LRT Jakarta

sistem angkutan cepat di Indonesia

Proyek Lintas Rel Terpadu Jakarta atau disingkat LRT Jakarta adalah sebuah sistem angkutan cepat dengan kereta api ringan (LRT) yang direncanakan akan dibangun di Jakarta, Indonesia. Ada 2 penggagas LRT di Jakarta, Pemprov DKI yang akan membangun LRT dalam kota dengan nama LRT Jakarta dan PT Adhi Karya yang akan membangun LRT yang menghubungkan Jakarta dengan kota sekitarnya dengan nama LRT Jabodebek.

PT. LRT Jakarta
Info
PemilikPemerintah Provinsi DKI Jakarta
WilayahJakarta
JenisAngkutan cepat, Transportasi umum
Jumlah jalur1
Jumlah stasiun6
Situs weblrtjakarta.co.id
Operasi
Dimulai1 Desember 2019
OperatorDinas Perhubungan DKI Jakarta
PT. Jakarta Propertindo (Perseroda)
Waktu antara5-10 menit
Teknis
Lebar sepur1.435 mm (4 ft 8+12 in)
Sepur standar
Listrik750 V DC
Rangkaian LRT Jakarta sedang berada di Stasiun LRT Boulevard Utara.

LRT ini dioperasikan oleh PT LRT Jakarta (Anak perusahaan Jakpro).

LRT ini mulai diuji coba terbatas pada 15 Agustus 2018 dan akan beroperasi pada 2018. Pada uji coba terbatas ini, LRT hanya berhenti di 2 stasiun, yaitu Stasiun LRT Velodrome dan Stasiun LRT Boulevard Utara.[1]

Sejarah

 
Kereta Hyundai Rotem meninggalkan Stasiun Velodrome, diambil saat percobaan terbatas, 7 September 2018

Gagasan LRT Jakarta mulai muncul ketika Proyek Monorel Jakarta yang sempat diaktifkan kembali pada Oktober 2013 oleh Gubernur DKI saat itu, Joko Widodo tersendat pengerjaannya. Tersendatnya pekerjaan tersebut karena Pemprov DKI dan Gubernur DKI penerus Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak akan mengabulkan permintaan yang diajukan oleh PT Jakarta Monorail untuk membangun depo di atas Waduk Setiabudi, Jakarta Selatan dan Tanah Abang, Jakarta Pusat.[2] Sebab, hasil kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan bahwa jika depo dibangun di atas Waduk Setiabudi, dikhawatirkan peristiwa jebolnya tanggul Latuharhari terulang kembali.

Ahok, sapaan Basuki, lebih memilih untuk membangun Light Rail Transit (LRT) dibandingkan monorel. Bahkan, Basuki telah mengungkapkan rencana pembangunan ini kepada Presiden Joko Widodo.[3]

Rencana pengembangan

LRT Jakarta
 
Rencana perpanjangan ke utara
 
  CKP-RJW  
 
Kemayoran
 
Benyamin Sueb
 
Martadinata
 
Fase 3A: dibuka TBA
Fase 2A: dibuka TBA
 
JIS
 
Sunter Barat
 
Gelanggang Remaja
 
Sunter Timur
 
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
 
U03
Artha Gading
 
U02
Kelapa Nias
 
Fase 2A: dibuka TBA
Fase 1A: dibuka 2019
 
 
 
 
 
S01U01
Pegangsaan Dua
 
 
Depot
Pegangsaan Dua
 
S02
Boulevard Utara
 
S03
Boulevard Selatan
 
S04
Pulomas
 
S05
Equestrian
 
S06
Velodrome
 
Rencana perpanjangan ke barat dan selatan
 
Fase 1A: dibuka 2019
Fase 1B: dibuka TBA
 
S11
Rawamangun
 
S12
Pramuka BPKP
 
S13
Pasar Pramuka
 
S14
Matraman
 
  JAKK-PDL  
 
S15
Manggarai
 
S16
Dukuh Atas (LRTJ)
 
Fase 1C: dibuka TBA
Fase 1D: dibuka TBA
 
Rencana perpanjangan ke barat

Pemprov DKI merencanakan 7 rute untuk LRT dalam kota:[4]

Untuk desain LRT diserahkan kepada dua BUMD DKI Jakarta, yaitu Pembangunan Jaya dan Konstruksi Jaya. Diperkirakan, ketujuh rute itu menelan anggaran kurang lebih Rp 60 triliun atau Rp 7,5 triliun untuk setiap rutenya.

PT Jakarta Properindo (Jakpro), sebagai perusahaan milik Pemprov DKI Jakarta yang bertugas untuk membangun, mengembangkan, dan mengelola LRT Jakarta, telah melakukan beberapa revisi terhadap 7 rute LRT di atas. Tak hanya itu, Jakpro telah meminta PT AECOM Indonesia untuk melakukan studi kelayakan terhadap rute baru hasil revisi. PT AECOM Indonesia juga telah menerbitkan hasil studi kelayakan terbaru pada tanggal 19 Desember 2019. Beberapa alasan dilakukan revisi adalah sebagian besar rute LRT Kebayoran Lama - Kelapa Gading tumpang tindih dengan rute MRT Ujung Menteng - Kalideres (East-West) dan untuk memperluas cakupan penduduk DKI agar bisa mengakses kendaraan umum, khusunya LRT.

Hasil studi kelayakan terhadap rute revisi LRT Jakarta adalah sebagai berikut:[5]

  1. Loop line
    • Fase 1 [telah beroperasi]: Velodrome - Kelapa Gading
    • Fase 2A [yang akan dibangun selanjutnya]: Kelapa Gading - JIS
    • Fase 2B: Velodrome - Manggarai
    • Fase 3: Manggarai - JIS
  2. Kembangan - Kebon Jeruk
  3. Joglo - Palmerah
  4. Bintaro - Senayan - Tanah Abang
  5. Pondok Gede - Senen - PRJ
  6. Pulo Gebang - Pondok Bambu - Velodrome
  7. Marunda - Kelapa Gading
  8. Bandara SHIA - JIS
  9. Shuttle line: Stasiun Pegangsaan - Stasiun Britama

Tarif

LRT Jakarta resmi beroperasi secara komersial mulai 1 Desember 2019. Tarif per perjalanan yang dikenakan kepada penumpang ialah Rp5.000,00, baik jarak dekat maupun jauh.

Untuk menjajalnya, ada beragam cara yang bisa dilakukan. Mengutip salah satu postingan akun Instagram LRT Jakarta, @lrtjkt. Penumpang bisa menggunakan Kartu Single Journey Trip seharga Rp 20 ribu dengan rincian tiket sebesar Rp 5 ribu dan jaminan kartu sebesar Rp 15 ribu yang berlaku 7 hari.[6] Selain kartu Single Journey Trip yang dikeluarkan oleh PT. LRT Jakarta, ada cara alternatif pembayaran tiket LRT Jakarta sebagai berikut seperti kartu uang elektronik perbankan yang beredar bekerjasama dengan PT. LRT Jakarta.[7]

Konstruksi

LRT Pemprov DKI dimulai dengan pembangunan koridor 1 Kelapa Gading - Velodrome (Rawamangun) pada 22 Juni 2016.

Jalur

  •  LRT Jalur A  Fase 1: Pegangsaan Dua - Velodrome, sepanjang 5,8 km[8]
Nomor Stasiun Nama Stasiun Antarmoda penghubung dan keterangan
Fase 1
S-01 Pegangsaan Dua MiniTrans: 10F
KWK: U13
Terminus
S-02 Boulevard Utara Jak Lingko: JAK 24, JAK 59, JAK 60, JAK 61
KWK: U13
Berdekatan dengan Mall Kelapa Gading
S-03 Boulevard Selatan Jak Lingko: JAK 59
KWK: U04
S-04 Pulomas Transjakarta:     (di halte Pulomas)
MetroTrans/MiniTrans: 2B, 2E
Jak Lingko: JAK 24, JAK 33, JAK 59
Transjabodetabek: Pulo Gadung-Cibinong
Mayasari Bakti: R507
KWK: U04
Mikrolet: M53
S-05 Equestrian Jak Lingko: JAK 33
S-06 Velodrome Transjakarta:       (4H)   (4K)   (4M)   (7M) (di halte Pemuda Rawamangun)
MetroTrans/MiniTrans: 11A
Jak Lingko: JAK 17, JAK 26, JAK 34, JAK 59
Transjabodetabek: Rawamangun-Bogor
Mayasari Bakti: P98A
Metromini: 47
KWK: U04
Mikrolet: M02, M46

Referensi

Pranala luar