Bedil

senjata berbasis mesiu dari Indonesia
Revisi sejak 26 Maret 2020 06.30 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (clean up, replaced: kosa kata → kosakata)

Bedil adalah istilah dari daerah Nusantara di Asia Tenggara Maritim yang mengacu pada berbagai jenis senjata api dan senjata bubuk mesiu, dari pistol matchlock kecil sampai meriam pengepungan yang besar. Istilah bedil berasal dari kata wedil atau wediyal dari bahasa Tamil.[1] Dalam bentuk aslinya, kata-kata ini merujuk pada mesiu atau ledakan mesiu. Tapi setelah terserap menjadi bedil oleh orang Jawa, dan di sejumlah budaya lain di kepulauan Nusantara, kosakata Tamil itu digunakan untuk merujuk pada semua jenis senjata api yang menggunakan bubuk mesiu. Pada bahasa Jawa dan Bali istilah bedil dan bedhil dikenal, pada bahasa Sunda istilahnya adalah bedil, di bahasa Batak sebagai bodil, di bahasa Makassar, badili, di bahasa Bugis, balili, di bahasa Dayak, badil, di bahasa Tagalog, baril, dan orang Melayu orang memanggilnya badel atau bedil.[1][2][3]

Sejarah

Pengetahuan tentang senjata berbasis bubuk mesiu diperkenalkan ke kerajaan Jawa ketika tentara Cina Kublai Khan di bawah kepemimpinan Ike Mese berusaha untuk menginvasi Jawa pada tahun 1293. Buku Sejarah Yuan (Yuan shi) menyebutkan bahwa orang Mongol menggunakan meriam (bahasa Cina: Pao) melawan pasukan Daha.[4] Majapahit di bawah Mahapatih (perdana menteri) Gajah Mada (bertugas tahun 1329-1364) memanfaatkan teknologi senjata bubuk mesiu yang diperoleh dari dinasti Yuan untuk digunakan dalam armada laut.[5]:57 Salah satu catatan paling awal tentang adanya meriam dan penembak artileri di Jawa adalah dari tahun 1346.[6] Meriam putar isian belakang yang dibuat oleh orang Jawa, cetbang, pada awalnya dikenal dengan nama bedil, kata yang menunjukkan senjata berbasis serbuk mesiu apapun.[7]

Pengetahuan membuat senjata api datang jauh setelah penggunaan meriam putar, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang Arab. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.[8]:23 Ini menghasilkan perkembangan arquebus Jawa, yang aslinya juga disebut dengan nama bedil.[1] Pengaruh Portugis terhadap persenjataan lokal, terutama setelah perebutan Malaka (1511), menghasilkan senjata api matchlock tradisi campuran jenis baru, yaitu istinggar.[9]

Daftar senjata yang diklasifikasikan sebagai bedil

Di bawah ini adalah senjata yang secara historis dapat disebut sebagai bedil. Deskripsi lengkap dapat ditemukan di halaman masing-masing. Ini diurutkan berdasarkan abjad.

Meriam putar isian belakang awal yang dibuat oleh orang Jawa.

Meriam putar dengan pengarah yang menyerupai ekor monyet lutung.[10]

Jenis senjata api matchlock, hasil dari pengaruh Portugis terhadap persenjataan lokal, terutama setelah perebutan Malaka (1511).[9]

Arquebus Jawa adalah senjata api kancing sumbu panjang primitif dari Jawa, digunakan sebelum kedatangan penjelajah Iberia (orang Portugis dan Spanyol).

Lela adalah sejenis meriam, serupa tetapi berdimensi lebih besar dari rentaka.

Dulunya kata ini digunakan untuk satu jenis meriam, sekarang ia merupakan kata de facto bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia untuk "cannon".[11][12]

Juga dikenal sebagai meriam mata uang, senjata api ini diproduksi terutama untuk perdagangan dan barang koleksi.

Senjata api dengan mulut yang semakin melebar (flared muzzle).

Meriam putar lokal, sangat populer di kalangan orang Melayu.

Sejenis pistol pasukan dragoon, digunakan terutama oleh pelaut dan bajak laut.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ a b c Kern, H. (January 1902). "Oorsprong van het Maleisch Woord Bedil". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia. 54: 311–312. 
  2. ^ Syahri, Aswandi (6 August 2018). "Kitab Ilmu Bedil Melayu". Jantung Melayu. Diakses tanggal 10 February 2020. 
  3. ^ Rahmawati, Siska (2016). "Peristilahan Persenjataan Tradisional Masyarakat Melayu di Kabupaten Sambas". Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 5. 
  4. ^ Song Lian. History of Yuan.
  5. ^ Pramono, Djoko (2005). Budaya Bahari. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789792213768. 
  6. ^ Beauvoir, Ludovic (1875). Voyage autour du monde: Australie, Java, Siam, Canton, Pekin, Yeddo, San Francisco. E. Plon. 
  7. ^ "Mengejar Jejak Majapahit di Tanadoang Selayar - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2020-03-19. 
  8. ^ Crawfurd, John (1856). A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries. Bradbury and Evans. 
  9. ^ a b Andaya, L. Y. 1999. Interaction with the outside world and adaptation in Southeast Asian society 1500–1800. In The Cambridge history of southeast Asia. ed. Nicholas Tarling. Cambridge: Cambridge University Press, 345–401.
  10. ^ Teoh, Alex Eng Kean (2005). The Might of the Miniature Cannon A treasure of Borneo and the Malay Archipelago. Asean Heritage.
  11. ^ Dewan Bahasa dan Pustaka (2014). Kamus Dewan Edisi Keempat. Dewan Bahasa dan Pustaka. 
  12. ^ Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.