Bahasa Jangkang
Bahasa Jangkang atau Djongkang adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Suku Dayak Jangkang[3] di wilayah Jangkang, Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia.[4] Bahasa Jangkang mempunyai dua dialek, yakni dialek Jangkang sejati dan dialek Pompang.
Referensi
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Jangkang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Jangkang". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Joshua Project - Jangkang Speaking Peoples
- ^ Ethnologue - Jangkang language
Penutur Dayak Djo (sandi internasional untuk subetnis ini), sesungguhnya, masih bisa dipilah-pilah lagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dasar pemilahan subkelompok ini adalah kesamaan dialek, pengucapan, dan tempat tinggal.
Penutur Dayak Djo, sesungguhnya, masih bisa dipilah-pilah lagi ke dalam kelompok-kelompok Atas dasar itu semua, kita dapat membagi Dayak Djo ke dalam 11 subkelompok sebagai berikut.
- Suku Jangkang
- Suku Engkarong
- Suku Ensanong
- Suku Hulu Tanjung
- Suku Darok
- Suku Sum
- Suku Muduk
- Suku Selayang
- Suku Mayau
- Suku Kopa
- Campuran suku Jangkang, Engkarong, dan Hulu Tanjung
Subkelompok Suku Jangkang merupakan mayoritas. Umumnya mereka mendiami bagian utara Jangkang Benua, seperti Kobangk, Landau, Parus, Tanggung, Engkolai,kecil. Dasar pemilahan subkelompok ini adalah kesamaan dialek, pengucapan, dan tempat tinggal.
Benuang, Kawai, Sebao, Tumbuk, Pisang, Rosak, Entawa, Teriang, dan Ketori[1].
Subkelompok Suku Engkarong mendiami kampung Sekantot, Semombat, Lalang, Uru, Tanjung Bara, Tekorong, Emporas, Balai, dan Riban.
Subkelompok Suku Ensanong mendiami kampung Terati, Parai, Sererek, Pelanduk, Dasan, Ndoya, Robia, dan Engguri.
Subkelompok Suku Hulu Tajung mendiami kampung Peruntan, Sape, Dangku Kabalau, Sebuda, Boyok, Sungai Omang, Seribot, Bengap, dan Muara Tingan.
Subkelompok Suku Kembayan mendiami seluruh bagian kecamatan Kembayan dan Noyan.
Subkelompok Suku Darok mendiami kampung Darok, Ginis, dan Bungok.
Subkelompok Suku Sum mendiami kampung Sum, Bantai, Bangau, Majel, Rondam, Muan, Monum, dan Jamu.
Subkelompok Suku Muduk mendiami kampung Mua, Empodis, Tapa, Entayan/Nibuk, dan Nala.
Subkelompok Suku Selayang mendiami kampung Sinu dan Petuo.
Subkelompok Suku Mayau mendiami kampung Kotup, Tebilai, dan sebagian kampung Engkadot.
Subkelompok Suku Kopa mendiami kampung Empiyang, Empoyu, Padek, Sebotuh, Muara Ronai, Tunggul Boyok, Kolo, Norma, Bedigung, dan sebagian kampung Engkadot.
Adapun sisanya merupakan campuran dari subkelompok suku Jangkang, Engkarong, dan Hulu Tanjung. Kelompok ini terutama bermukim di Sabangk, Tobuas, Sontowa, Somukao, Jamu, Sokampet, Somirau, dan Nsibau.
[1] Sejatinya, secara dialek kampung-kampung yang agak jauh dari Jangkang seperti Kawai, Sebao, Tumbuk, Pisang, Rosak, Entawa, Teriang (kecuali Ketori) berbeda dengan Jangkang. Penutur Dayak Djo ini disebut “Bi Tojok” (orang ujung). Mereka cenderung mengayun-ngayunkan ujung kata dan kalimat. Misalnya, omo (kamu) dilafalkan omuo, onih (apa) dilafalkan onieh, dan sebagainya. Khusus Ketori, karena pendiri kampung ini langsung dari Kobang, bawaan asli Jangkang-Kobang masih sangat kental.