Kabupaten Tana Toraja
Kabupaten Tana Toraja adalah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan bupati bernama Ir. Nico Biringkanae. Ibu kota kabupaten ini adalah Makale. Sebelum pemekaran, kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.203 km² dan berpenduduk sebanyak 268.588 jiwa (2017).[1]
Kabupaten Tana Toraja | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: "Misa' Kada di Po Tuo Pantan kada di Pomate" | |
Koordinat: 3°10′S 119°45′E / 3.17°S 119.75°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Tanggal berdiri | - |
Dasar hukum | UU Darurat No. 3 Tahun 1957 |
Hari jadi | 31 Agustus 1957 |
Ibu kota | Makale |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Ir. Nicodemus Biringkanae |
• Wakil Bupati | Victor Datuan Batara, S.H. |
Luas | |
• Total | 2.054,30 km2 (79,320 sq mi) |
Populasi ((2017)[1]) | |
• Total | 268.558 |
Demografi | |
• Agama | Kristen Protestan 64.74% Katolik 18.68% Islam 12.76% Hindu 3.81% Budha 0.01%[1] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0423 |
Kode Kemendagri | 73.18 |
APBD | - |
DAU | Rp. 444.741.329.000.- |
Situs web | www |
Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Daerah ini merupakan salah satu objek wisata di Sulawesi Selatan.
Demografi
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Tana Toraja adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Kebahasaan 2019 oleh Badan Bahasa, terdapat satu bahasa daerah di Kabupaten Tana Toraja[2], yaitu bahasa Toraja (khususnya dialek Toraja Karadeng, dialek Toraja Mangkendek, dialek Toraja Saluputi, dialek Toraja Makale, dan dialek Toraja Sangalla).[3]
Pemerintahan
Daftar Bupati
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Pemekaran Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008, bagian utara wilayah kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Toraja Utara dengan ibu kota Rantepao.
Ekonomi
Kebanyakan masyarakat Toraja hidup sebagai petani. Komoditas andalan dari daerah Toraja adalah sayur-sayuran, kopi, cengkih, cokelat dan vanili. Perkenonomian di Tana Toraja digerakkan oleh 6 pasar tradisional dengan sistem perputaran setiap 6 hari. Keenam pasar yang ada ialah:
- Pasar Makale
- Pasar Ge'tengan
- Pasar Sangalla'
- Pasar Rembon
- Pasar Salubarani
- Pasar Bolu Rantepao
Demografi
Agama
Berdasarkan data sensus BPS Kabupaten Tana Toraja tahun 2017 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Kristen Protestan sebanyak 64.74%, kemudian Katolik 18.68%, Islam 12.76%, Hindu 3.81% dan Budha 0.01%[1]
Pariwisata
Tempat wisata
Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
Tana Toraja merupakan salah satu daya tarik wisata Indonesia, dihuni oleh Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Daerah ini merupakan salah satu objek wisata di Sulawesi Selatan.
Buntu Kalando
Tongkonan/rumah tempat Puang Sangalla' (Raja Sangalla') berdiam. Sebagai tempat peristirahatan Puang Sangala' dan juga merupakan Istana tempat mengelola pemerintahan kerajaan Sangalla' pada waktu itu, Tongkonan Buntu Kalando bergelar "tando tananan langi' lantangna Kaero tongkonan layuk". saat ini Tongkonan Buntu Kalando dijadikan Museum Tempat meyimpan benda-benda prasejarah dan peninggalan kerajaan Sangalla'.
Kambira
Kuburan bayi yang belum tumbuh giginya (umur 6 bulan kebawah) yang diletakkan di dalam pohon hidup yang dilubangi.
Pallawa
Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan atau rumah adat yang sangat menarik dan berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit. Tongkonan tersebut didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang ditancapkan di bagian depan rumah adat. Terletak sekitar 12 km ke arah utara dari Rantepao.
Lemo
Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah. Di pemakaman Lemo kita dapat melihat mayat yanng disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual. Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan melalui upacara Ma' Nene.
Bertempat di Bukit Burake, Tana Toraja telah dibangun patung Yesus yang diklaim tertinggi di dunia. Maksudnya letak patung tersebut berada pada ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut atau letak patungnya tertinggi di dunia, ukuran patungnya sendiri tidak tertinggi di dunia.[4]
Usaha konservasi
Tana Toraja adalah salah satu tempat konservasi peradaban budaya PROTO MELAYU AUSTRONESIA yang masih terawat hingga kini. Kebudayaan adat istiadat, seni musik, seni tari, seni sastra lisan, bahasa, rumah, ukiran, tenunan dan kuliner yang masih sangat Tradisional, membuat Pemerintah Indonesia mengupayakan agar Tana Toraja bisa dikenal di dunia Internasional, salah satunya adalah mencalonkan Tana Toraja ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2009.
Hal tersebut didukung oleh Jepang untuk menjadikan Tana Toraja sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, Jepang sendiri akan ikut dalam upaya konservasi tersebut, khususnya terkait dengan rumah adat di daerah itu.
Dukungan ini disampaikan dalam pertemuan antara delegasi Indonesia dan Jepang di Poznan, Polandia, Sabtu (11/9/2010), Pertemuan dilakukan setelah usainya Pertemuan Para Menteri Kebudayaan Asia dan Eropa (Asia-Europa Culture Minister Meeting/ASEM) yang keempat pada 9-10 September di Poznan yang dihadiri oleh perwakilan dari sekitar 40 negara di Asia dan Eropa.
Referensi
- ^ a b c d "Kabupaten Tana Toraja Dalam Angka 2017". BPS Kabupaten Tana Toraja. Diakses tanggal 5 Agustus 2018.
- ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 11. ISBN 9786028449182.
- ^ "Bahasa di Provinsi Sulawesi Selatan". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 23 Mei 2020.
- ^ Muh. Abdiwan. "Patung Yesus Tertinggi di Dunia Ada di Toraja, Ini Foto-Foto Keindahan Alamnya". Diakses tanggal 20 Juli 2018.