Hafidin Royan
Hafidhin Royan (28 September 1976 – 12 Mei 1998) adalah mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti yang meninggal karena ditembak sewaktu berlangsungnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi atas pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Tragedi Trisakti.
Hafidin Royan | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Bandung, Jawa Barat, Indonesia | 28 September 1976
Meninggal | 12 Mei 1998 Jakarta, Indonesia | (umur 21)
Kebangsaan | Indonesia |
Profesi | mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti |
Sunting kotak info • L • B |
Peristiwa 12 Mei 1998 ini kemudian menyebabkan turunnya Soeharto dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia yang telah didudukinya selama lebih dari tiga puluh tahun. Pada peringatan ke-60 hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan Bintang Jasa Pratama kepada Hafidhin Royan dan ketiga rekannya yang ikut terbunuh pada Tragedi Trisakti ini.[1]
Riwayat Hidup
Hafidhin Royan berasal dari Bandung, Jawa Barat, merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Lahir dari pasangan Enus Junus dan Sunarmi Junus yang berprofesi sebagai pegawai. Enus Junus, ayah Royan adalah seorang pegawai negeri di Binamarga Pusat sementara ibunya bekerja di Puslitbang Pengairan, Jawa Barat.[2] Pada 1996, Royan menamatkan sekolahnya di sebuah sekolah menengah atas di Bandung lalu melanjutkan kuliah di Trisakti. Ia tinggal di Jakarta bersama ayahnya di perumahan Cipayung, Jakarta Timur.[2]
Royan sosok yang cukup aktif berorganisasi, dikenal sebagai pribadi yang relijius, ramah dan menyukai kegiatan alam bebas. Ia pernah mendapat kepercayaan sebagai Ketua Tim Pendahulu dalam acara Bakti Sosial tahun 1997. Pada 1998, Royan masih angkatan bawah di Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) yang pada saat itu masih dipimpin oleh angkatan 1994. Namun, nama Royan sudah disebut-sebut masuk dalam bursa pencalonan ketua untuk periode selanjutnya.[3]
Kematian Royan membawa duka mendalam bagi keluarga dan memengaruhi kondisi psikis mereka. Enus Junus, ayahnya, bahkan sempat stres berat dan selalu merasa tidak tenang setiap menjelang tanggal 12 Mei.[4] Kondisi ini juga memengaruhi Hayyu Rakhmia, adik Royan yang pada saat kejadian masih duduk di bangku kelas 1 SMA.[5] Selama bertahun-tahun kemudian, kamar Royan yang memiliki banyak koleksi buku dan diktat kuliah masih dipertahankan. Termasuk buku terakhir yang dibawa Royan, sebuah diktat berwarna coklat terkena bercak darah. [4]
Perkembangan Kasus
Keluarga menyerahkan pengungkapan kasus kematian Royan kepada Tim Penuntasan Kasus (TPK) 12 Mei 1998 yang dibentuk pada tanggal 13 November 2000. Melalui tim ini, keluarga terus mengikuti perkembangan pengungkapan kasus kematian Royan bersama korban lainnya.
Referensi
- ^ Empat Mahasiswa Trisakti Korban Penembakan Dianugerahi Bintang Jasa Pratama Merdeka.com. 15 Agustus 2005
- ^ a b Times, I. D. N.; Rahman, Vanny El. "Gen Millennial, Yuk Kenali Sosok 4 Pahlawan Reformasi Mei 1998". IDN Times. Diakses tanggal 2020-01-18.
- ^ Hamid, Usman (2006). Melawan Pengingkaran. KonstraS.
- ^ a b Hantoro, Juli (2018-05-12). "Tragedi Trisakti dan Cerita Diktat Bernoda Darah Hafidhin Royan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-18.
- ^ Hantoro, Juli (2018-05-12). "Tragedi Trisakti dan Cerita Diktat Bernoda Darah Hafidhin Royan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-18.
Buku
- Hamid, Usman (2006). Melawan Pengingkaran. KonstraS.