Jamu

praktik pengobatan alternatif berdasarkan pengobatan tradisional di Jawa

Jamu (bahasa Jawa: ꦗꦩꦸ; bahasa Sunda: ᮏᮙᮥ; bahasa Bali: ᬚᬫᬸ; Madura: jâmo) adalah suatu ragam pengobatan tradisional di pulau Jawa (dan juga termasuk Bali dan Madura), yang aslinya dan secara budaya berakar dari herbologi Jawa.[1] Secara tradisional, Jamu digunakan sebagai pengobatan dalam bentuk ekstrak atau sari ramuan yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit umum dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah penyakit.[1] Berbagai macam rempah direbus dan dicampur untuk khasiat pengobatan, terutama dari bahan herbal yang terbuat dari sumber daya alam (baik nabati maupun hewani); seperti akar, kulit kayu, bunga, biji, daun dan buah,[2] madu, royal jelly, susu dan telur ayam kampung.[1]

Jamu
Nama lain
  • djamoe (dalam bahasa tidak diketahui)
  • jyamu (dalam bahasa Osing)
  • jâmo (dalam bahasa Madura)
  • jemo (dalam bahasa Kangean)
  • ramu (dalam bahasa Indonesia)
  • ᮏᮙᮥ (dalam bahasa Sunda)
  • ᬚᬫᬸ (dalam bahasa Bali)
  • ᨍᨆᨘ (dalam bahasa Bugis)
JenisObat tradisional
Tempat asalJawa (asal mula), Indonesia
DaerahJawa bagian TengahSelatan[1]
Dibuat olehEtnis Jawa (inventor)[1]
Suhu penyajianSuhu ruangan, panas, dan dingin
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Jamu
Jamu, budaya kesehatan asli Indonesia
NegaraIndonesia
Referensi01972
KawasanAsia dan Pasifik
Sejarah Inskripsi
Inskripsi2023
DaftarRepresentatif

Sejak tahun 2018, budaya kesehatan Jamu yang dipraktikkan di seluruh Indonesia secara resmi diakui oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sebagai bagian integral dari Warisan Budaya Tak Benda Nasional Indonesia.[3][4][5][6][7][8][9]

Pada tahun 2023, Jamu juga resmi diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia asli Indonesia.[10]

Nomenklatur

sunting

Jamu’ merupakan suatu kata lakuran, yang secara etimologi berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa kuno yakni ‘jawa’ (Templat:Script/Javanese, terj. har.'pulau Jawa atau etnis Jawa') + ‘ngramu’ (Templat:Script/Javanese, terj. har.'untuk mencampur atau meracik (bahan-bahan)'), yang mana kemudian secara kasar dapat diterjemahkan sebagai "ramuan Jawa" atau "formula Jawa".[11]

Teori lain juga mengemukakan bahwa kata ‘jamu’ sebenarnya didasarkan pada kata ‘jampi’ (Templat:Script/Javanese, terj. har.'rapalan mantra'), awalnya digunakan oleh dukun (terj. har.'ahli spiritual Jawa') sebagai salah satu sarana spiritual untuk praktik ilmu hitam.[12][13] Istilah ‘jampi’ ini secara khusus dapat ditemukan pada banyak naskah Jawa kuno, seperti pada naskah Gatotkacasraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya.[14]

Jauh sebelum itu, masyarakat Jawa juga terdokumentasi telah meracik dan mengonsumsi jamu sejak sekitar tahun 722 Masehi. Pada situs Arkeologi Liyangan yang berlokasi di lereng Gunung Sindoro (Jawa Tengah) secara spesifik di temukan artefak berupa cobek dan ulekan. Bukti lain seperti proses pembuatan jamu juga banyak ditemukan di beberapa candi, seperti di Prambanan, Brambang, Borobudur, Panataran, Sukuh, Tegowangi dan juga terdokumentasi dalam prasasti Madhawapura yang merupakan peninggalan kemaharajaan Majapahit yang menyebutkan mengenai profesi khusus peracik jamu yang dikenali sebagai Acaraki.[15][16]

Penjualan jamu gendong

sunting
 
Penjual jamu gendong sedang menyajikan jamu.

Jamu tradisional adalah jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami. Seperti dari tumbuh-tumbuhan yang diracik menjadi serbuk jamu dan minuman jamu.Tujuannya sebagai khasiat kesehatan dan kehangatan tubuh.

Sebenarnya, daerah asal jamu tradisional tidak diketahui. Akan tetapi, banyak peracik dan penjual jamu tradisional yang berasal dari desa Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Bahkan di desa Bulakrejo, Kabupaten Sukoharjo, didirikan "Patung Jamu dan Petani" sebagai ikon Kabupaten Sukoharjo.

Penjualan jenis dan jumlah jamu gendong sangat bervariasi untuk setiap penjaja. Hal tersebut bergantung pada kebiasaan yang mereka pelajari dari pengalaman tentang jamu apa yang diminati dan pesanan yang diminta oleh pelanggan. Oleh karena ini, setiap hari jumlah dan jenis jamu yang dijajakan tidak selalu sama. Setelah dilakukan pendataan[butuh rujukan], diperoleh informasi bahwa jenis jamu yang biasa dijual ada delapan, yaitu beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci suruh, uyup-uyup/gepyokan, kunir asam, pahitan, dan sinom. Terkadang penjual jamu gendong juga menyediakan jamu bubuk atau pil dan kapsul hasil produksi industri jamu.

Untuk memberikan rasa manis, pembuat jamu menggunakan gula jawa, gula pasir, atau gula batu (bentuk kristal besar menyerupai bongkahan batu). Penggunaan gula asli ini merupakan keharusan bagi penjual jamu dengan alasan kesehatan. Jamu yang menggunakan pemanis buatan berarti menyalahi aturan dan menyimpang dari tujuan pembuatan jamu, yaitu untuk menyehatkan dan menjaga kesehatan badan.

Jamu bubuk kemasan atau bubuk yang digumpalkan diminum dengan cara diseduh air panas oleh penjual jamu gendong. Apabila pembeli meminta bahan jamu tambahan, penyeduhannya tidak dilakukan sembarangan. Jamu batuk tepat bila dicampur dengan jamu beras kencur. Jamu pegal linu lebih tepat dicampur dengan kudu laos, madu, atau kuning telur. Sedangkan jamu sinom atau kunir asam dicampur dengan jeruk nipis sebagai penyegar rasa.

Penjual jamu gendong biasanya bertanya terlebih dahulu kepada calon pembeli tentang obat-obatan atau makanan tertentu sebelum meracik jamu. Hal ini untuk mencegah timbulnya reaksi yang mungkin timbul antara jamu dengan zat dalam obat atau makanan, seperti minuman bersoda atau obat doping. Jika hal ini dilanggar bisa mengakibatkan keracunan bahkan kematian bagi peminum jamu. Sebaiknya jika minum sudah obat tidak minum jamu, demikian juga sebaliknya.

Jenis jamu, khasiat, bahan baku, dan cara pengolahan

sunting
 
penjual jamu tradisional menggunakan sepeda

Jamu (herbal medicine) sebagai salah satu bentuk pengobatan tradisional, memegang peranan penting dalam pengobatan penduduk di negara berkembang. Diperkirakan sekitar 70-80% populasi di negara berkembang memiliki ketergantungan pada obat tradisional (Wijesekera, 1991; Mahady, 2001).[17]

Secara umum jamu dianggap tidak beracun dan tidak menimbulkan efek samping. Khasiat jamu telah teruji oleh waktu, zaman dan sejarah, serta bukti empiris langsung pada manusia selama ratusan tahun (Winarmo, 1997).

Jamu gendong adalah jamu hasil produksi rumahan (home industry). Yang cara pemasarannya adalah memasukan hasil olahan jamu yang telah dibuat ke dalam botol-botol yang kemudian disusun di dalam bakul. Untuk selanjutnya bakul tersebut akan digendong oleh si penjual. Hingga disebutlah namanya menjadi jamu gendong. Jamu ini dijual dengan cara berkeliling setiap hari. Jamu gendong pada umumnya digunakan untuk maksud menjaga kesehatan. Orang membeli jamu gendong sering kali karena kebiasaan mengonsumsi sebagai minuman kesehatan yang dikonsumsi sehari-hari.

Jamu beras kencur

sunting
 
Jamu Beras Kencur

Jamu Beras Kencur adalah salah satu jenis jamu tradisional yang populer di Indonesia. Beras kencur adalah istilah yang merujuk pada campuran bahan-bahan alami, terutama beras dan kencur (sejenis umbi-umbian), yang digunakan sebagai bahan dasar dalam jamu ini. Jamu beras kencur berkhasiat dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh dan sebagai tonikom atau penyegar saat habis bekerja. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Selain itu, beras kencur bisa meringankan batuk dan merupakan seduhan yang tepat untuk jamu batuk.

Bahan baku

Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kayu keningar, kunir. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih.

Cara pengolahan

Pada umumnya tidak jauh berbeda, mula-mula beras disangan (disangrai), selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, dituangkan air mendidih untuk mengambil sarinya diperas dan disaring dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol atau termos.

Jamu Cabe Puyang

sunting

Jamu cabe puyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'pegal linu'. Artinya, untuk menghilangkan cikalen, pegal, dan linu-linu di tubuh, terutama pegal-pegal di pinggang. Namun, ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan dan menghindarkan kesemutan, menghilangkan keluhan badan panas dingin atau demam. Seorang penjual mengatakan minuman ini baik diminum oleh ibu yang sedang hamil tua dan bayi yang lahir jika minum jamu cabe puyang secara teratur tiap hari bayi akan bersih dan bau tidak amis. Jamu cabe puyang banyak mengandung zat besi dan berkhasiat untuk menambah butiran darah merah bagi yang kurang darah atau anemia.

Bahan baku

Bahan dasar jamu cabe puyang adalah cabe jawa dan rimpang lempuyang. Tambahan bahan baku lain dalam jamu cabe puyang sangat bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Bahan lain yang ditambahkan antara lain adas, pulosari, rimpang kunir, biji kedawung, keningar dan asam kawak. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan kadang kala mereka juga mencampurkan gula buatan serta dibubuhkan sedikit garam.

Cara pengolahan

Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih dan dibiarkan sehingga dingin, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Seluruh bahan ini kemudian diperas melalui saringan ke dalam air matang yang sudah tersedia. Selanjutnya, ramuan yang diperoleh diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol.

Jamu Kudu Laos

sunting

Menurut sebagian besar penjual jamu, khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurunkan tekanan darah. Banyak juga wanita yang mengatakan untuk melancarkan peredaran darah, menghangatkan badan, membuat perut terasa nyaman dan menambah nafsu makan. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk melancarkan haid yang tidak teratur, dan menyegarkan badan.[butuh rujukan]

Bahan baku

Bahan utama kudu laos, adalah Buah mengkudu, rimpang laos, Merica, asam kawak, cabe jamu, bawang putih, kedawung, garam secukupnya, gula jawa bisa juga ditambah gula pasir.

Cara pengolahan

Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih sejumlah sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu kemudian diperas dan disaring dimasukkan ke dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula sampai diperoleh rasa manis sesuai selera. Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.

Jamu Kunyit (Kunir Asem)

sunting

Jamu Kunir asem dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa jamu jenis ini tidak baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda sehubungan dengan sifatnya yang memperlancar haid. Ada pula penjual jamu yang menganjurkan minum jamu kunir asam untuk melancarkan haid.

Bahan baku

Penggunaan bahan baku jamu kunir asam pada umumnya tidak jauh berbeda di antara pembuat. Perbedaan terlihat pada komposisi bahan penyusunnya. Jamu dibuat dengan bahan utama buah asam ditambah kunir/kunyit, namun beberapa pembuatnya ada yang mencampur dengan sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan sering kali mereka juga mencampurkan gula buatan, serta dibubuhkan sedikit garam.

Cara pengolahan

Pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu direbus sampai mendidih dan jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), dimasukkan ke dalam air mendidih dan direbus sampai mendidih beberapa saat. Selanjutnya, ditambahkan gula sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Rebusan yang diperoleh dibiarkan sampai agak dingin, kemudian disaring dengan saringan. Rebusan yang sudah disaring dibiarkan dalam panci dan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.[18]

Jamu Sinom

sunting

Manfaat, bahan penyusun, serta cara pembuatan jamu sinom tidak banyak berbeda dengan jamu kunir asam. Perbedaan hanya terletak pada tambahan bahan sinom. Bahkan, beberapa penjual tidak menambahkan sinom, tetapi dengan cara mengencerkan jamu kunir asam dengan mengurangi jumlah bahan baku yang selanjutnya ditambahkan gula secukupnya.

Jamu Pahitan

sunting

Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu memberikan jawaban yang bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya adalah untuk gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya untuk 'cuci darah', kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, mengatasi pegal di saat haid dan pusing.

Bahan baku

sunting

Bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan pahitan sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto, tetapi ada pula yang menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit seperti brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan pule. Ada pula yang mencampurkan bahan lain seperti adas dan atau empon-empon (bahan rimpang yang dipergunakan dalam bumbu masakan). Ramuan jamu pahitan sebaiknya dicampur dengan berbagai rempah-rempah dan empon-empon, jika ramuan tidak dicampur dengan berbagai rempah-rempah dan empon-empon ada indikasi kurang baik untuk kesehatan.

Cara pengolahan Pembuatan jamu pahitan adalah dengan merebus semua bahan ke dalam air sampai air rebusan menjadi tersisa sekitar separuhnya. Cara ini dimaksudkan agar semua zat berkhasiat yang terkandung dalam bahan dapat larut ke dalam air rebusan. Sebagai hasil akhirnya, diperoleh rebusan dengan rasa sangat pahit. Khusus jamu pahitan, tidak diberikan gula atau bahan pemanis lain. Sebagai penawar rasa pahit, konsumen minum jamu gendong lain yang mempunyai rasa manis dan segar seperti sinom atau kunir asam.

Jamu Kunci Suruh

sunting

Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk mengobati keluhan keputihan (fluor albus). Sedangkan manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi.

Bahan baku

Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih. Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual jamu menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci pepet, dan majakan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahan lain yang ditambahkan, yaitu jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, dan kencur. Sebagai pemanis digunakan gula pasir, gula merah, dan dibubuhkan sedikit garam.

Cara pengolahan

sunting

Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu air direbus sampai mendidih sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), diperas, disaring, dan dimasukkan ke dalam air matang yang sudah didinginkan. Selanjutnya, ditambahkan gula sesuai kebutuhan, sampai diperoleh rasa manis sesuai selera dengan cara dicicipi. Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.

Jamu Uyup-uyup/Gepyokan

sunting

Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya seorang penjual jamu yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan bau badan yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan 'mendinginkan' perut.

Bahan baku dan cara pengolahan Bahan baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi antar pembuat jamu, namun pada umumnya selalu menggunakan bahan empon-empon yang terdiri dari kencur, jahe, bangle, laos, kunir, daun katu, temulawak, puyang, dan temugiring. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu semua bahan dicuci bersih tanpa dikupas, selanjutnya empon-empon dirajang (diiris tipis), ditambah bahan-bahan lain, ditumbuk kasar, lalu diperas serta disaring. Perasan dimasukkan ke dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula sampai diperoleh rasa manis sesuai selera. Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk diperjual belikan.

Riset dan Pengembangan Jamu di Indonesia

Kementerian Kesehatan melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradional (Babe Litbang TOOT); yang merupakan satu pusat riset dan pengembangan di bawah Badan Litbangkes, menyediakan saintifikasi jamu dan riset produk olahan jamu.

Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Tropical Biopharmaca Research Center (Trop-BRC)) di Institut Pertanian Bogor juga aktif dalam riset mengenai jamu.[19]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "How Generations of Indonesian Women Are Preserving an Ancient Juicing Tradition" (dalam bahasa Inggris). Vogue. 2023. 
  2. ^ "Jokowi lauds jamu". The Jakarta Post. Jakarta. 25 May 2015. Diakses tanggal 4 November 2015. 
  3. ^ "Jamu Jawa Tengah" [Jamu of Central Java]. Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia. 2018. 
  4. ^ "Jamu Cabe Puyang" [Javan pepper Jamu]. Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia. 2018. 
  5. ^ "Jamu Uyup-uyup / Gepyokan" [The Uyup-uyup Jamu / Gepyokan]. Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia. 2018. 
  6. ^ "Jamu Beras Kencur" [Javan aromatic ginger Jamu]. Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia. 2018. 
  7. ^ "Jamu Kunyit Asam" [Javanese sugar-sweetened Turmeric Jamu] (dalam bahasa Bahasa Indonesia and Jawa). Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia. 2018. 
  8. ^ "Jamu Pahitan" [Bittery Jamu]. Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia. 2018. 
  9. ^ "Jamu Cekok" [Jamu for the babies]. Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia. 2018. 
  10. ^ "Jamu wellness culture". ich.unesco.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-06. 
  11. ^ Njonja E. van Gent-Detelle. Boekoe Obat-Obat Voor [Sic] Orang Toewa Dan Anak-Anak [Medicine Boek for Adults and Children], (Djocjacarta: Buning, 1875); Njonja van Blokland, Doekoen Djawa: Oetawa Kitab Dari Roepa-Roepa Obat Njang Terpake Di Tanah Djawa [Javanese Dukuns: or Book with Various Kinds of Medicine in Use on Java] (Batavia Albrecht & Co., 1899).
  12. ^ Lim, Michael Anthonius; Pranata, Raymond (2020). "The insidious threat of Jamu and unregulated traditional medicines in the COVID-19 era". Faculty of Medicine, Pelita Harapan University. 14 (5): 895–896. doi:10.1016/j.dsx.2020.06.022. PMC 7291970 . PMID 32563942. 
  13. ^ "Dictionnaire Javanais-Français, L'Abbé P. Favre, 1870, #917 (Bagian 5: Pa–Ma)". Sastra Jawa (dalam bahasa Jawa). Diakses tanggal 2024-02-01. 
  14. ^ Jamu Gendong, Warisan Leluhur yang Sudah Ada Sejak Ratusan Tahun Silam[1]
  15. ^ Jamu, Minuman Tradisional Penuh Sejarah[2]
  16. ^ Sejarah jamu di Indonesia[3]
  17. ^ http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54115/jurnsl%20gizi.pdf?sequence=1
  18. ^ "Cara Membuat Jamu Kunyit Asam". HerbalismeID. 2022-12-27. Diakses tanggal 2023-01-01. 
  19. ^ "Jurnal Jamu Indonesia". jamu.journal.ipb.ac.id. Diakses tanggal 2023-01-01. 

Pranala luar

sunting