Bosnia dan Herzegovina

negara di Eropa Tenggara

Bosnia-Herzegovina adalah sebuah negara pegunungan di daerah Balkan dengan ibu kota Sarajevo. Negara ini merupakan negara pecahan Yugoslavia.

Bosna i Hercegovina
Босна и Херцеговина
{{{coat_alt}}}
Lambang
Semboyan
Lokasi Bosnia-Herzegovina
Ibu kota
Sarajevo
Bahasa resmiBosnia, Serbia, Kroasia
PemerintahanRepublik federal
Kemerdekaan
 - Perairan (%)
dapat dihiraukan
Populasi
 - Perkiraan 2005
4.025.476 (121)
 - Sensus Penduduk 1991
4.354.911
PDB (KKB)2005
 - Total
US$21,4 miliar (106)
US$5.504 (101)
Mata uangConvertible Mark
(BAM)
Zona waktu
(UTC+1)
 - Musim panas (DST)
UTC+1
Kode telepon387
Kode ISO 3166[[ISO 3166-2:Lua error in package.lua at line 80: module 'Module:ISO 3166/data/BA' not found.|Lua error in package.lua at line 80: module 'Module:ISO 3166/data/BA' not found.]]
Ranah Internet.ba
1. Ketua Kepresidenan yang terdiri dari tiga anggota.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pembagian administratif

Bosnia-Herzegovina dibagi menjadi Federasi Bosnia dan Herzegovina dan Republika Srpska. Distrik Brčko bukan bagian kedua entitas politik ini, tetapi diperintah secara supranatural dan dijaga oleh tentara internasional.

Federasi Bosnia-Herzegovina dibagi menjadi 10 kanton:

Sejarah

Sejarah awal

Bosnia-Herzegovina merupakan sebuah wilayah perbatasan antara Kebudayaan Barat dan Timur. Pada Abad Pertengahan, wilayah tersebut menjadi ajang pertikaian dan perebutan pengaruh antara Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks. Di tengah-tengah pergulatan tersebut, ikut pula sebuah kelompok bidat Kristen yang disebut Bogomil. Sekte ini terutama beranggotakan masyarakat kelas atas Bosnia.

Kekuatan ketiga yang berpengaruh dalam sejarah negeri itu muncul pada akhir abad ke-13, ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh Turki Usmani yang beragama Islam. Seperti di berbagai negera taklukkan Islam, penduduk non-Muslim dijadikan warga negara kelas dua dengan status dhimmi. Pengikut Bogomil berbondong-bondong pindah ke agama Islam sehingga agama tersebut lenyap. Perpindahan agama tersebut kebanyakan terjadi karena dorongan ekonomi, di mana apabila mereka memeluk Islam maka mereka tidak akan dibebani pajak yang diterapkan terhadap penduduk nonMuslim. Akan tetapi perpindahan agama juga terjadi karena paksaan dan kekerasan. Contohnya adalah praktek penguasa Ottoman untuk merampas anak-anak Kristen yang berparas cakap dan bertubuh kuat dari keluarganya dan kemudian dididik menjadi orang Muslim fanatik dalam barisan Janisari. Janisari ini kemudian dikirim untuk melawan kerabat Kristen mereka demi kejayaan Turki Usmani.

Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia yang tetap memeluk agama leluhurnya. Oleh karena itu mereka menjadi pembela fanatik Kesultan Usmani untuk menjaga hak-hak istimewa mereka. Oleh karena itu, setiap pemberontakan Kristen ditindas dengan keras oleh mereka. Akibatnya, mereka dibenci oleh penduduk lainnya sebagai "pengkhianat".

Masuknya pemikiran nasionalisme membawa perubahan besar dan tajam di Bosnia. Apabila sebelumnya secara umum penduduk wilayah itu disebut orang Bosnia dan hanya dibedakan menurut agamanya, kini mereka mengidentifikasikan diri dengan tetangganya. Orang Bosnia yang menganut Kristen Ortodoks mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Serbia sementara penganut Katolik menjadi orang Kroasia. Kaum Muslim sendiri memilih dipanggil sebagai orang Turki--sebutan yang menguatkan cap kepada mereka sebagai "pengkhianat" yang menjual diri pada penjajah Turki.

Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia. Negara yang baru merdeka ini berusaha menggabungkan Bosnia namun ambisinya digagalkan oleh Kekaisaran Austria-Hongaria, yang mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1908. Hal tersebut kemudian mendorong kaum nasionalis Serbia membunuh putera mahkota kekaisaran tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia I.

Setelah Perang Dunia I usai, Bosnia-Herzegovina, bersama-sama dengan Kroasia, Slovenia, dan Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro. Dari penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan).

Akan tetapi perpecahan segera melanda negeri itu akibat pertentangan dua etnis utamanya. Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia menginginkan federasi yang longgar. Kaum Muslim Bosnia terjebak dalam pertikaian tersebut karena kedua pihak memperebutkan wilayah tersebut. Beberapa kaum Muslim mendukung klaim Serbia dan menyebut dirinya sebagai Muslim Serbia. Namun lebih banyak lagi yang pro Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang Muslim Kroasia. Pertentangan tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai Yugoslavia tahun 1941.

Negeri yang terkoyak

 
Peta Bosnia-Herzegovina

Setelah menaklukkan Yugoslavia, Hitler menggabungkan bekas propinsi Kroasia, Bosnia, dan Hercegovina ke dalam negara boneka yang disebut sebagai Negara Kroasia Merdeka (lebih dikenal dengan inisial Kraosianya, NDH). Negara tersebut dipimpin oleh Ante Pavelic, pemimpin organisasi nasionalis ekstrim Kroasia, Ustasa (pemberontak). Rezim NDH ini berusaha membersihkan wilayahnya dari orang Serbia, Yahudi, dan Jipsi.

Oleh karena besarnya jumlah penduduk Serbia di NDH, kaum Ustasa bersekutu dengan kaum Muslim guna mengimbanginya. Banyak orang Muslim yang bergabung dengan rezim tersebut, di mana bahkan wakil presiden dan menlu NDH adalah tokoh-tokoh Muslim. Dalam keganasan yang tiada tara, kedua sekutu itu menyerang musuh-musuh mereka. Menurut perhitungan para ahli, sekitar 750.000 orang Serbia, 60.000 orang Yahudi, dan 25.000 orang Jipsi tewas menjadi korban kekejaman kaum Ustasa-Muslim.

Kaum Muslim juga bergabung dengan Jerman dalam memerangi gerilyawan, baik Chetnik maupun Partisan. Dua divisi SS (Schutzstaffeln, pengawal elit Hitler yang ditakuti) dibentuk dari kalangan kaum Muslim Bosnia, yaitu Divisi 'Handzar' dan 'Kama'. Mereka dikenal ganas terhadap gerilyawan dan penduduk sipil.

Banyak orang Serbia yang selamat bergabung dengan gerilyawan Chetnik yang pro-raja dan kemudian melancarkan pembantaian balasan terhadap orang Kroasia dan Muslim. Konflik etnis berdarah ini memberikan keuntungan bagi kelompok Partisan pimpinan Tito. Oleh karena berhaluan komunis yang tidak membeda-bedakan latar belakang etnis dan agama, kelompok ini menarik pendukung dari berbagai latar belakang yang tidak menyukai pertumpahan darah di antara sesama warga Yugoslavia. Dengan demikian, kaum Partisan berhasil merebut kekuasaan di seluruh Yugoslavia setelah usainya perang.

Zaman Tito

Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Tito berusaha membangun kembali persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas.

Bosnia, yang karena memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir mencapai setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan Makedonia) serta dua provinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia-Herzegovina harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut.

Dalam menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi hanya untuk sementara waktu. Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan agama kembali meletus di Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara tersebut.

Kemerdekaan Bosnia-Herzegovina

 
Peta pembagian entitas politik di Bosnia-Herzegovina

Yugoslavia terpecah-belah pada tahun 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim Komunis di Eropa Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia-Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh masyarakat Muslim dan Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh penduduk Serbia yang ingin menguasai seluruh wilayah ex Yugoslavia.

Di bawah pimpinan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan Republik Srpska. Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Mladic, orang Serbia Bosnia berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, Serbia yang mayoritas berusaha melenyapkan etnis bosnia dan kroasia. Terjadilah pembataian terbesar dalam sejarah yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia. Pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan pemimpin-pemimpin Serbia dituduh sebagai penjahat perang oleh PBB.

Akhirnya, setelah perang berdarah yang berlarut-larut, perdamaian di antara ketiga kelompok tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia-Hercegovina ditegakkan namun negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51% wilayah gabungan Muslim-Kroasia dan 49% Serbia.

Kini negeri tersebut mulai menghirup perdamaian dan ketiga belah pihak berusaha membangun saling percaya. Akan tetapi memang perlu waktu lama untuk menghapuskan permusuhan berabad-abad itu. Salah satu hal yang diusahakan untuk membanngun saling percaya tersebut adalah mengadili para penjahat perang. Sayangnya, dua tokoh utamanya, yaitu Karadzic dan Mladic, belum tertangkap.

Lihat pula

Referensi

  • Ronald H. Bailey, Partisans and Guerillas. Time Life: 1978
  • Noel Malcolm, Bosnia: A Short History. New York University Press: 1996
  • Robert Lee Wolff, The Balkans in Our Time. Norton: 1978.

Pranala luar