Nyonya Meneer (perusahaan)

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 15 April 2020 05.03 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (replaced: rematik → reumatik)

Jamu Cap Potret Nyonya Meneer atau PT Nyonya Meneer adalah perusahaan yang memproduksi jamu tradisional Jawa yang dipelopori oleh Nyonya Meneer. Ia menggunakan keahliannya mengobati berbagai penyakit dengan keahliannya meracik jamu tradisional Jawa. Produknya ini kemudian dijual dan dipasarkan.

PT Nyonya Meneer
Perseroan terbatas
IndustriJamu
NasibPailit
Didirikan1919 di Semarang, Jawa Tengah
PendiriLauw Ping Nio
Ditutup04 Agustus 2017 (2017-08-04)
Kantor
pusat
,
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh
kunci
Charles Saerang (Direktur Utama)
ProdukJamu

Pasarannya kini merambah pada pasar internasional, dan dipasarkan ke tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Amerika dan ke 12 negara termasuk Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan dan Cina.[1][2][3]

Perusahaannya sendiri kemudian berubah nama menjadi PT Nyonya Meneer.

Pada tanggal 4 Agustus 2017, perusahaan ini resmi mengakhiri operasinya seiring dengan putusan Pengadilan Negeri Semarang yang menyatakan bahwa PT Nyonya Meneer pailit dikarenakan tidak mampu membayar hutang sebesar Rp. 252 miliar.[4][5] Sebagian asetnya (termasuk Taman Djamoe Indonesia di Kabupaten Semarang) kini telah diambil alih oleh Sido Muncul.[6][7]

Sejarah perusahaan

Ibu Meneer (Lauw Ping Nio) merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Ia menikah dengan Ong Bian Wan, pria asal Surabaya, dan kemudian pindah ke Semarang. Pada masa pendudukan Belanda tahun 1900an, pada masa-masa penuh keprihatinan dan sulit itu suaminya sakit keras dan berbagai upaya penyembuhan sia-sia. Ibu Meneer mencoba meramu jamu Jawa yang diajarkan orang tuanya dan suaminya sembuh. Sejak saat itu, Ibu Meneer lebih giat lagi meramu jamu Jawa untuk menolong keluarga, tetangga, kerabat maupun masyarakat sekitar yang membutuhkan. Ia mencantumkan nama dan potretnya pada kemasan jamu yang ia buat dengan maksud membina hubungan yang lebih akrab dengan masyarakat yang lebih luas. Berbekal perabotan dapur biasa, usaha keluarga ini terus memperluas penjualan ke kota-kota sekitar.[8]

Pada tahun 1919 atas dorongan keluarga berdirilah Jamu Cap Potret Nyonya Meneer yang kemudian menjadi cikal bakal salah satu industri jamu terbesar di Indonesia. Selain mendirikan pabrik Ny Meneer juga membuka toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang. Perusahaan keluarga ini terus berkembang dengan bantuan anak-anaknya yang mulai besar.

Pada tahun 1940 melalui bantuan putrinya, Nonnie ( Ong Djian Nio ), yang hijrah ke Jakarta, berdirilah cabang toko Nyonya Meneer, di Jalan Juanda, Pasar Baru, Jakarta.

Di tangan Ibu dan anak, Nyonya Meneer dan Hans Ramana perusahaan berkembang pesat.

Nyonya Meneer meninggal dunia tahun 1978, generasi kedua yaitu anaknya, Hans Ramana (Ong Han Houw), yang juga mengelola bisnis bersama ibunya meninggal terlebih dahulu pada tahun 1976. Operasional perusahaan kemudian diteruskan oleh generasi ketiga yakni kelima cucu Nyonya Meneer.

Namun ke lima bersaudara ini kurang serasi dan perebutan kekuasaan menjadi sengketa berkelanjutan selama 1984-2000 dan sempat dibawa ke meja hijau. Begitu sengitnya pertikaian di tubuh PT Nyonya Meneer, Menaker Cosmas Batubara saat itu ikut turun tangan. Sebab, pertikaian antar keluarga sampai melibatkan ribuan pekerja perusahaan itu. Akhirnya saudara-saudara tersebut menjatuhkan pilihan untuk berpisah dan menjual bagian mereka kepada Charles Ong Saerang.

Media mencatat beberapa kali masalah-masalah pekerja dan pemogokan buruh terjadi pada tahun 2000 - 2001 di perusahaan jamu ini. Di antara lain: penuntutan pembayaran THR,[9] demonstrasi,[10] pemogokan,[11][12] hak asasi manusia.[13] Namun sejak perbaikan manajemen dibawah kepemimpinan Charles Saerang, tidak tercatat lagi masalah kepegawaian di perusahaan ini.[14]

Kini perusahaan murni dimiliki dan dikendalikan salah satu cucu Nyonya Meneer yaitu Dr. Charles Saerang.[15]

Pabrik PT Nyonya Meneer berdiri di atas areal seluas 9.980 m2 dan dilengkapi laboratorium, sejak 1977. Kantornya sendiri berada di Jalan Raden Patah, Semarang. Di lantai dua bangunan utama pabrik itu, didirikan museum jamu.

Pada siaran persnya CIMB Bank Niaga yang melakukan Kerjasama Pembiayaan Distributor dengan Nyonya Meneer mencatat bahwa pasar dalam negeri dikuasai Jamu Nyonya Meneer dengan dukungan 2000 agen melalui 28,665 outlet yang tersebar di 19 provinsi. Sedangkan ekspor terus dilakukan untuk negara-negara tujuan, seperti Malaysia, Singapura, Belanda, Arab Saudi, Australia, Taiwan dan Amerika Serikat, dengan hasil ekspor yang mencapai Rp 31 miliar pada tahun 2007. Nyonya Meneer pun merencanakan jamu sebagai metode pengobatan di institusi kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit yang khusus menggunakan jamu dan obat farmasi secara berdampingan.[16]

Museum jamu

Pada tanggal 18 Januari 1984 didirikan Museum jamu Nyonya Meneer di Semarang dan menjadi museum jamu pertama di Indonesia. Museum ini didirikan dengan tujuan menjadi cagar budaya untuk pelestarian warisan leluhur dan menjadi sarana pendidikan dan rekreasi generasi muda.

Museum ini dibagi menjadi dua bagian dimana bagian pertama adalah pameran barang koleksi pribadi Nyonya Meneer, dan bagian kedua memamerkan produksi jamu secara tradisional.[17]

Buku

  • Pada 19 Februari 2002 diterbitkan buku, "Sejarah Usaha Nyonya Meneer" setebal 250 halaman diterbitkan oleh Grasindo (Grup Kompas Gramedia) menceritakan tentang kemelut perusahaan yang terjadi di perusahaan keluarga ini.[18]
  • Pada 11 Agustus 2007, buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris: Family Business-A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesia’s Most Successful Traditional Medicine Companies. Peluncurannya dilangsungkan bersamaan dengan perayaan HUT ke-88.

Produk

Pada tahun 2000, Nyonya Meneer membuat terobosan dengan mengeluarkan produk fitofarmaka bermerek Rheumaneer untuk mengobati penyakit reumatik. Fitofarmaka adalah obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan dan lulus uji klinis. Di Indonesia hanya ada lima perusahaan yang mengeluarkan fitofarmaka, dan Nyonya Meneer satu-satunya perusahaan jamu sementara sisanya adalah perusahaan farmasi. Rheumaneer adalah jawaban Charles menanggapi dunia kedokteran terhadap khasiat jamu. Biaya untuk riset hingga menghasilkan produk menghabiskan 3 miliar rupiah dan memakan waktu delapan tahun, tetapi menjadi bukti bagaimana jamu dapat sejajar dengan obat-obatan kimia.[19]

Produk PT Nyonya Meneer sebagian besar merupakan produk untuk kepentingan wanita (80 persen). Terdapat 254 merek meliputi 120 macam produk berbentuk pil, kapsul, serbuk, dan cairan dan terbagi dalam tiga jenis, untuk perawatan tubuh, kecantikan, dan penyembuhan. Produk ini meliputi minuman kesehatan temulawak, awet ayu, jamu habis bersalin, buste cream, amurat, dan rheumeneer yang sudah uji klinis.[20][21]

Lihat pula

Catatan kaki

Pranala luar