Noor Bersaudara
"Noor Bersaudara" adalah salah satu grup musik Indonesia pertama yang memiliki arransmen vokal progresif.
Awalnya grup ini band bocah yang kerap beraksi secara reguler di TVRI yang dibentuk pada tahun 1962 oleh Adi Noor (sang paman) menasbihkan menjadi Noor Bersaudara. Pada saat itu kelompok ini adalah sebuah band bocah keluarga yang mempunyai ikatan saudara beranggotakan antara lain, Firzy (11 tahun), Harry (9), Iwan (10), Nana (8), Ida (9), Yanti (8), dan Dewi (6).[1]
Awal berdiri
Band ini pernah ikut festival band se-Kebayoran. Dengan mendompleng nama Irama Remaja Band milik sang paman yang salah satu personelnya Sophan Sophian, untuk berlaga, band ini berhasil sebagai pemenang ke III dan mampu menyisihkan peserta band dewasa lainnya.
Kemudian band bocah ini makin dikenal masyarakat lewat pemberitaan surat kabar dan majalah maupun seringnya mengisi secara di televisi. Tempat-tempat seperti perbelanjaan Pasar Baru dan Taman Rekreasi Cibulan-Cisarua, dan Sampoer-Tanjung Priok, sering dijadikan tempat pertunjukan untuk mencari perhatian masyarakat.
Pada tahun yang sama 1962 mengisi acara workshop di TVRI secara live. Selain penyanyi Anna Mathovani dan Fenty Effendi, mereka pun rutin mengisi acara musik setiap satu bulan sekali di TVRI. Tidak hanya di Jakarta saja, band bocah ini pun merambah pertunjukan di kota Bandung dan melibatkan penyanyi lokal, Fenty Effendi, sebagai vokal tamu.
Rekaman
Memasuki 1975, dunia rekaman sudah terbuka lebar. Dengan formasi lebih kecil yang beranggotakan lima orang, terdiri dari Firzy (gitar), Harry (bass & drum), Nana (vokal), Yanti (vokal), dan Ida (vokal) mereka mulai mengusung nama Noor Bersaudara. Kelompok ini merekam album perdananya untuk label Pramaqua, seperti Harapan nan Gersang, Cinta yang Hilang, Menanti Kasih, Love Is, Kuingat Selalu dan lainnya. Menariknya lagi, hampir semua lagu dan lirik berbahasa Indonesia maupun Inggris di komposisi side A dikarang sendiri oleh mereka, sehingga Noor Bersaudara memiliki orisinalitas.
Selain lagu I've Got The Feeling dari The Beatles, album ini juga diperkuat oleh sejumlah musisi, seperti Keenan Nasution pada drum, Rully Djohan (keyboard), Odink Nasution (gitar), dan Alex Kumara (sound engineering), serta dibantu Bornok Hutauruk sebagai backing vocal dan melibatkan juga Vokal Group Universitas Indonesia. Album ini cukup menyita perhatian penikmat musik pada masa itu.
Bergabung dengan Jack Lesmana
Menjelang 1977, Keluarga Noor sering kongkow di Gelanggang Remaja Bulungan, tempat mangkalnya para musisi hebat negeri ini. Salah satunya yang menarik perhatian keluarga Noor adalah musisi muda Hadiyanto. Mereka pun langsung mengajaknya bergabung ke formasi grup ini.
Mereka membuat konsep grup vokal, sehingga dipercaya kembali mengisi acara musik di TVRI. Sejak pemunculannya di TV, salah seorang musisi jazz andal, Jack Lesmana, terpana menyaksikan kebolehan keluarga Noor bermain musik. Nien Lesmana dan Broery Pesolima kemudian datang ke kediaman keluarga Noor untuk meminangnya menjadi bagian dari acara Nada & Improvisasi yang digawanginya.
Sejak bergabung dengan Jack Lesmana, Noor Bersaudara secara reguler mengisi acara televisi dan beberapa konser di luar Jakarta, seperti Bandung dan Surabaya bersama penyanyi-penyanyi jazz lainnya, semisal Rien Djamain, Broery Pesolima, Margie Segers, Melky Goeslow. Sejak saat itu pula konsep bermusiknya diubah menjadi kelaki-lakian dan secara otomatis vokal perempuan harus mengikuti, ada beat jazz, klasik, dan pop dan rock.
The Beatles, Sergio Mendez & Brazil'66 dan juga Pointer Sisters menjadi inspirasi awal bagi karakter musik dan terutama arrannsmen vokal pria-wanita khas Noor Besaudara yang beberapa saat setelah merilis album debut mereka " ditemukan" oleh Jack Lesmana. Jack langsung mempertemukan mereka dengan para musisi jazz seperti Perry Pattiselano, Karim Suweleh, dan Benny Likumahuwa, hingga menuju dapur rekaman. Hasilnya adalah salah satu master piece katalog Hidayat Records yang sering merilis album jazz dan musik tradisionalnya.
Pada tahun yang sama (1977), Noor Bersaudara menyelesaikan album keduanya di label Hidayat Records. Album ini adalah sebagian rekaman lagu-lagu dari acara Nada & Improvisasi di TVRI yang saat itu sudah menggunakan sistem taping. Hanya dua buah lagu yang benar-benar direkam di studio yaitu Surat Undangan dan Kesepian, sehingga di kedua lagu tersebut Firzy dan Harry sudah tidak terlibat, karena sekolah ke Belanda.
Di album ini pula atas kesepakatan bersama, Jack Lesmana ingin memperkenalkan putranya, Indra Lesmana (10 tahun), yang memang berbakat di musik, menyumbangkan karangannya berjudul Kabur. Daya tarik dari album ini adalah diperkuat para musisi jazz, seperti Karim Suweileh, Benny Likumahua, dan Perry Pattisellano. Sehingga album ini lebih menonjol dan mempesona, bahkan dipuja penikmat musik jazz. Terbukti, majalah Rolling Stone Indonesia edisi Desember 2007 memuat sebagai urutan ke-88 dari 150 Album Indonesia Terbaik.
Kepergian Firzy dan Harry ke Belanda tidak menyurutkan langkah Noor Bersaudara untuk tetap menancapkan kakinya di kancah musik Indonesia. Nana, Yanti, dan Ida tetap membawa energi baru melaju dengan satu tujuan menggunakan bakat seninya untuk membawa kenyamanan dan memanjakan penikmat musik Indonesia dengan suaranya. Talenta trio dari keluarga Noor ini, mempunyai gaya yang menjadi ciri khasnya dan sulit disamai dengan penyanyi trio yang kala itu sudah meramaikan peta musik Indonesia, seperti Nidya Sister, Sitompul Sister, Hutauruk Sister, Nainggolan Sister, maupun Lex Trio. Sehingga oleh Yukawi Record Noor Bersaudara diajak berkolaborasi dan menghasilkan dua buah album, yang antara lain berisi lagu-lagu Menanti Kasih (ciptaan Noor Bersaudara), Jantan, Bunga lagi Cinta Lagi (ciptaan Titiek Puspa). Album ini, memiliki daya tarik dan tetap mempesona dan masih enak didengar pada masa kini.
Vakum di musik
Awal kevakuman mereka dalam bermusik adalah ketika masing-masing personel Noor Bersaudara satu persatu membina rumah tangga. Dimulai dari pernikahan Nana, disusul Ida dinikahi Firzy, kemudian Yanti di persunting Chrisye, sehingga untuk beberapa saat Noor Bersaudara vakum, lengkaplah sudah gaung Noor Bersaudara sudah tidak terdegar lagi.
Namun hanya sesaat, Rani Trisutji, isteri dari Raidy Noor yang juga seorang pianis dan penyanyi solo, bergabung dengan Noor Bersaudara. Dengan hanya dua personel, Nana dan Rani, Noor Bersaudara kembali dapat ditemui di sejumlah album solo penyanyi Indonesia.
Akhir 2007, Noor Bersaudara come back lagi meramaikan musik Tanah Air dengan formasi berubah, seperti Firzy (56 tahun), Harry (54), Nana (53), dan Rani (47). Bermulaketika Ida, isteri dari Firzy yang juga salah satu mantan personel Noor Bersaudara, menghadap sang Khalik, Firzy banyak berdiam dan mengurung diri di rumah. Oleh teman-teman, terutama keluarga dan kerabat berempati mengajak untuk melupakan kenangan indah saat bersama Ida untuk bangkit dari keterpurukan kembali bermusik.
Kebetulan Aida Mustafa, Moteh Mokoginta, dan Eddy Susilo menggagas even Musik Tahun 70-an, di mana semua band-band dulu diminta aktif lagi. Ternyata konser yang berlangsung di Bugs Cafe ini membawa dampak positif bagi para musisi veteran. Penampil pertama, Marini dan The Steps di lanjutkan even kedua, Noor Bersaudara berdampingan dengan Gipsy, berhasil gemilang.
Kemudian, penampilan selanjutnya pad 1 Desember 2007 di Eldorado Bandung 'Noor Bersaudara sebagai The Beatles' bertajuk The Journey Concert INA (Indonesian Association) Blues, mendapat aplaus penonton dan memperoleh respons di dunia maya. Inilah yang menjadi starting point kembalinya Noor Bersaudara untuk merekam kembali suara mereka dan merekomendasikan lagu-lagunya di album-album terdahulu.
Salah satu keunggulan dari album ini, karena melibatkan sang adik, Raidy Noor dan friends Addie MS, Doddy Soekasah, Edi Hudioro, Iwang Noersaid, dan Uce Hariono. Mereka mengusung lagu Sapa Semesta, Alam dan Pujangga, Kiasan Kata, Salah Paham, dan Cinta yang Hilang yang pernah dibawakan oleh The Rollies. Bahkan, di album ini terdapat satu lagu baru khusus diciptakan Firzy berjudul By By bernuansa The Beatles, menjadi ciri khas Noor Bersaudara.[2]
Diskografi
Album
- Harapan Nan Gersang (pop) Pramaqua - 1975
- Surat Undangan (Bersama, Indra Lesmana/Jazz) Hidayat - 1977
- Menanti Kasih (pop) Yukawi - 1978
- Jantan (pop) Yukawi - 1979
- Nonstop Disco Reggae (Bersama, Johan Untung) Blackboard - 1992
- The Light - 2008
Singel
- Bis Sekolah (single /pop) Sony Music - 1982
Backing vocal
- LCLR Prambors (Lilin-lilin Kecil) Prambors - 1977
- Prambors & Band (Kemarau II) DS - 1979
- Titiek Hamzah (Tragedi) Jackson - 1981
- Raidy Noor (Sapa Semesta) Aquarius - 1985
- Dodo Zakaria (Mallisa) Aquarius - 1986
- LCLR Prambors (Salahkah Aku) Aquarius - 90/91
- Nike Ardilla (Bintang Kehidupan) Blackboard - 4/91
- Franky & Jane (Langit Hitam) ART - 04/91
- Jayanthi Mandasari (Kusadari) Ariesta - 1991
- Ruth Sahanaya (Bawa Daku pergi) Aquarius - 1992
- Titi DJ (Take Me To Heaven) AR - 04/92
- Farid H&Lucky R (Romantika di Amor) Metrotama - 12/92
- Katon Bagaskara (Dinda Di mana) Aquarius - 1992
- Silvana Herman (Lupakan Saja) Granada - 10/93
- Silvana Herman (Boleh Sayang) Granada - 12/93
- Sophia Latjuba (Tiada Kata) Blackboard - 04/94
- Katon Bagaskara (Ruang lampau) Aquarius - 1995
- Vonny Sumlang (Rica-rica) Boulevard - 12/95
- Ismi Azis (Aku Rindu) Blackboard - 12/95
- Ismi Azis (Cinta Kita) Hemagita - 4/96
- Irianti E Praja (Kau Tinggalkan Aku) Musica - 12/96
- Ita Purnamasari (Cinta Itu Ada) Blackboard - 12/96
- Utha Likumahuwa (Tak Sanggup Lagi) Aquarius - 1997
- Lilo (Mual / Solo) ProSound - 04/97
- Vina Panduwinata (Biarkan Cinta Itu Ada) Metrotama - 12/00
Film
- Catatan Si Emon - PT Bola Dunia Film 1991
Referensi
- ^ (Indonesia) http://dennysak.multiply.com, diakses 6 Oktober 2008
- ^ (Indonesia) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=320774&kat_id=383, diakses 7 Oktober 2008