Aksara Makassar Kuno

jenis aksara untuk menuliskan sebuah bahasa

Aksara Makassar, juga dikenal dengan nama ukiri' jangang-jangang (𑻱𑻴𑻠𑻳𑻭𑻳𑻪𑻢𑻪𑻢; tulisan burung) adalah salah satu jenis aksara tradisional nusantara yang pernah digunakan untuk menulis bahasa Makassar.[1] Aksara ini digunakan sebagai aksara resmi Kesultanan Makassar sejak abad ke-17 hingga digantikan oleh aksara Lontara Baru pada abad ke-19.[2]

Ukiri' Jangang-Jangang
𑻱𑻴𑻠𑻳𑻭𑻳𑻪𑻢𑻪𑻢
Jenis aksara
BahasaBahasa Makassar
Periode
abad ke-17 hingga abad ke-19
Arah penulisanKiri ke kanan
Aksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
Aksara kerabat
Bali
Batak
Baybayin
Bugis
Incung
Jawa
Lampung
Makassar
Rejang
Sunda
ISO 15924
ISO 15924Maka, 366 Sunting ini di Wikidata, ​Makasar
Pengkodean Unicode
U+11EE0–U+11EFF
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Sejarah

 
Contoh buku tulisan tangan, ditulis dalam bahasa Makassar menggunakan aksara Makassar, dari buku harian Pangeran Gowa. Tanda baca palláwa, tipikal dari aksara ini, digambar dan diberi warna merah, serta beberapa nama dan beberapa sisipan dalam bahasa Arab.

Aksara Makassar adalah perkembangan dari aksara Kawi yang digunakan di Nusantara sekitar tahun 800-an. Namun dari itu, tidak diketahui apakah aksara Makassar (bersama-sama dengan aksara Bugis) merupakan turunan langsung dari Kawi atau dari kerabat Kawi lain karena kurangnya bukti. Terdapat teori yang menyatakan bahwa aksara Lontara terinspirasi dari aksara Rejang karena adanya kesamaan grafis di antara dua tulisan tersebut.[3] Pernyataan Kronik Gowa bahwa Daeng Pamatte' (syahbandar Kesultanan Gowa di awal abad ke-16) merupakan orang yang "membuat lontara' Makassar" (ampareki lontara' Mangkasaraka) seringkali dikutip sebagai bukti bahwa ia merupakan pencipta aksara ini, tetapi pendapat ini ditolak oleh sebagian besar sejarawan dan ahli bahasa, yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan pembuatan lontara' di sini adalah penyusunan pustaka dan pencatatan sejarah alih-alih penciptaan aksara.[2][3][4][5][6][7]

Aksara ini pernah dipakai untuk menulis berbagai macam dokumen, dari peta, hukum perdagangan, surat perjanjian, hingga buku harian. Dokumen-dokumen ini biasa ditulis dalam sebuah buku, tetapi terdapat juga medium tulis tradisional bernama lontar, di mana selembar daun lontar yang panjang dan tipis digulungkan pada dua buah poros kayu sebagaimana halnya pita rekaman pada tape recorder. Teks kemudian dibaca dengan menggulung lembar tipis tersebut dari kiri ke kanan.

Salah satu surat perjanjian terkenal yang ditulis mengunakan aksara ini adalah Perjanjian Bongaya (1667).[2] Naskah beraksara Makassar dengan panjang lumayan yang paling baru adalah salinan catatan harian salah seorang Tumailalang (menteri dalam negeri) Kesultanan Gowa yang dibuat pada sekitar tahun 1930-an (naskah aslinya sendiri kemungkinan dibuat pada abad ke-19).[2]

Menjelang abad ke-19, aksara ini digantikan secara perlahan-lahan oleh aksara Bugis (juga dikenal sebagai aksara Lontara Baru oleh orang Makassar). Tidak diketahui bagaimana perkembangan selanjutnya setelah abad ke-19 hingga akhirnya Anshuman Pandey mendaftarkan aksara ini untuk mendapatkan kode Unicode kepada Konsorsium Unicode pada 2 November 2015.[1] Perlu penelitian dan riset lebih lanjut mengenai aksara ini.

Nama

Dinamakan ukiri' jangang-jangang (tulisan burung) karena bentuk glif dari aksara ini menyerupai bentuk aktivitas burung.[1]

Penggunaan

 
Hikayat Amir Hamzah dalam bahasa Makassar dengan aksara Lontara. Nama-nama Arab ditulis menggunakan abjad Arab dalam tinta hitam bersama simbol aksara lainnya. Tinta merah digunakan untuk menandai awal bab serta "kata-kata paragraf" yang ditulis dalam bahasa Melayu menggunakan aksara Serang.

Lontara adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari 18 konsonan. Seperti aksara Brahmi lainnya, setiap konsonan mempunyai vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu menjadi vokal /i/, /u/, /e/, atau /o/. Lontara tidak memiliki sebuah tanda virama (tanda pemati vokal) atau tanda konsonan akhir. Bunyi nasal /ŋ/, glotal /ʔ/, dan gemitasi konsonan dalam bahasa Makassar tidak ditulis. Karena itu, teks Lontara dapat menjadi sangat rancu bagi yang tidak terbiasa. Semisal 𑻱𑻥 dapat dibaca ama 'kutu ayam', amak 'kiamat/suka', atau amang 'aman'.[8]

Bentuk aksara

 
Perbandingan bentuk aksara Makassar (kiri), Bilang-bilang (kanan), dan Lontara baru (tengah) di Museum Balla Lompoa, Sungguminasa, Gowa

Huruf-huruf Lontara kontemporer dengan mudah dapat diidentifikasi dari bentuknya yang cenderung lebih kaku dan anguler dibanding aksara Brahmi lainnya. Lontara ditulis tanpa spasi (scriptio continua).

Konsonan

Konsonan Lontara (anrong lontara’ 𑻱𑻭𑻶𑻮𑻶𑻦𑻭) terdiri dari 18 huruf sebagai berikut:

ka ga nga pa ba ma ta da na
Berkas:Makasar Ka.png Berkas:Makasar Ga.png Berkas:Makasar Nga.png Berkas:Makasar Pa.png Berkas:Makasar Ba.png Berkas:Makasar Ma.png Berkas:Makasar Ta.png Berkas:Makasar Da.png Berkas:Makasar Na.png
𑻠 𑻡 𑻢 𑻣 𑻤 𑻥 𑻦 𑻧 𑻨
ca ja nya ya ra la wa sa a
Berkas:Makasar Ca.png Berkas:Makasar Ja.png Berkas:Makasar Nya.png Berkas:Makasar Ya.png Berkas:Makasar Ra.png Berkas:Makasar La.png Berkas:Makasar Wa.png Berkas:Makasar Sa.png Berkas:Makasar A.png
𑻩 𑻪 𑻫 𑻬 𑻭 𑻮 𑻯 𑻰 𑻱

Seperti yang sebelumnya dijelaskan, Lontara tidak memiliki tanda pemati vokal seperti halant atau virama yang umum dalam aksara-aksara Brahmi. Bunyi nasal /ŋ/, glotal /ʔ/, dan gemitasi konsonan dalam bahasa Makassar tidak ditulis (dengan pengecualian glotal awal yang menggunakan konsonan kosong "a").

Vokal

Tanda baca vokal (𑻱𑻨𑻮𑻶𑻦𑻭 ana’ lontara’) digunakan untuk mengubah vokal inheren suatu konsonan. Terdapat 4 ana’ lontara’, dengan /ə/ tidak digunakan dalam bahasa Makassar karena dianggap tidak memiliki perbedaan fonologis dengan vokal inheren.

a i u e o
       
- ana' i rate

𑻱𑻨𑻱𑻳𑻭𑻦𑻵

ana' i rawa

𑻱𑻨𑻱𑻳𑻭𑻯

ana' ri boko

𑻱𑻨𑻭𑻳𑻤𑻶𑻠𑻶

ana' ri olo

𑻱𑻨𑻭𑻳𑻱𑻶𑻮𑻶

Berkas:Makasar Ka.png Berkas:Makasar Ki.png Berkas:Makasar Ku.png Berkas:Makasar Ke.png Berkas:Makasar Ko.png
𑻠 𑻠𑻳 𑻠𑻴 𑻠𑻵 𑻠𑻶

Tanda baca

passimbang akhir bagian
Berkas:Makasar Passimbang.png Berkas:Makasar End of Section.png
𑻷 𑻸

Passimbang, berfungsi sama seperti koma dan titik. Kadang sebagai pengganti 𑻸, di akhir paragraf dipakailah 🌴 (U+1F334, simbol pohon palem).[1]

Angka

Sama seperti aksara Bugis, aksara Makassar tidak memiliki angkanya sendiri. Dalam salinan naskah yang ditemukan, angka yang digunakan adalah Angka Arab.[1]

Contoh

Musti nipatabai ri ké’nanianga anjo katunang, kéré-kéré maé ammantang kécuali tau annaggala jarréka ri tali tattappukna agamana Allah, siagang napaka bajiki hubunganna ri paranna tau.

𑻥𑻴𑻦𑻳 𑻨𑻳𑻣𑻦𑻤𑻱𑻳 𑻭𑻳 𑻠𑻵𑻨𑻨𑻳𑻱𑻢 𑻱𑻪𑻶 𑻠𑻦𑻴𑻨𑻷 𑻠𑻵𑻭𑻵𑻠𑻵𑻭𑻵 𑻥𑻱𑻵 𑻱𑻥𑻦 𑻠𑻵𑻩𑻴𑻱𑻮𑻳 𑻦𑻱𑻴 𑻱𑻨𑻡𑻮 𑻪𑻭𑻵𑻠 𑻭𑻳 𑻦𑻮𑻳 𑻦𑻦𑻣𑻴𑻨 𑻱𑻡𑻥𑻨 𑻱𑻮𑻷 𑻰𑻳𑻱𑻡 𑻨𑻣𑻠 𑻤𑻪𑻳𑻠𑻳 𑻱𑻴𑻤𑻴𑻢𑻨 𑻭𑻳 𑻣𑻭𑻨 𑻦𑻱𑻴𑻸

Unicode

Aksara Makassar telah ditambahkan ke dalam Unicode Standard pada bulan Juni 2018 dengan versi rilis 11.0.[9]

Blok Unicode untuk aksara Makassar adalah U+11EE0–U+11EFF dan mengandung 25 karakter:

Makasar[1][2]
Official Unicode Consortium code chart (PDF)
  0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F
U+11EEx 𑻠 𑻡 𑻢 𑻣 𑻤 𑻥 𑻦 𑻧 𑻨 𑻩 𑻪 𑻫 𑻬 𑻭 𑻮 𑻯
U+11EFx 𑻰 𑻱 𑻲 𑻳 𑻴 𑻵 𑻶 𑻷 𑻸
Catatan
1.^Per Unicode versi 13.0
2.^Abu-abu berarti titik kode kosong

Fon

Fon untuk aksara Makassar berdasarkan blok unicode pertama kali dibuat oleh Febri Muhammad Nasrullah dengan nama Jangang-jangang pada awal 2020.<ref>"Aksara di Nusantara". Aksara di Nusantara (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-07. 

  1. ^ a b c d e Pandey, Anshuman (2015-11-02). "L2/15-233: Proposal to encode the Makasar script in Unicode" (PDF). 
  2. ^ a b c d Jukes, Anthony (2019-12-02). A Grammar of Makasar: A Language of South Sulawesi, Indonesia (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-41266-8. 
  3. ^ a b J. Noorduyn (1993). "Variation in the Bugis/Makasarese script". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. KITLV, Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (149): 533–570. 
  4. ^ Ahmad M. Sewang (2005). Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 9789794615300. 
  5. ^ Cummings, William P. (2002). Making Blood White: Historical Transformations in Early Modern Makassar. 2840 Kolowalu St, Honolulu, HI 96822, USA: University of Hawaii Press. ISBN 978-0824825133. 
  6. ^ Cummings, William P. (2007). A Chain of Kings: The Makassarese Chronicles of Gowa and Talloq. KITLV Press. ISBN 978-9067182874. 
  7. ^ Fachruddin Ambo Enre (1999). Ritumpanna Wélenrénngé: Sebuah Episoda Sastra Bugis Klasik Galigo. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 9789794613184. 
  8. ^ Arief, Drs. Abueraerah (1995). KAMUS MAKASSAR - INDONESIA. Makassar: Yayasan Perguruan Islam Kapita DDI. hlm. 9. 
  9. ^ "Unicode 11.0.0". Unicode Consortium. June 5, 2018. Diakses tanggal June 5, 2018. 

Fon ini telah mendukung teknologi graphite SIL dan fitur pengulangan kata, baik menggunakan angka (contoh:

𑻥𑻲𑻳

mami) maupun pengulangan vokal (contoh: 𑻥𑻳𑻳 mimi dan 𑻥𑻴𑻴 mumu).

Rujukan

Lihat pula

Pranala luar

  • Unduh fon aksara Makassar berdasarkan blok unicode di sini
  • Unduh fon aksara Makassar berdasarkan ANSI di sini atau di sini