Lokomotif D14
Lokomotif D14 adalah lokomotif uap yang dioperasikan oleh Staatsspoorwegen, diproduksi oleh Hanomag, Jerman dan Werkspoor, Belanda.
Data teknis | |
---|---|
Sumber tenaga | uap |
Produsen | Hanomag, Hannover Jerman dan Werkspoor, Amsterdam, Belanda |
Nomor seri | D14 / SS1400 |
Model | Mikado |
Tanggal dibuat | 1921-1922 |
Jumlah dibuat | 24 unit |
Spesifikasi roda | |
Notasi Whyte | 2-8-2T |
Susunan roda AAR | 1-D-1 |
Klasifikasi UIC | 1D1 |
Dimensi | |
Lebar sepur | 1.067 mm |
Diameter roda | 1.106 mm |
Panjang | 12.650 mm |
Lebar | 3.000 mm |
Tinggi maksimum | 3.780 mm |
Berat | |
Berat kosong | 71 ton |
Bahan bakar | |
Jenis bahan bakar | Kayu, Batubara |
Kapasitas bahan bakar | Batu bara: 3 m³ Kayu: 1,9 m³ |
Sistem mesin | |
Tekanan ketel uap | 1.2 MPa |
Ukuran silinder | 485 mm × 600 mm |
Kinerja | |
Kecepatan maksimum | 70 km/jam |
Daya mesin | 200 KW |
Jari-jari lengkung terkecil | 120 m |
Lain-lain |
Sejarah
Sebelum lokomotif listrik (WH 3200) dan KRL "merajai" jalur Jabotabek, lokomotif D14 sempat menjadi pilihan untuk jalur tersebut. Dengan adanya elektrifikasi jalur Jabotabek pada tahun 1925-1930, peran lokomotif uap D14 secara perlahan mulai tergantikan.[1]
Lokomotif yang didatangkan oleh Staatsspoorwegen (SS) ini berasal dari dua pabrikan yang berbeda. Lokomotif D14 dengan nomor "01" sampai "12" dibuat oleh, Hanomag, Hannover, Jerman tahun 1921, sedangkan untuk nomor "13" hingga "24" dibuat oleh Werkspoor, Belanda tahun 1922. Selain itu, terdapat perbedaaan pada nomor asli pabrikan, yaitu nomor "9644" hingga "9655" untuk lokomotif "D 14 01" hingga "D 14 12" dan nomor "499" hingga "510" untuk lokomotif "D 14 13" dan "D 14 14".
Desain lokomotif ini cocok dioperasikan di lintas lokal dan jalur pegunungan, seperti jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur hingga Bandung dan jalur Bogor-Sukabumi. Dalam buku berjudul Indonesian Steam Locomotives in Action karya A. E. Durrant, menampilkan foto lokomotif "D 14 13" saat keluar dari mulut Terowongan Lampegan dari Jakarta menuju Cianjur dan Bandung.
Dalam pengoperasiannya, lokomotif dengan tipe gandar 2-8-2T ini juga melayani kereta langsir. Sebelumnya, terdapat 23 buah lokomotif D14 di Indonesia dan tersebar di dipo lokomotif: Jatinegara dan Bogor (11 buah), Cianjur (8 buah), Purwakarta (3 buah), dan Sidotopo (2 buah). Namun dari 24 buah lokomotif D14 tersebut, berdasarkan data PNKA Power Parade pada tahun 1970, A. E. Durrant menyebutkan, "Perusahaan Nasional Kereta Api tersebut tinggal memiliki 23 unit D14". Jumlah itu kian menyusut, terlebih dengan kedatangan satu persatu KRL di lintasan Jabotabek.
Dari 24 unit lokomotif D14, saat ini hanya tersisa satu buah Siap Operasi (SO) dengan nomor "D1410" yang telah menjalani proses pemugaran di Balai Yasa Yogyakarta terhitung sejak Oktober 2018 sampai dengan 18 Oktober 2019.[2] Pada tanggal 6 Februari 2020, lokomotif D1410 ini telah diberangkatkan dari Stasiun Lempuyangan menuju Stasiun Purwosari dan menjadi lokomotif uap pertama yang melintasi jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari ruas Lempuyangan–Purwosari setelah puluhan tahun tidak dilintasi lokomotif uap.[3]
Galeri
-
D14 11
-
Lokomotif D14 11
-
Lokomotif D14 04 saat meninggalkan Stasiun Cilaku
Referensi
- ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 96. ISBN 978-602-0818-55-9.
- ^ Tri Sulistyo, Bayu (18 Oktober 2019). "Lokomotif D1410 Bangkit Dari Tidur Panjangnya". Diakses tanggal 8 November 2019.
- ^ "Hore Lokomotif Uap D1410 Sukses direstorasi layani KA Jaladara". nusadaily.com. Diakses tanggal 06-02-2020.