Izaac Wanggai

Persatuan Pesepakbola Indonesia

J. Mario Belougi

Jouries Mario Belougi (Lahir di Bitung, Sulawesi Utara, 5 Mei 1975; umur 44 tahun) adalah seorang aktivis pro-demokrasi di Indonesia. Ia memainkan peran penting dalam mendobrag status quo dan dogmatisme pemerintah orde baru pada era 90-an. Belougi bersama Forum Oposisi Rakyat mengancam memboikot hasil pemilu 1997 yang dinilai sarat rekayasa dan membohongi rakyat. Pasca reformasi 98, Belougi melakukan misi sosial dan kemanusiaan pada pelaksanaan jajak pendapat di Timor Timur 1999.

J. Mario Belougi
Berkas:J Mario Belougi.jpg
Lahir5 Mei 1975 (umur 49)
  Bitung, Sulawesi Utara
Kebangsaan  Indonesia
AlmamaterUniversitas De Lasalle
PekerjaanPegiat sosial
Dikenal atasAktivis pro-demokrasi

Kehidupan awal

Belougi berasal dari keluarga bangsa pelaut yang mendiami gugusan pulau-pulau kecil di Kepulauan Nusa Utara yang berbatasan langsung dengan Pulau Mindanao, Filipina bagian selatan. Ia menjalani masa kecilnya dengan segala keterbatasan, satu-satunya pilihan hidup adalah ikut keluarganya sebagai nelayan tradisional dan petani musiman yang menjadi warisan leluhurnya. Sejak tahun 1985 Belougi diasuh oleh seorang ibu angkat di piggiran Kota Manado, Sulawesi Utara, disini awal mula ia berafiliasi dengan kaum marjinal dan mengenal kehidupan jalanan, ia memiliki kelompok musik jalanan bernama Anak Republik. Pada tahun 1987 Belougi bersama sejumlah anak jalanan mendirikan komunitas Aksara (Aktivis Suara Akar Rumput Nusantara) dan aktif dalam kegiatan aktivisme sejak tahun 1990.

Kegiatan aktivisme

Belougi merupakan sosok yang memainkan peran penting dalam pergerakan rakyat arus bawah pada era 90-an. Publik mulai mengenalnya saat ia memimpin kampanye anti-diskriminasi dan intimidasi terhadap kaum marjinal di Manado tahun 1992, kegiatan ini sebagai awal pergerakan rakyat arus bawah untuk mendobrak status quo dan menolak dogmatisme pemerintah orde baru yang mengurung kebebasan demokrasi dan merampas hak-hak dasar rakyat. Peristiwa ini kemudian memicu timbulnya pergolakan di berbagai daerah yang menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya.

Pada tahun 1994 Belougi memimpin mimbar bebas di Makassar dan melakukan mosi tidak percaya terhadap pemerintah, kegiatan ini berujung bentrok antara massa dengan petugas keamanan dan mengakibatkan kerusakan sejumlah fasilitas pemerintah Kota Makassar dan Pemprov Sulawesi Selatan. Belougi menuntut adanya kesempatan yang sama dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan dengan menghadirkan pemimipin demokratis yang dapat bertindak menurut kehendak rakyat, menegakkan nilai-nilai demokrasi dan supremasi hukum (rule of law).

Belougi melalui Forum Oposisi Rakyat mengancam untuk memboikot hasil pemilu 1997 yang nilai sarat rekayasa dan membohongi rakyat, hal ini terkait penolakan pemerintah terhadap kepemimpinan Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) saat itu. Ia di tangkap di Jakarta pada 17 Mei 1998, kejadian ini berawal saat Belougi bersama buruh pelabuhan dan massa anti orde baru dari luar Pulau Jawa terlibat bentrok dengan aparat keamanan di Pelabuhan Tanjung Priok yang memblokade jalan masuk ke kota, kejadian tersebut merupakan rangkaian dari sejumlah peristiwa di ibu kota yang berujung dengan berakhirnya masa pemerintahan orde baru pada 21 Mei 1998.

Kegiatan sosial

Solidaritas untuk rakyat Timor Timur

Pasca reformasi 98, Belougi bersama rekannya dari Center Information Inland Society (CIIS) berada di Timor Timur untuk bantuan kemanusiaan dan pembangunan infrastruktur sosial, namun kegiatan tersebut tidak berjalan normal akibat situasi keamanan. Di awal tahun 1999 Indonesia kembali dihadapkan dengan masalah politik terkait pergolakan di Timor Timur antara kelompok pro-kemerdekaan dan pro-integrasi, situasi makin tidak menentu seiring adanya instruksi Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada UNAMET (United Nations Mission in East Timor) untuk melaksanakan jajak pendapat di kalangan rakyat Timor Timur pada Agustus 1999.

UNAMET mengawali misinya di Timor Timur pada Juni 1999 dan menjadikan situasi politik semakin memburuk, Belougi menyikapi hal ini dengan mengedepankan misi sosial dan kemanusiaan, dalam kondisi darurat Belougi bersama rekannya terus menyalakan semangat nasionalisme dan ikrar satu negeri dengan rakyat Timor Timur, hal ini dilakukan untuk mengobati kekecewaan rakyat pro-integrasi terhadap keputusan pemerintah Indonesia yang merespon instruksi PBB untuk melaksanakan jajak pendapat di Timor Timur.

Opsi jajak pendapat 30 Agustus 1999 berakhir dengan kemenangan kelompok pro-kemerdekaan, dan saat kelompok pro-integrasi mengungsi ke wilayah Indonesia, Belougi mengajukan protes kepada komisioner tinggi PBB untuk pengungsi - UNHCR (United Nation High Commisioner Refugees) di Atambua atas minimnya bantuan kemanusiaan kepada pengungsi dan meminta UNHCR bertanggung jawab atas meninggalnya sejumlah pengungsi di perbatasan Timor Barat.

Peran Belougi di Timor Timur adalah sebagai bentuk solidaritas kebangsaan, Ia turut andil untuk membantu pengadaan logistik sebelum dan sesudah pelaksanaan referendum, serta turut menangani permasalahan sosial bekas pengungsi Timor Timur di Indonesia. Belougi menyebut lepasnya Timor Timur dari NKRI bukan kesalahan Presiden B. J. Habibie tapi lahir dari sebuah konspirasi politik yang menggiring Indonesia dalam posisi sulit dengan penekanan isu pelanggaran HAM, dan menjadi dilema bagi sebagian rakyat Indonesia antara pro-demokrasi dan integritas bangsa.

Menelusuri tapal batas Indonesia

 
Belougi di pedalaman Pulau Weh, Aceh tahun 2000

Belajar dari lepasnya Timor Timur dari Indonesia, Belougi aktif mengunjungi daerah tapal batas Indonesia dan mengajak anak-anak muda untuk melakukan kegiatan sosial seperti Indonesia Back to Nature di Pulau Weh, Aceh tahun 2000, Indonesia Beta di tapal batas Papua 2001, Sasindonesia di Pulau Rote 2003 dan Ikrar Satu Negeri di Pulau Miangas 2005. Hal ini menjadi kegiatan rutin Belougi setiap tahun dan dimaksudkan untuk merawat semangat nasionalisme di daerah tapal batas dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Kehidupan pribadi

Belougi menikah tahun 1999 dan dikaruniai dua putri bernama Wanda Belougi dan Melanie Belougi serta seorang putra bernama Ayyas Belougi.

Karier

  • Center Information Inland Society (CIIS), Sebagai Direktur, 2005-2007 dan Sebagai Advisor, 2012-2014
  • Rantemario Rice Resources (RRR), Sebagai Chief Executive Officer, 2015-2018
  • National Guard (National Geography Underdeveloped of Area Rural Development), Sebagai Direktur, 2019-2021.
  • Ketua Forum Integritas Nasional (FINAL), sejak 2020

Pranala luar