Andi Djemma

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
Revisi sejak 13 Juni 2020 06.58 oleh Siti Noviali (bicara | kontrib) (Menyunting artikel)

Andi Djemma (15 Januari 1901 – 23 Februari 1965) adalah Raja (Datu) Luwu seorang tokoh Indonesia dan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 8 November 2002.

Andi Djemma
LahirAndi Djemma
(1901-01-15)15 Januari 1901
Palopo, Sulawesi Selatan
Meninggal23 Februari 1965(1965-02-23) (umur 64)
Makassar, Sulawesi Selatan
KebangsaanIndonesia
PekerjaanDatu
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia

Wilayah kekuasaannya kemudian menjadi daerah setingkat kabupaten setelah beberapa wilayahnya memisahkan diri menjadi beberapa kabupaten, Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Timur dan Tana Toraja, semuanya masih di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Kolaka menjadi sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara dan Poso di Sulawesi Tengah.

Peran

Kedatuan Luwu merupakan kerajaan pertama di Sulawesi Selatan yang menyatakan akan bergabung dengan Republik Indonesia. Andi Djemma menjabat setingkat wadana di Kolaka hingga 1923 sebelum diangkat menjadi Datu. Andi Djemma kembali ke Palopo dan mempersiapkan diri menjadi Datu. Ketika Andi Djemma menjadi Datu, organisasi kebangsaan dan agama seperti Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Muhammadiyah berkesempatan menjalankan organisasinya di Kerajaan Luwu.

Perlawanan

Menjelang kemerdekaan Indonesia pada 15 Agustus 1945, Andi Djemma memimpin Gerakan Soekarno Muda dan memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946. Saat ini, Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Perlawanan Rakyat Semesta.

Andi Djemma memimpin rakyat Luwu untuk berperang dengan tentara sekutu yang pada saat itu diboncengi tentara NICA (Nedelans Indiscehe Company Administration).

Perlawanan semesta rakyat Luwu mencatat sejarah karena merupakan perlawanan terbesar dan terluas hingga sepanjang 200 km.

Pada 5 Oktober 1945, Djemma sempat mengultimatum pihak Sekutu agar segera melucuti tentaranya dan kembali ke tangsinya di Palopo. Ultimatum itu dibalas Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook, dengan ultimatum juga. Andi Djemma yang mempunyai lima putera itu baru tertangkap Belanda pada 3 Juli 1946 dan diasingkan ke Ternate. Ia akhirnya meninggal di Makassar pada 23 Februari 1965.

Kini nama andi Djemma diabadikan sebagai nama jalan di kota Makassar, dahulu bernama jalan landak baru[1]. Pemberian nama ini dilakukan oleh Walikota Makassar Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto atau biasa dikenal sebagai Danny Pomanto pada bulan oktober 2017.

Penghargaan

Andi Djemma diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan SK Presiden RI No. 073/TK/2002 tanggal 6 November 2002. Selain itu, Andi Djemma juga mendapat penghargaan dari Kementerian Pertahanan (1960) dan Satyalancana Karya tingkat II (1964).[2]

Referensi