Stasiun Garut

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 21 Januari 2020 02.52 oleh Victon7 (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 16465820 oleh CM20EMP 13 55 (bicara))

Stasiun Garut (GRT) merupakan stasiun kereta api nonaktif kelas II yang terletak di Pakuwon, Garut Kota, Garut. Stasiun yang terletak pada ketinggian +717 meter ini termasuk dalam Wilayah Aset II Bandung.

Stasiun Garut
Garut+717 m
Berkas:Stasiun Garut.jpg
Stasiun Garut zaman dahulu, terlihat sebuah kereta api yang ditarik oleh Lokomotif CC1007 sedang berhenti untuk menurunkan penumpang
Lokasi
Koordinat7°12′55″S 107°54′5″E / 7.21528°S 107.90139°E / -7.21528; 107.90139
Ketinggian+717 m
Operator
Letak
km 19+293 lintas Cibatu-Cikajang[1]
Jumlah peronSatu peron sisi yang rendah
Jumlah jalur3 (jalur 1: sepur lurus)
Layanan-
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiII[2]
Sejarah
Dibuka14 Agustus 1889
Ditutup1983
Dibangun kembali1947
Tanggal penting
Dibuka kembaliTBA
Fasilitas dan teknis
Tipe persinyalan
  • Tebeng Krian (s.d. 1983)
  • Mekanik tipe Siemens & Halske semiotomatis (2020-sekarang)
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

Stasiun ini dibangun bersamaan dengan pembangunan lintas Cibatu–Garut. Karena pusat kota Kabupaten Garut agak jauh dari stasiun utama di kabupaten ini, maka perlu dibuat lintas cabang. Sehingga, dibangunlah jalur kereta api dari Stasiun Cibatu menuju Stasiun Garut. Jalur ini dibuka bersamaan dengan jalur dari Cicalengka pada tanggal 14 Agustus 1889.[3]

Bangunan stasiun yang lama kini telah hilang, diganti dengan bangunan yang lebih modern. Bangunan stasiun ini sangat mirip dengan Stasiun Karawang dan Rambipuji. Dahulu Garut pernah diserang oleh tentara Belanda pada tahun 1947 yang membuat infrastruktur jalur menjadi rusak, sehingga terpaksa harus direnovasi.[4]

Dahulu, saat masih aktif hingga tahun 1980-an, stasiun ini selalu ramai dikunjungi oleh pengguna jasa angkutan yang hendak bepergian dengan kereta api hingga akhirnya ditutup pada tahun 1983 karena sarana yang sudah tua dan kalah bersaing dengan mobil pribadi maupun angkutan umum. Di samping itu, PJKA sering mengalami kerugian akibat ulah penumpang yang coba-coba naik kereta secara gratis. [5]Spot di jalur ini sebenarnya sangat indah, sehingga menarik perhatian para railfans dari luar negeri untuk menyaksikan aksi lokomotif uap di jalur ini.

Selama masa-masa nonaktifnya, stasiun ini sempat dijadikan kantor sekretariat ormas dan emplasemennya berubah menjadi pasar. Sehubungan dengan reaktivasi jalur kereta api Cibatu–Garut, stasiun ini menjalani serangkaian renovasi. Setelah stasiun ini aktif, rencananya stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus.[6]

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  4. ^ Nasution, A.H. (1978). Sekitar perang kemerdekaan Indonesia. 5. Bandung: Dinas Sejarah TNI-AD dan Angkasa. 
  5. ^ Putra, Bayu. "Menanti Tuntasnya Reaktivasi Jalur KA Cibatu-Garut-Cikajang". JawaPos.com. Diakses tanggal 2019-08-21. 
  6. ^ Asmara, Chandra Gian. "29 Tahun Mati Suri, Jalur Kereta di Garut Ini Direaktivasi". news. Diakses tanggal 2020-01-16. 
Stasiun sebelumnya     Lintas Kereta Api Indonesia   Stasiun berikutnya
Templat:KAI lines

7°12′49″S 107°54′16″E / 7.213611°S 107.904389°E / -7.213611; 107.904389{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman