Kota Palu

ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia


Palu adalah Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Palu merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan Utara, Kabupaten Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah timur. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Kota Palu dilewati oleh garis Khatulistiwa. Penduduk Kota Palu berjumlah 342.754 jiwa (2012).

Kota Palu
Daerah tingkat II
Berkas:Kota palu tahun baru.jpeg
Lambang resmi Kota Palu
Motto: 
Maliu Nti Nuvu
Peta
Peta
Kota Palu di Sulawesi
Kota Palu
Kota Palu
Peta
Kota Palu di Indonesia
Kota Palu
Kota Palu
Kota Palu (Indonesia)
Koordinat: 0°54′S 119°50′E / 0.900°S 119.833°E / -0.900; 119.833
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Tengah
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 8
  • Kelurahan: 46
Pemerintahan
 • [[ Bupati String Module Error: String subset index out of range|Bupati]]Drs. Hidayat, M.Si
 • [[Wakil Bupati String Module Error: String subset index out of range|Wakil Bupati]]Sigit Purnomo
Luas
 • Total395,06 km2 (152,53 sq mi)
Populasi
 (2015[1])
 • Total342,754
 • Kepadatan848,7/km2 (2,198/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 80.05%
Kristen Protestan 12.68%
Katolik 2.48%
Hindu 2.42%
Buddha 2.37%[1]
 • BahasaIndonesia, Kaili
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
7271 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 451
Kode Kemendagri72.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023PAL
DAURp. 575.235.328.000.-
Flora resmiBanga
Fauna resmiMaleo
Situs webhttp://palukota.go.id/

Sejarah

Asal usul nama

Berkas:Souraja.jpg
Istana Kerajaan Palu

Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu'e yang artinya Tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan. Pernah terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.

Istilah lain juga menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu berasal dari bahasa Kaili VOLO yang berarti bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku Kaili, ini dikarenakan ketergantungan masyarakat Kaili dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka, baik itu dijadikan Bahan makanan (Rebung), Bahan bangunan (Dinding, tikar, dll), Perlengkapan sehari hari, permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove)

Pembentukan kota

Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kerajaan yang terdiri dari kesatuan empat kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo yang sekarang bernama Kelurahan Kamonji, Panggovia yang sekarang bernama Kelurahan Lere, dan Boyantongo yang sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari Manado pada tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888, Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.

 
Teluk Palu di sekitar tahun 1900

Pada awal mulanya, Kota Palu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Palu. Pada masa penjajahan Belanda, Kerajaan Palu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan (Onder Afdeling Palu) yang terdiri dari tiga wilayah yaitu Landschap Palu yang mencakup distrik Palu Timur, Palu Tengah, dan Palu Barat; Landschap Kulawi; dan Landschap Sigi Dolo.[2]

Pada tahun 1942, terjadi pengambilalihan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada pihak Jepang. Pada masa Perang Dunia II ini, kota Donggala yang kala itu merupakan ibu kota Afdeling Donggala dihancurkan oleh pasukan Sekutu maupun Jepang. Hal ini mengakibatkan pusat pemerintahan dipindahkan ke kota Palu pada tahun 1950. Saat itu, kota Palu berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat wedana dan menjadi wilayah daerah Sulawesi Tengah yang berpusat di Kabupaten Poso sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950. Kota Palu kemudian mulai berkembang setelah dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah Tahun 1957 yang menempatkan Kota Palu sebagai Ibu kota Keresidenan.[2]

Terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, status Kota Palu sebagai ibu kota ditingkatkan menjadi Ibu kota Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah. Kemudian pada tahun 1978, Kota Palu ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978. Kini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 Kota Palu ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Palu.[2]

Batas Wilayah

Secara geografis, Kota Palu berbatasan dengan daerah sebagai berikut:

Iklim dan Cuaca

Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Peta ketinggian mencatat, 376,68 Km2 (95,34%) wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100 - 500 mdpl dan hanya 18,38 Km2 (46,66%) terletak di dataran yang lebih rendah. Kota Palu terletak di bagian Utara khatulistiwa, menjadikan Kota Palu sebagai salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun.[2]

Data iklim Palu
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 38
(100)
37
(99)
37
(99)
37
(99)
35
(95)
37
(99)
37
(99)
37
(99)
38
(100)
37
(99)
37
(99)
38
(100)
38
(100)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30
(86)
30
(86)
31
(88)
31
(88)
31
(88)
31
(88)
30
(86)
31
(88)
31
(88)
31
(88)
31
(88)
30
(86)
31
(88)
Rata-rata harian °C (°F) 27
(81)
27
(81)
27
(81)
28
(82)
28
(82)
27
(81)
27
(81)
27
(81)
27
(81)
28
(82)
28
(82)
27
(81)
27
(81)
Rata-rata terendah °C (°F) 24
(75)
24
(75)
24
(75)
25
(77)
25
(77)
24
(75)
24
(75)
24
(75)
24
(75)
25
(77)
25
(77)
25
(77)
24
(75)
Rekor terendah °C (°F) 22
(72)
21
(70)
18
(64)
20
(68)
21
(70)
21
(70)
21
(70)
20
(68)
20
(68)
17
(63)
21
(70)
21
(70)
17
(63)
Rata-rata hari hujan 7 8 9 9 10 12 11 9 8 7 9 7 106
Sumber: [3]

Geografi

Bentang alam Kota Palu membentang memanjang dari Timur ke Barat dengan luas wilayah 395,06 Km2. Secara astronomis, Kota Palu terletak pada posisi 119,45 - 121,15 BT dan 0,36 - 0,56 LS.

Jarak

Jarak antara ibu kota provinsi ke daerah kabupaten:

No. Jarak Antara Kilometer
1 Palu - Poso 221 Km
2 Palu - Luwuk 607 Km
3 Palu - Toli-Toli 439 Km
4 Palu - Donggala 34 Km
5 Palu - Parigi Moutong 66 Km
6 Palu - Morowali 756 Km
7 Palu - Buol 806 Km
8 Palu - Tojo Una-una 300 Km

Pemerintahan

 
Kediaman controleur pada masa Hindia Belanda (tahun 1930-an)

Daftar Wali Kota

Wali Kota Palu
 
 
Petahana
Hadianto Rasyid

sejak 26 Februari 2021
Pemerintah Kota Palu
KediamanRumah Jabatan Wali Kota Palu
Masa jabatan5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan
PendahuluWali Kota Administratif Palu
Dibentuk1995; 29 tahun lalu (1995)
Pejabat pertamaRully Azis Lamadjido
WakilWakil Wali Kota Palu
Situs webSitus web resmi

Berikut adalah daftar Wali Kota Palu secara definitif sejak tahun 1995 di bawah Pemerintah Republik Indonesia.[4]

Wali kota administratif

Sebelum menjadi sebuah kota, Palu merupakan kota administratif dan merupakan bagian dari Kabupaten Donggala.

  Wali Kota Administratif Palu
No. Wali Kota Administratif Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Ref.
1   Kisman Abdullah
  Non Partai 1978 1986 7–8 tahun [5]
2   Syahbuddin Labadjo
  Non Partai 1986 1994 7–8 tahun

Wali kota madya

  Wali Kota Palu  
No. Wali Kota Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
1   Rully Azis Lamadjido
  Non Partai 1995 2000 4–5 tahun 1
(1995)
Tidak ada
2   Baso Lamakarate
  Non Partai 2000 2004 3–4 tahun 2
(2000)
Suardin Suebo
2000–2004
[ket. 1]
3   Suardin Suebo
  Non Partai 17 Mei 2004 12 Oktober 2005 1 tahun, 148 hari Lowong [6]
4   Rusdy Mastura
(lahir 1950)
  Golkar 12 Oktober 2005 12 Oktober 2010 5 tahun, 0 hari 3
(2005)
Suardin Suebo
2000–2008
[7][8]
12 Oktober 2010 12 Oktober 2015 5 tahun, 0 hari 4
(2010)
Andi Mulhanan Tombolotutu
2008–2015
[9]
5   Hidayat
(lahir 1963)
  PKB 17 Februari 2016 17 Februari 2021 5 tahun, 0 hari 5
(2015)
Sigit Purnomo Said
6   Hadianto Rasyid
(lahir 1975)
  Hanura 26 Februari 2021 Petahana 3 tahun, 276 hari 6
(2020)
Reny Lamadjido
Catatan
  1. ^ Meninggal dunia pada saat menjabat

</onlyinclude>

Pengganti sementara

Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil wali kota, termasuk ketika posisi wali kota berada dalam masa transisi.

Potret Wali Kota Partai Awal Akhir Durasi Periode Definitif Ref.
  M. Hidayat Lamakarate
(Penjabat)
(lahir 1970)
Non Partisan 12 Oktober 2015 17 Februari 2016 128 hari Transisi (2015–2016) [10][11]
  Sigit Purnomo Said
(Pelaksana Tugas)
(lahir 1979)
PAN 26 September 2020 5 Desember 2020 70 hari 5
(2015)
Hidayat [12]
  Asri
(Pelaksana Harian)
Non Partisan 17 Februari 2021 26 Februari 2021 9 hari Transisi (2021) [13]

Lihat Pula

Referensi

  1. ^ a b "Kota Palu Dalam Angka 2016"
  2. ^ a b c d Pemerintah Kota Palu. (2009). Palu Kota Dua Wajah. Palu: CACDS.
  3. ^ "Palu, Indonesia Travel Weather Averages". Weatherbase. Diakses tanggal 10 Februari 2016. 
  4. ^ "Semarak Pekan Budaya Ala Kemdikbud di Palu". monitor.co.id. Diakses tanggal 2017-11-21. 
  5. ^ "6 Wajah Pemimpin Kota Palu". SeputarPalu. Palu. 7 Oktober 2014. Diakses tanggal 20 Februari 2016. [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Syamsuddin (24 Mei 2004). "Suardin Suebo Resmi Jadi Wali kota Palu"[pranala nonaktif permanen]. Cybernews & Detik.com. Diakses tanggal 20 Februari 2016
  7. ^ ADO (9 Agustus 2005). "Rusdy Mastura Wali Kota Palu Periode 2005-2010". Liputan6.com. Diakses tanggal 20 Februari 2016. 
  8. ^ "Ministers, Mayors and Participating City Leaders: HE Rusdy Mastura". World Cities Summit. Diakses tanggal 20 Februari 2016. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Tim Penyusun dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kota Palu (September 2014). Profil Kota Palu 2014 (PDF) (Laporan). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kota Palu. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-02-25. Diakses tanggal 20 Februari 2016. 
  10. ^ AFD (19 Oktober 2015). "Hidayat Lamakarate dilantik jadi Penjabat Wali Kota Palu". Berita Palu. Palu. Diakses tanggal 20 Februari 2016. [pranala nonaktif permanen]
  11. ^ "Hidayat Lamakarate Penjabat Wali kota Palu". Pemerintah Kota Palu. Pemerintah Kota Palu. 16 November 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-02. Diakses tanggal 20 Februari 2016. 
  12. ^ "Pasha Ungu Ditunjuk Jadi Plt Wali Kota Palu". detik.com. 27-09-2020. Diakses tanggal 12-01-2024. 
  13. ^ "Gubernur Tunjuk Sekkot Jadi Pelaksana Harian Walikota Palu". sultengnews.com. 17-02-2021. Diakses tanggal 12-01-2024. 

fifing s hut dkk morowali, morowali

Dewan Perwakilan

Kecamatan

Kota Palu dibagi kepada 8 kecamatan dan 45 kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:

Demografi

Tahun 1990 2000 2010
Jumlah penduduk   199.495   268.322   335.297
Sejarah kependudukan kota Palu
Sumber:[1]

Kondisi masyarakat

Masyarakat Kota Palu sangat heterogen. Penduduk yang menetap di kota ini berasal dari berbagai suku bangsa seperti Bugis, Toraja, dan Mandar yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Gorontalo, Manado, Jawa, Arab, Tionghoa, dan Kaili yang merupakan suku asli dan terbesar di Sulawesi Tengah.[2]

Kota Palu sering diasosiasikan dengan kekerasan dan konflik. Padahal, masyarakat tidak terpengaruh oleh konflik atau bentrokan antarwarga. Bentrokan antarwarga di Kelurahan Nunu dan Kelurahan Tavanjuka yang sempat diberitakan di media massa tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat. Warga tetap beraktivitas seperti biasa.[2]

Ekonomi

Kota Palu saat ini juga menjadi salah kawasan ekonomi khusus (KEK) di Indonesia bagian timur. Berbagai persiapan untuk ditetapkan Kota Palu sebagai kawasan ekonomi khusus telah dilakukan, penyiapan lahan seluas 1.520 hektare di Kecamatan Palu Utara, yang meliputi Kelurahan Pantoloan, Baiya, dan Lambara. Lahan seluas 1.520 hektare itu akan dibagi menjadi kawasan industri seluas 700 hektare, kawasan perumahan (500 hektare), kawasan pendidikan dan penelitian (100 hektare), kawasan komersial (100 hektare), daerah olahraga (50 hektare), kawasan pergudangan (50 hektare), kawasan perkebunan dan taman (20 hektare).[2]

Pariwisata

 
Jembatan Palu IV/Jembatan Ponulele, Palu Barat

Tempat Wisata

Danau Sibili

 
Danau Sibili, Pantoloan,Tawaeli

Danau Sibili merupakan danau alam yang terletak di Kelurahan Pantoloan Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. Danau ini merupakan salah satu objek wisata kebanggaan masyarakat Tawaeli karena pemandangannya yang indah. Danau yang terletak 24 km di utara Kota Palu ini awalnya merupakan danau yang dijadikan tempat pemancingan ikan oleh masyarakat sekitar. Tetapi, karena seringnya pengunjung yang datang dari luar Kecamatan Tawaeli untuk datang berwisata akhirnya danau ini dijadikan salah satu objek wisata andalan di kecamatan tersebut.

Danau Sibili yang indah telah menjadi tempat wisata bagi masyarakat sekitar maupun dari luar kota Palu. Wisata yang menjadi andalan di sini adalah wisata memancing dengan berbagai jenis ikan seperti mas, bawal, mujair, gabus, dll. Di pinggir danau, ada sarana yang dapat digunakan bagi Anda yang ingin menikmati keindahan danau, seperti perahu tradisional.

Banua Oge (Sou Raja)

Berkas:Souraja.jpg
Sou Raja, Palu Barat

Banua Oge atau Souraja adalah istana dari Kerajaan Palu pada masa sebelum kemerdekaan. Kata Souraja dapat diartikan rumah besar, merupakan rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya. Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan meskipun bentuk dan ukurannya sama dengan Souraja.

Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang kayu balok persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan, atau sejenisnya. Atapnya berbentuk piramida segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko. Seluruh bahan bangunan mulai dari lantai, dinding balok-balok terbagi atas tiga ruangan, yaitu:

Ruang depan disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi untuk menerima tamu. Dahulu sebelum ada meja kursi, di ruangan ini dibentangkan tikar atau onysa. Ruangan ini juga untuk tempat tidur tamu yang menginap.

Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut lonta tata ugana diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang belakang, berfungsi sebagai ruang makan, tetapi kadang-kadang ruang makan berada di lonta tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur. Khusus untuk kamar tidur perempuan atau anak-anak gadis biasanya ditempatkan di pojok belakang lonta rarana, maksudnya agar mudah diawasi oleh orang tua. Untuk tamu perempuan dan para kenalan dekat diterima di ruang makan.

Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan tambahan atau ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan rumah induk dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut hambate atau bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan pekuntu yakni ruangan terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di kolong dapur diberi pagar sekeliling, sedangkan di bawah rumah induk dibiarkan terbuka dan kadang-kadang menjadi ruang kerja untuk pertukangan, atau keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan loteng rumah dipergunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka dan lain-lain.

Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan artistik, lebih-lebih bila dilihat dari hiasannya yang berupa kaligrafi huruf Arab tertampang pada jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, di bagian lonta-karavana, pinggira cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya. 

Jembatan Gantung

Berkas:Jembatan gantung.jpeg
Jembatan Gantung, Tatanga

Jembatan Gantung merupakan jembatan penghubung dua kelurahan di Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Palu selatan yang terpisah oleh sungai Palu. Jembatan ini adalah hasil dari kerjasama calon legislatif Pemilu 2004 dan pemerintah Kota Palu yang bertujuan menghubungkan keluarga yang telah lama terpisah.

Masjid 'Apung' Argam Bab Al Rahman

 
Masjid terapung, Palu Barat

Masjid ini memiliki luas 121 meter persegi dan mampu menampung sebanyak 150 orang. Masjid ini berlantai satu dengan empat menara di ke empat sudutnya. Masjid ini sering disebut masjid apung karena posisinya menjorok 30 meter ke laut yang seakan-akan mengapung. Panorama bentang pegunungan dan Teluk Palu menambah keindahan bagi para jamaah maupun wisatawan yang ingin menikmati wisata religi di Kota Palu.[3]

Kawasan Wisata Religi Sis Al Jufrie

 
Masjid Al Khairat, Palu Barat

Kawasan ini terletak di sepanjang Jalan Sis Aljufrie, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga dan Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat. Dijalan ini terdapat berbagai macam objek wisata belanja dan objek wisata Religi. Objek wisata perbelanjaan yang ada disini adalah Pertokoan Palu Plaza. Di sini masyarakat kota Palu menjual berbagai macam kuliner, pakaian dan oleh - oleh. Objek wisata Religi di kawasan ini terletak di depan pertokoan Palu Plaza, yaitu Yayasan AL Khairaat Pusat yang merupakan Organisasi Islam Terbesar di Indonesia Timur. Di sana terdapat makam Idrus Bin Salim Al Jufrie (SIS AL JUFRIE) Pendiri AL Khairaat, Masjid AL Khairaat, Masjid Nurul Khairaat, dan Masjid Nur Sa'adah, juga beberapa sekolah berbasis Islam.

Museum Sulawesi Tengah

 
Museum Sulawesi Tangah, Palu Barat

Museum ini adalah museum terbesar di Sulawesi Tengah, terletak di Palu Barat. Di museum ini terdapat berbagai macam replika baju adat dari semua kabupaten dan kota yang ada di Sulawesi Tengah, sejarah mengenai Sulawesi Tengah dan lain lain. Yang menarik dari museum ini adalah batu megalith berbentuk manusia yang dibuat oleh nenek moyang suku Kaili yang berasal dari Lembah Napu yang bentuknya hampir mirip dengan batu megalith berbentuk manusia di Pulau Paskah, Samudera Pasifik.

Taman Ria

 
Pantai Taman Ria, Palu Barat

Taman Ria merupakan objek wisata yang terletak di Kelurahan Lere, Palu Barat. Taman Ria sangat terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya yang indah. Apabila anda ke Taman Ria belum lengkap rasanya jika belum mencicipi jagung bakar, pisang gepe, dan saraba yang dijual oleh pedagang setempat.

Makanan Khas

Kaledo

Kaledo merupakan Sup Tulang Sapi yang dimasak hingga empuk. Kuahnya yang bening memiliki rasa bumbu yang kuat yang merupakan campuran berbagai bumbu seperti asam jawa, cabe rawit, dan garam. Kaledo disajikan beserta dengan Nasi atau Ubi. Kuahnya pun menyegarkan badan dengan rasa asam yang dominan dicampur rasa pedas cabe rawit.[4]

Uta Kelo/Sayur Kelor

Uta Kelo merupakan sayur yang berbahan dasar daun kelor. Kuahnya bersantan dan gurih terbuat dari campuran santan kelapa, daun kelor, dan biasanya dicampur dengan berbagai bahan seperti Palola Ngura/Terong Muda, Loka Ngura/Pisang Puda, Pusu/Jantung Pisang, Kasubi/Ubi, dan Lamale/Udang Kecil.

Duo Sole/Teri Goreng

Duo adalah makanan khas masyarakat kota palu. Makanan yang berbahan dasar teri ini mempunyai rasa asin, gurih, dan pedas karena masyarakat Kaili sangat terkenal dengan masakan pedasnya. Duo terbuat dari teri yang dimasak bersama irisan bawang khas Palu.

Palu Mara/Sayur Ikan

Palu Mara atau biasa di sebut Sayur Ikan merupakan sayur yang berbahan dasar ikan. Kuahnya berwarna kuning karena campuran kunyit, asam jawa dengan sedikit cabe untuk rasa pedas.

Bau Ngau/Ikan Kering

Bau Ngau atau Ikan Kering adalah salah satu makanan khas di kota Palu, berbahan dasar ikan yang dikeringkan dan disirami oleh air laut sehingga membuat rasanya asin. Bau Ngau biasa disajikan dengan cara digoreng atau dibakar dan disajikan dengan irisan cabai, bawang merah, tomat juga perasan jeruk nipis.

Transportasi

Transportasi Udara

Kota Palu mempunyai sebuah bandara nasional yang berada di dalam kota, yaitu Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, terletak di Kecamatan Palu Selatan, Kelurahan Birobuli Utara.

Transportasi Laut

Kota Palu juga mempunyai sebuah Pelabuhan Nasional yang juga berada di dalam wilayah kota, yaitu Pelabuhan Pantoloan, terletak di Palu Utara, Kecamatan Tawaeli, Kelurahan Pantoloan.

Transportasi Darat

 
Jembatan di Palu pada tahun 1930-an

Transportasi darat di kota Palu meliputi transportasi tradisional dan modern.

Di kota Palu sedikitnya telah beroperasi 800 minibus angkutan kota (angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Jumlah angkot di kota ini sering kali dianggap terlalu banyak, mengingat kota ini hanya membutuhkan sekitar 500 angkot. Hal ini berarti terdapat 2 angkot untuk seorang komuter. Biaya Rp. 4.000,- untuk orang dewasa dan Rp. 3.000,- untuk pelajar. Uniknya, meskipun trayek angkot telah ditetapkan, setiap angkot dapat saja mengantar penumpang ke mana saja sepanjang sopir angkot berkenan. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1, yaitu warna biru tua.

Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut penumpang antar kota dalam maupun lintas provinsi.

Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata "argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada argometer yang melengkapi setiap taksi.

Ojek adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di kota-kota lainnya, ojek merupakan 'taksi motor' yang selalu siap mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojek menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek. Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat sedang menunggu di tepi jalan. Pertengahan tahun 2017 komunitas ojek palu diramaikan dengan kedatangan aplikasi ojek daring yaitu Grab

Moda transportasi tradisional ini masih dapat dijumpai di beberapa wilayah kota ini. Namun, wilayah peredarannya dibatasi agar tidak memasuki pusat kota dan hanya terbatas untuk mengangkut penumpang dan barang di sekitar lokasi pasar-pasar tradisional.

Kejadian Penting

Gempa 2005

Pada tanggal 24 Januari 2005 pukul 04.10 WITA, gempa berkekuatan 6,2 pada Skala Richter mengguncang Palu. Pusat gempa terjadi di Desa Bora Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, 16 km arah tenggara Palu tepatnya,di kedalaman 30 km. Gempa itu berada pada 1°03′ LS - 119°99′ BT. Warga panik dan langsung mengungsi karena takut kemungkinan adanya tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Sebagian dari mereka melarikan diri ke perbukitan dan pegunungan. Akibatnya, satu orang meninggal, empat orang cedera dan 177 bangunan rusak. Warga sekitar Biromaru Malah Mengungsi didekat tempat pusat gempa.

Gempa 2018

Pada tanggal 28 September 2018 pukul 18.02 WITA, gempa berkekuatan 7,4 Mw mengguncang daerah Donggala, Palu, Sigi dan sekitarnya. Selain korban jiwa, gempa dan tsunami menyebabkan sarana dan prasarana rusak. Salah satunya Jembatan Kuning yang menjadi ikon Kota Palu ambruk. Berikut informasi terkini terkait bangunan yang rusak:

  • Bangunan dan utilitas kota sepanjang Teluk Palu yang tersapu tsunami dengan radius pencapaian gelombang rata-rata 300 meter dari bibir pantai.
  • Hotel Roa-Roa berlantai 8 di Jalan Pattimura rata dengan tanah. Di hotel terdapat 76 kamar dari 80 kamar yang terisi oleh tamu.
  • Permukiman padat Perumahan Nasional Perumnas Balaroa, Palu Barat yang terdampak likuifaksi, setidaknya lebih dari 1800 bangunan amblas 4 meter dan 550 korban meninggal dunia tertimbun tanah dan reruntuhan. Kawasan terdampak likuifaksi di zonasi sebagai kawasan dilarang membangun (red zone).
  • Permukiman beserta lahan pertanian di Kelurahan Petobo yang terdampak likuifaksi.
  • Desa Jono Oge dan Desa Sibalaya Kabupaten Sigi dan lahan pertanian sekitar terdampak likuifaksi.
  • Bandar udara Mutiara SIS Al-jufri mengalami kerusakan pada landasan pacu sepanjang 400 meter dari panjang utama 2400 meter, menara pemantau (ATC) roboh dengan 1 korban meninggal dunia, dan bangunan utama bandar udara yang rusak dan retak.
  • Pusat perbelanjaan atau salah satu mal terbesar di kota Palu, Mal Tatura Jalan Emy Saelan ambruk.
  • Pusat perbelanjaan Palu Grand Mall terletak di jalan Diponegoro terhempas tsunami terletak persis berhadapan dengan Teluk Palu.
  • Hotel Mercure terletak di jalan Cumi-cumi dan Hotel Palu Golden terletak di jalan Raden Saleh rusak dan terhempas tsunami.
  • Arena Festival Pesona Palu Nomoni merupakan kawasan sepanjang teluk sebagai tempat acara utama Hari jadi Kota Palu dimana terdapat ratusan hingga ribuan orang pengisi acara.
  • Gedung Anutapura Medical Centre (AMC) di Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat di Jalan Kangkung, Palu roboh
  • Jembatan Kuning Ponulele roboh diguncang gempa dan diterjang tsunami.
  • Jalur trans Sulawesi Palu dari Polo-Poso-Makassar tertutup longsor, jalur trans Sulawesi Palu-Mamuju-Makassar, dan jalur trans Sulawesi Palu-Donggala-Toli-toli tertutup material tsunami.
  • Garis patahan sesar Palu-Koro terlihat mengalami pergeseran tanah mendatar kurang lebih hingga 5,5 meter membentuk garis lurus membelah kota yang ditandai dengan bengkoknya jalan-jalan strategis kota di antaranya Jalan Cumi-cumi, jalan Diponegoro, jalan Lasoso, jalan Asam, jalan Kedondong, jalan Pipa air, jalan Cemara, jalan Manggis, jalan Kamboja (Perumnas Balaroa), hingga jalan Padanjakaya, semuanya membentuk garis dengan perpindahan yang sama.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ palukota.bps.go.id Pertumbuhan dan Total Penduduk. Diakses pada 23 Januari 2012.
  2. ^ a b c Kompas.com. (27 Februari 2012). Palu Bisa Menjadi Pusat Budaya Sulawesi. Diakses pada 4 Juni 2014 11:21 dari http://oase.kompas.com/read/2012/02/27/16481582/Palu.Bisa.Menjadi.Pusat.Budaya.Sulawesi
  3. ^ Kompas.com. (19 Januari 2011). Palu Bakal Punya Masjid Terapung. Diakses pada 4 Juni 2014 11:47 dari http://regional.kompas.com/read/2011/01/19/20054943/Palu.Bakal.Punya.Masjid.Terapung
  4. ^ Kompas.com. (1 Januari 2014). Asam Pedas Kaledo Khas Palu. Diakses pada 4 Juni 2014 11:56 dari http://travel.kompas.com/read/2014/01/01/0928497/Asam.Pedas.Kaledo.Khas.Palu.

Pranala luar