Masjid Jami' Gresik

masjid di Indonesia

Masjid Jami' Gresik atau Masjid Alun-Alun Gresik adalah salah satu tempat ibadah umat Islam yang berdiri di wilayah Kelurahan Pekauman, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik[1]. Masjid ini pertama kali didirikan oleh Nyai Ageng Pinatih, yang merupakan ibu asuh dari Sunan Giri[2]. Masjid ini mengalami pemindahan lokasi bangunan dari kawasan perbukitan tepi pelabuhan Kabupaten Gresik (Teluk Lamong) menuju pusat perekonomian dan pemerintahan yang kini menjadi lokasi alun-alun kabupaten. Lokasi terbaru ini juga berjarak sekitar tiga ratus meter dari makam Sunan Maulana Malik Ibrahim atau dikenal sebagai Sunan Gresik[3].

Masjid Jami' Gresik
Halaman teras Masjid Jami' Gresik
Halaman teras Masjid Jami' Gresik
Masjid Jami' Gresik
Lua error in Modul:Location_map at line 437: Tidak ada nilai yang diberikan untuk garis bujur.
Informasi umum
Gaya arsitekturIslam
KotaKabupaten Gresik, Jawa Timur.
NegaraIndonesia
Denah Masjid Jami' Gresik

Masjid ini mengalami insiden bencana alam yang terulang. Sehingga menyebabkan bangunan direnovasi. Renovasi pertama adalah pemindaham masjid ini ketika daya muat pengguna atau jamaah ibadah di masjid ini semakin banyak. Pada saat ini pula, dilakukan pemindahan lokasi bangunan masjid dari dekat pesisir atau Syahbandar Gresik menuju pusat pemerintahan yang kini menjadi kompleks pendapa dan alun-alun Kabupaten Gresik[4].

Sejarah

Masjid Jami' Gresik didirikan pada oleh Nyai Ageng Pinatih. Pada awal mula pendirian masjid ini, berlokasi di tanah lapang di seputar yang kini wilayah Kelurahan Kebungson, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik. Masjid ini mulai digagas dan dibangun pada tahun 1458 ketika Nyai Ageng Pinatih ditunjuk sebagai Syahbandar Pelabuhan Timur oleh Kerajaan Majapahit[5]. Masjid mengalami perpindahan lokasi setelah insiden terbakar bangunan pada pertama kalinya. Sebelum terbakar, Sunan Maulana Malik Ibrahim sempat mengupayakan pemindahan dan belebaran bangunan masjid dikarenakan perlunya penambahan kebutuhan ibadah para pengunjung dan jamaah.

Pemindahan dilakukan pada tahun 1712 ketika ketika Kabupaten Gresik dipimpin oleh Tumenggung Puspanegara. Lokasi pemindahan berada di dekat pondok pesantren yang dipimpin langsung oleh Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sehingga para santrinya juga memanfaatkan Masjid Jami' Gresik sebagai tempat ibadah bersama (berjamaah) ketika masuk waktu beribadah jeda belajar di pondok pesantren. Masjid Jami' Gresik telah mengalami insiden kebakaran berkali-kali setelah kebakaran pertama pada tahun 1712. Diantaranya pada tahun 1786 dan 1796[6].

Bangunan Terdampak Bencana

Masjid Jami' Gresik beberapa mengalami renovasi akibat dari kejadian bencana yang merusak bangunannya. Kejadian pertama adalah insiden kebakaran yang menyebabkan konstruksinya dibangun ulang, namun tanpa meninggalkan unsur bangunan aslinya[5]. Kejadian ini terjadi pada tahun 1712 ketika Kabupaten Gresik dipimpin oleh Tumenggung Puspanegara. Renovasi kali ini masih memanfaatkan kayu sebagai bahan penyangga utamanya. Namun, konstruksi pembangunannya menggunakan konsep dan konstruksi kolonial Belanda.

Pranala Luar

Referensi

  1. ^ "Masjid Jami' Gresik". Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya. 29 Januari 2018. Diakses tanggal 3 Januari 2019. 
  2. ^ Muchid, Muhlas (2004). Grissee Tempo Doeloe. Kabupaten Gresik: Pemerintah Kabupaten Gresik. hlm. 13–27. 
  3. ^ Munif, Mohammad Hasyim (2001). Pioner dan Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa. Kabupaten Gresik: Yayasan Abdi Putra Al-Munthasimi. hlm. 3–11. 
  4. ^ Arfah, Hamzah (9 Maret 2019). "Renovasi 2 Tahun, "Wajah Baru" Alun-Alun Gresik Diresmikan". regional.kompas.com. Diakses tanggal 13 Januari 2020. 
  5. ^ a b Bendjeng Tempo Doeloe. Kabupaten Gresik: Komunitas Benjeng Pribumi. 2016. hlm. 8–21. ISBN 978-602-25829-2-2. 
  6. ^ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (9 Desember 2018). "Masjid Jami' Gresik OBPO2018012900014". Data Pokok Kebudayaan. Diakses tanggal 2 Januari 2020.