amerika Serikat atas kebijakan Donald Trump yang memangkas dana penelitian.[46] Kegiatan atau aksi di Britania Raya menjadi bentuk solidaritas warga, meminta pemerintahan di Britania Raya mendukung komunitas ilmiah khususnya di Britania Raya. Pelaksaan aksi di London, dipusatkan di Science Museum (Museum Sains) Kensington,[47] dengan rute awal dari Imperial College Road dan Exhibition Road, kota London, Inggris.[46]

Dalam penyelenggaraan aksi di tahun 2017, dihadiri pula oleh Peter Capaldi, dan komedian sekaligus pembawa acara Radio 4 "The Infinite Monkey Cage", Robin Ince. Mereka menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Donald Trump merupakan tindakan cemooh kepada para ilmuwan.[47] Terkait juga dengan Brexit, Ince mengatakan bahwa gagasan Brexit akan menghambat perkembangan dunia sains di negara ratu Elisabeth tersebut.[47]

March for Science Denmark

Aksi unjuk rasa tahun 2017 di Denmark disambut antusias oleh berbagai kalangan.[48] Lalu, pawai di 22 April 2018, mengajak seluruh lapisan masyarakat dari latar belakang berbeda, baik aspek budaya, agama, latar belakang ekonomi, orientasi seksual, bersama-sama menyuarakan agar pemimpin politik memiliki keinginan kuat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.[48] March for Science di Denmark juga menyoroti para politikus yang telah dan akan dipilih, harus menjadi bagian dari penentu masa depan Denmark, dengan memajukan perkembangan sains karena sains sudah menjadi kebutuhan manusia.[48]

March for Science Nigeria

Dr. Abdulrazak Ibrahim, dari Departemen Biokimia di Universitas Ahmadu Bello (Ahmadu Bello University, disingkat ABU), Zaria, Nigeria, mengapresiasi kegiatan March for Science yang diadakan di negara tersebut.[49] Abdulrazak mengatakan bahwa tidak ada negara yang mencapai transformasi perekonomian tanpa melibatkan sains. Tekat untuk memajukan Nigeria menjadi lebih maju, adalah tujuan Abdulrazak dan para pecinta lingkungan, petani dan ilmuwan, turut dalam aksi March for Science yang diadakan 4 Mei 2019 di Abuja Nigeria.[49]

Pengunjukrasa menyoroti rendahnya dana investasi khususnya di benua Afrika untuk pengembangan penelitian dan sains, hanya 0,3%. Berbagai organisasi meminta pemerintahan Nigeria untuk mengedepankan pengembangan sains agar bisa bersaing dengan negara Brazil, Tiongkok, karena hanya sains satu-satunya terobosan untuk mencapai tansformasi ekonomi.[49]

March for Science Norwegia

Slogan para pengunjuk rasa di kota Troms Norwegia 22 April 2017 bertuliskan " Agenda Isen Har Ikke, Den Bare Smelter! ", yang artinya "Es Tidak Memiliki Agenda - Hanya Meleleh!".[50] Para ilmuwan, politikus dan sejumlah warga berjumlah 200 orang berkumpul di alun-alun pasar kota Troms, menyuarakan pentingnya ilmu sains dalam kehidupan manusia. Adele Williamson, seorang ahli biokimia di Universitas Troms yang menjadi salah satu peserta aksi sangat antusias untuk melakukan aksi unjuk rasa. Selain itu, diadakan juga diskusi tentang sains yang banyak diikuti oleh non ilmuwan atau peneliti.[50]

Asia dan Oseania

March for Science Australia

Gerakan March for Science di Australia mendukung penuh bahwa sains ataupun ilmu pengertahuan adalah milik semua orang. Salah satu tantangan gerakan ini di Australia adalah mengayomi penduduk asli yakni Aborigin yang masih menjaga tradisi leluhur mereka dengan menerapkan berbagai hal yang bersifat tradisional.[51] Meski demikian, kehadiran March for Science di Australia tetap menghormati apa yang menjadi bagian dari kehidupan turun-temurun orang Aborigin, sebagai penduduk asli minoritas di Australia.[51]

March for Science Australia mensinergikan gerakannya tanpa menyinggung atau menentang hak-hak baik itu jenis kelamin, suku, agama, afiliasi politik atau perekonomian.[51] March for Science Australia juga mempromosikan pengembangan sains yang bisa didukung oleh semua pihak, dan semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dalam pengembangan tersebut.[51]

March for Science India

Di India, sebuah organinasi bernama Breakthrough Science Society (BSS), telah memulai gerakan untuk meminta pemerintahan pusat dan negara bagian India memberikan sumbangsih dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan dan pengembangan penelitian.[52] Dr. Reeteka Sud mengatakan bahwa pemerintah India harus terbuka untuk melihat kenyataan di India, tengah menghadapi berbagai dampak buruk pemanasan global. Suhu udara di beberapa negara bagian India telah mencapai 45° celsius, dan hal ini akan mengganggu bidang pertanian di India. Reeteka juga berpendapat bahwa anggaran pemerintah untuk pengembangan penelitian sangat sedikit.[52] Dia juga mengkiritisi pemerintahan di provinsi Tamil Nadu yang berbohong tentang ketersedian air di kawasan itu. Padahal nyatanya , Tamil Nadu sedang mengalami krisis kekeringan air, dan media massa telah memberitakannya dengan topik "Kekeringan Air di Chennai".[52]

Bulan Maret 2019, aksi unjuk rasa March for Science diadakan di beberapa titik di India. Gelaran ini kembali diadakan dengan jumlah wilayah yang lebih luas.[52] Tanggal 9 Agustus 2019, aksi March for Science di seluruh kota besar di India digelar untuk kedua kalinya di tahun 2019. Tuntutan utama dari aksi ini adalah meminta pemerintahan untuk melakukan penelitian dan pengembangan sains, sebagai upaya mengatasi persoalan perubahan iklim di India. Pengunjuk rasa juga mengingatkan pemerintah supaya tidak hanya berargumen tetapi harus bisa memberi bukti melalui penelitian.[52]

March for Science Korea Selatan

Konsep aksi tahun 2017 di kota Seoul, Korea Selatan dibuat seperti pekan raya.[53] Panitia pelaksana mempersiapkan 15 stan di depan plaza "Sejong Center for Performing Arts", yang diisi dengan berbagai gerai ilmu biologi bahkan menapilkan robot-robot untuk menarik minat anak-anak.[53] Seungwhan Kim, salah satu koordinator aksi mengatakan bahwa aksi ini merupakan acara internasional yang bisa menyebar pesan pentingnya sains di Korea Selatan dan dunia internasional.[53]

March for Science Vietnam

Yang menarik dari aksi March for Science 2017 di Vietnam adalah peserta yang hadir hanya 6 orang saja. Itupun, semua merupakan warga negara asing, bukan penduduk asli Vietnam. Martin Enserink, salah satu peserta yang diadakan di kota Ho Chi Minh mengatakan, meskipun jumlahnya sangat sedikit, namun mereka tetap antusias menyebarkan March for Science di Vietnam.[53]

Lihat pula

Pranala Luar

Catatan Kaki

  1. ^ Keyston Pipeline System atau Sistem Pipa Keystone adalah sebuah sistem saluran pipa minyak di Kanada dan Amerika Serikat sejak tahun 2010, terdiri dari fase 1, fase 2, fase 3a, fase 3b dan fase 4 (Keyston XL. Pada tahun 2015, Barack Obama menunda kelanjutan Keyston XL, karena mendapat penentangan dari pecinta lingkungan. Lalu, pada 24 Januari 2017, Donald Trump mengizinkan kembali pengembangan Keyston XL dan mengesahkannya pada 28 Maret 2017[12]

Referensi

  1. ^ Kaplan, Sarah (October 23, 2017). "Six months later, the March for Science tries to build a lasting movement". Diakses tanggal 2 November 2019 – via www.WashingtonPost.com. 
  2. ^ Sarah Kaplan, Bill Nye will join the March for Science, Washington Post (1 November 2019)
  3. ^ Milman, Oliver (April 22, 2017). "March for Science puts Earth Day focus on global opposition to Trump". www.theguardian.com. Diakses tanggal 2 November 2019. 
  4. ^ a b c "Scientists to oppose Donald Trump in huge 'March for Science' in Washington". The Independent. January 26, 2017. Diakses tanggal 2 November 2019. 
  5. ^ a b St. Fleur, Nicholas (April 22, 2017). "Scientists, Feeling Under Siege, March Against Trump Policies". New York Times. Diakses tanggal 1 November 2019. 
  6. ^ a b c "March for Science di Seluruh Dunia". www.voaindonesia.com. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  7. ^ a b c "Trump Menuduh Para Ilmuwan "Memiliki Agenda Politik"". www.bbc.com. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  8. ^ a b c d "Donald Trump: "Perubahan Iklim Bukan Hoax, Tapi..."". www.m.liputan6.com. Diakses tanggal 4 November 2019. 
  9. ^ a b c "Fakta dan Kebohongan Dibalik Aksi Saling Cerca Clinton Trump". www.m.cnnindonesia.com. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  10. ^ a b c d e f g "Aksi Donald Trump Melawan Planet Bumi". www.tirto.id. Diakses tanggal 4 November 2019. 
  11. ^ a b "Anjloknya Martabat Sains dibalik Ocehan Donald Trump". www.tirto.id. Diakses tanggal 7 November 2019. 
  12. ^ "TC Energy — Keystone XL Pipeline". www.tcenergy.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 14 November 2019. 
  13. ^ "Our Mission and What We Do". EPA. 4 November 2019. 
  14. ^ "Presiden Trump Putuskan AS Keluar dari Perjanjian Paris". www.tirto.id. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  15. ^ a b "March for Science DC, What to Know About the April 2017 March on Washington". www.mic.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 4 November 2019. 
  16. ^ a b c d "Migrasi ke Planet Lain, Tenang, Masih Banyak yang Peduli dengan Bumi". www.kumparan.com. Diakses tanggal 5 November 2019. 
  17. ^ a b c "March for Science Earth Day Climate Change Trump". www.theguardian.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 November 2019. 
  18. ^ a b Science Magazine (April 12, 2017). "Behind the scenes at the March for Science". Diakses tanggal 12 November 2019 – via YouTube. 
  19. ^ "On eve of science march, planners look ahead". sciencemag.org (dalam bahasa Inggris). April 11, 2017. Diakses tanggal 4 November 2019. 
  20. ^ "The March for Science began with this person's 'throwaway line' on Reddit". www.WashingtonPost.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 4 November 2019. 
  21. ^ Scientific American's editors (May 2017). "To Change Politics, Do More Than March for Science; To fight antiresearch policies, scientists must become activists for the long haul". ScientificAmerican.com (dalam bahasa Inggris). Scientific American. Diakses tanggal 4 November 2019. 
  22. ^ a b c d "2017 March for Science Guide". www.livescience.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 November 2019. 
  23. ^ "Scientists' March On Washington Being Planned". Forbes (dalam bahasa Inggris). 26 Januari 2017. Diakses tanggal 4 November 2019. 
  24. ^ a b c "March for Science in Washington DC". www.earthday.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 November 2019. 
  25. ^ a b c d e f "The March for Science Isn't about What You Think It's About". www.qz.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 November 2019. 
  26. ^ a b c "Para Ilmuwan Gelar March for Science". www.voaindonesia.com. Diakses tanggal 3 November 2019. 
  27. ^ "Our Mission and What We Do" (dalam bahasa Inggris). EPA. Diakses tanggal 7 November 2019. 
  28. ^ a b c "Crowds Turn Out Around the World for March for Science". www.dw.com. Diakses tanggal 4 November 2019. 
  29. ^ "Third Annual March for Science Deaws Crowds in New York and Oved 150 Locations Around the World". www.marchforscience.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 November 2019. 
  30. ^ a b "March Science 2019 May 4 Day Action". www.cochrane.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 4 November 2019. 
  31. ^ a b "ESA Activities Support March Sciense". www.entsoc.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 November 2019. 
  32. ^ a b c d "March for Science, April 22nd 2018". www.nsta.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 November 2019. 
  33. ^ a b "Trump Coret Perubahan Iklim dari Daftar Ancaman Nasional AS". www.m.liputan6.com. Diakses tanggal 6 November 2019. 
  34. ^ a b c d "March for Science San Antonio". www.marchforsciencesa.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 November 2019. 
  35. ^ a b c "Rally for Science". www.sandiegoforscience.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 November 2019. 
  36. ^ a b "Rally for Science 2019". www.marchforsciencesaz.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 November 2019. 
  37. ^ a b "March for Science Minnesot". www.marchforsciencemn.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 11 November 2019. 
  38. ^ a b c "Eric Dayton 2018 Rally". www.marchforsciencemn.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 11 November 2019. 
  39. ^ a b c "March for Science New York". www.marchforsciencenyc.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 November 2019. 
  40. ^ a b c d "March for Science Guatemala 2019" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 4 November 2019. 
  41. ^ a b c "Hundreds Gather at Cal Anderson Park for Second Annual March for Science Rally". www.seattletimes.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 10 November 2019. 
  42. ^ a b "March for Science Seattle". www.marchforscienceseattle.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 10 November 2019. 
  43. ^ a b c d "Brazil Useful Idiots Protest Cuts Reseach and Education". www.sciencemag.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2019. 
  44. ^ a b c "Clearly, Ther is Missing". www.sciencemag.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  45. ^ a b c d e f "April 22nd Brussels March Science EU Politics". www.euroscientist.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 11 November 2019. 
  46. ^ a b c "Againts Climate Change". www.campaigncc.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2019. 
  47. ^ a b c "March for Science Joined in London". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2019. 
  48. ^ a b c "March for Science Denmark, Copenhagen". www.marchforscience.dk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 November 2019. 
  49. ^ a b c "Nigeria Marches Mainstream Science". www.allianceforscience.cornell.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 6 November 2019. 
  50. ^ a b "Live Updates Global March Science". www.sciencemag.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  51. ^ a b c d "March for Science Australia". www.marchforscienceaustralia.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 November 2019. 
  52. ^ a b c d e "Towards Tangible Change in Scientific Temper". www.marchforscience.in (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 November 2019. 
  53. ^ a b c d "Live Updates Global March Science". www.sciencemag.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2019.