Margaret Hilda Thatcher, Baroness Thatcher, LG, OM, PC, FRS, née Roberts (13 Oktober 1925 – 8 April 2013), adalah seorang politikus Britania Raya, Perdana Menteri Britania Raya dengan masa jabatan terlama sepanjang abad ke-20 (1979–1990). jurnalis Soviet menjulukinya "Wanita Besi" (Iron Lady), istilah yang kemudian dikait-kaitkan dengan politik dan gaya kepemimpinannya. Selaku Perdana Menteri, ia menerapkan kebijakan-kebijakan Konservatif yang kelak disebut sebagai Thatcherisme.

The Baroness Thatcher
Photograph
Perdana Menteri Britania Raya
Masa jabatan
4 Mei 1979 – 28 November 1990
Penguasa monarkiElizabeth II
WakilWilliam Whitelaw
Geoffrey Howe
Sebelum
Pengganti
John Major
Sebelum
Ketua Oposisi
Masa jabatan
11 Februari 1975 – 4 Mei 1979
Penguasa monarkiElizabeth II
Perdana MenteriHarold Wilson
James Callaghan
Sebelum
Pendahulu
Edward Heath
Pengganti
James Callaghan
Sebelum
Ketua Partai Konservatif
Masa jabatan
11 Februari 1975 – 28 November 1990
Sebelum
Pendahulu
Edward Heath
Pengganti
John Major
Sebelum
Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Masa jabatan
20 Juni 1970 – 4 Maret 1974
Perdana MenteriEdward Heath
Anggota Parlemen
untuk Finchley
Masa jabatan
8 Oktober 1959 – 9 April 1992
Sebelum
Pendahulu
John Crowder
Pengganti
Hartley Booth
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Margaret Hilda Roberts

(1925-10-13)13 Oktober 1925
Grantham, Lincolnshire,
Britania Raya
Meninggal8 April 2013(2013-04-08) (umur 87)
Westminster, London,
Britania Raya
Sebab kematianStroke
Partai politikKonservatif
Suami/istriDenis Thatcher
(m. 1951–2003, meninggal dunia)
AnakCarol Thatcher
Mark Thatcher
Tempat tinggalChester Square
AlmamaterSomerville College, Oxford
Inns of Court
ProfesiKimiawan
Pengacara
Tanda tangan
IMDB: nm0857137 Musicbrainz: 3eedd38b-f7ca-43d2-b635-adc4ad95371b Discogs: 1059609 Find a Grave: 108023705 Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Mengawali karier sebagai kimiawan riset sebelum menjadi barrister, Thatcher terpilih menjadi Anggota Parlemen (MP) untuk wilayah Finchley pada tahun 1959. Edward Heath menunjuknya sebagai Menteri Negara untuk Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan pada tahun 1970. Tahun 1975, Thatcher mengalahkan Heath pada pemilihan ketua Partai Konservatif dan menjadi Ketua Oposisi, sekaligus wanita pertama yang memimpin partai politik besar di Britania Raya. Ia menjadi Perdana Menteri setelah memenangkan pemilu 1979.

Setelah resmi menetap di 10 Downing Street, Thatcher memperkenalkan serangkaian inisiatif politik dan ekonomi untuk membalikkan apa yang ia anggap sebagai kejatuhan nasional Britania Raya.[nb 1] Filosofi politik dan kebijakan ekonominya menekankan deregulasi (terutama di sektor keuangan), pasar buruh yang fleksibel, swastanisasi BUMN, dan mengurangi kekuasaan dan pengaruh serikat dagang. Popularitas Thatcher selama tahun-tahun pertama masa jabatannya menurun karena resesi dan tingkat pengangguran yang tinggi. Perbaikan ekonomi dan Perang Falklands 1982 membuat dukungan terhadap Thatcher melesat, sehingga ia terpilih lagi tahun 1983.

Thatcher terpilih kembali untuk ketiga kalinya pada tahun 1987, tetapi Community Charge-nya (biasa disebut "pajak pemungutan suara") sangat tidak populer dan pandangannya terhadap Komunitas Eropa tidak diungkapkan kepada Kabinetnya. Ia mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri dan ketua partai pada November 1990, setelah Michael Heseltine menantang kepemimpinannya. Thatcher memegang gelar bangsawan seumur hidup sebagai Baroness Thatcher dari Kesteven di County Lincolnshire. Gelar ini memberinya tempat di Majelis Tinggi.

Kehidupan awal dan pendidikan

 
Rumah kelahiran Margaret Thatcher di
Grantham
 
Plakat penghormatan di rumah kelahiran Thatcher.

Margaret Thatcher lahir dengan nama Margaret Roberts di Grantham, Lincolnshire, pada tanggal 13 Oktober 1925. Ayahnya bernama Alfred Roberts, yang berasal dari Northamptonshire, dan ibunya bernama Beatrice Ethel (née Stephenson) dari Lincolnshire.[3] Ia menghabiskan masa kecilnya di Grantham, tempat ayahnya memiliki dua toko kelontong.[4] Roberts dan kakaknya Muriel dibesarkan di sebuah flat yang terletak di dekat rel kereta api.[4] Ayahnya aktif dalam politik lokal dan di gereja Methodist, menjabat sebagai anggota dewan kota dan seorang pengkhotbah di gereja setempat.[5] Ia membesarkan putri-putrinya sebagai Methodist yang taat.[6] Ayah Thatcher sebenarnya berasal dari keluarga Liberal, tetapi ia memutuskan untuk menganut paham independen. Ia adalah Wali Kota Grantham pada tahun 1945-1946 dan kehilangan posisinya sebagai anggota dewan pada 1952 setelah Partai Buruh memenangkan suara mayoritas di Dewan Kota Grantham pada tahun 1950.[5]

Margaret Roberts menghadiri Sekolah Dasar Huntingtower Road dan lalu memperoleh beasiswa untuk melanjutkan ke Kesteven and Grantham Girls' School.[7] Laporan sekolahnya menunjukkan bahwa ia adalah pekerja keras dan mengalami perbaikan secara terus-menerus, Kegiatan ekstrakurikulernya antara lain piano, hoki lapangan, pembacaan puisi, dan berenang.[8][9] Ia menjadi ketua murid pada tahun 1942-1943.[10] Pada tahun keenamnya, ia mengajukan beasiswa untuk belajar kimia di Somerville College, Oxford. Awalnya, permohonannya ini ditolak, tetapi akhirnya ia mendapat tempat di Oxford setelah calon lainnya mengundurkan diri.[11][12] Ia mulai kuliah di Oxford pada tahun 1943 dan lulus pada 1947 dengan gelar Second Class Honours dalam bidang Ilmu Kimia. Penelitian akhirnya adalah mengenai kristalografi X-ray, yang dibimbing oleh Dorothy Hodgkin.[13][14]

Roberts menjadi Presiden Oxford University Conservative Association pada tahun 1946.[15][16] Pandangan politiknya saat di universitas dipengaruhi oleh karya-karya seperti The Road to Serfdom karya Friedrich von Hayek (1944),[17] yang memandang bahwa campur tangan pemerintah dalam perekonomian adalah awal dari terbentuknya negara otoriter.[18]

Setelah lulus, Roberts pindah ke Colchester, Essex, dan bekerja sebagai ahli kimia di perusahaan penelitian BX Plastics.[19] Ia kemudian bergabung dengan Organisasi Konservatif lokal dan mengikuti konferensi partai di Llandudno pada tahun 1948 sebagai wakil dari University Graduate Conservative Association.[20] Dalam konferensi tersebut, ketua Konservatif terkesan dengannya, dan ia diminta bergabung dengan partai. Roberts terpilih sebagai anggota partai pada bulan Januari 1951.[21] Saat acara makan malam pasca terpilihnya Roberts sebagai kandidat Konservatif untuk daerah pemilihan Dartford pada tanggal 15 Februari 1951, ia bertemu dengan calon suaminya, Denis Thatcher, seorang pengusaha sukses dan kaya yang berstatus duda.[20][21] Dalam persiapannya untuk pemilu, Roberts pindah ke Dartford, disana ia bekerja sebagai ahli kimia di J. Lyons and Co., Hammersmith.[20][22]

Karier Politik

Margaret pertama kali mencalonkan diri sebagai Anggota Parlemen Inggris pertama kali pada tahun 1950 mewakili konstituen Dartford. Ia dikalahkan dalam pemilihan itu dan ketika Inggris kembali mengadakan pemilihan umum 1951, ia kalah lagi meskipun Partai Konservatif yang dipimpin oleh Winston Churchill memenangkan pemilu tahun itu atas Perdana Menteri Clement Attlee dari Partai Buruh (Labour). Ia menikah dengan Denis Thatcher pada tahun 1951 dan tidak mencalonkan diri pada tahun 1955 karena ingin fokus pada keluarganya. Pada tahun 1959, ia mencalonkan diri lagi di Finchley sebagai Anggota Parlemen untuk ketiga kalinya. Ia menang kali ini dan masuk ke Parlemen. Ia berhasil menduduki banyak posisi strategis di pemerintahan Harold McMillan meskipun posisi itu di berada di bawah menteri negara secara hierarki.

Pada tahun 1964, Partai Konservatif dikalahkan. Edwar Heath diangkat menjadi Pemimpin Partai yang baru, dan secara otomatis menjadi Pemimpin Oposisi. Thatcher mendukung Heath di oposisi. Dalam kabinet bayangan ala oposisi, Thatcher diangkat ke banyak posisi penting, membuat ia berhasil duduk di frontbench. Pada tahun 1970, ketika terjadi ketidakpercayaan terhadap Pemerintahan Partai Buruh yang dipimpin oleh Harold Wilson, Edward Heath memenangkan pemilu dan dilantik menjadi Perdana Menteri Britania Raya berikutnya. Thatcher diangkat ke posisi Menteri Pendidikan. Beberapa kontroversi selama posisinya sebagai menteri adalah pemotongan biaya terutama pembagian susu di sekolah.

Pemerintahan Heath dikalahkan dalam pemilu 1974 dengan perbandingan suara yang tipis. Thatcher sendiri berhasil mengamankan kursinya di parlemen namun Konservatif benar-benar kehilangan kontrol terhadap negara. Beberapa bulan kemudian, pemilu diadakan lagi untuk mengakhiri parlemen menggantung, karena tidak ada partai yang mendapatkan mayoritas mutlak. Dalam pemilu kedua tahun 1974, Heath membawa partainya ke dalam kekalahan lebih dalam. Dua kali kekalahan pemilu ini membuat banyak ketidakpuasan dalam partai terhadap Heath namun tidak ada yang berani menantang kepemimpinan Heath. Thatcher resmi mencalonkan diri pada bulan Desember 1974. Kampanye ini menarik karena belum ada wanita yang mencalonkan diri sebagai pemimpin partai. Ambisi Thatcher memenangkan pemilihan memang besar. Ia mengubah penampilannya dengan melepas topi, menggunakan pakaian yang lebih modis, mengubah gaya rambutnya, bahkan mengubah suaranya. Thatcher berhasil memenangkan pemilihan pemimpin partai dan ia diangkat sebagai Pemimpin Konservatif pada Febuari 1975 dan secara resmi menjadi Pemimpin Oposisi. Ia mengkritik pemerintahan dan sosialisme. Ia dikenal sangat lantang melawan komunisme dan dominasi Uni Soviet serta mendukung kapitalisme. Ide-idenya menarik dan banyak membawa dukungan padanya, kontras dengan Perdana Menteri James Callaghan yang sedang berada di ujung tanduk.

Perdana Menteri (1979-1990)

Masa batas parlemen Inggris berakhir pada tahun 1979, dan Thatcher memimpin partainya dalam pemilu. Partai Konservatif menang besar, mengakhiri tahun oposisinya. Thatcher mewarisi ekonomi lemah, pengangguran yang tinggi, dan berbagai masalah sosial yang muncul. Kebijakan ekonomi Thatcher bagaimanapun dinilai lamban dan pada dua tahun pertama masa jabatannya, ia menjadi Perdana Menteri yang paling tidak populer. Rencana ekonomi Thatcher berbau konservatif dengan ide deregulasi terhadap bisnis, pemotongan pajak, dan privatisasi. Inflasi juga tinggi tahun itu. Kerusuhan-kerusuhan terkenal adalah Kerusuhan Brighton 1981 yang menewaskan banyak orang. Perekonomian terasa membaik pada tahun 1982.

Thatcher memimpin negaranya dalam Perang Falkland tahun 1982. Perang ini berawal dari invasi Argentina terhadap Kepulauan Falklands atau yang disebut Argentina sebagai "Las Malvinas". Kepulauan ini telah menjadi teritori Inggris sejak lama. Thatcher dengan tegas mengirimkan pasukan untuk melawan Argentina dan mengembalikan Falklands ke tangan Inggris. Selama perang, ia menolak banyak rencana perjanjian damai yang dicetuskan oleh negara-negara Amerika lainnya. Pasukan Inggris berhasil merebut kembali Falklands dan Inggris memenangkan perang, membuat nama Thatcher kembali terkenal dan membangkitkan kembali rasa nasionalisme rakyat Inggris yang sudah pudar dalam beberapa tahun karena masalah ekonomi dan sosial. Dengan modal kemenangan di Falklands dan ekonomi yang membaik, Thatcher menang pada tahun 1983 untuk masa jabatan kedua.

Pada masa jabatan keduanya, pemerintahan Thatcher melanjutkan kembali deregulasi ekonomi dan privatisasi. Privatisasi pertama adalah British Telecom yang dijual kepada publik, meningkatkan jumlah pemilik saham di seluruh Inggris. Kebijakan privatisasi ini menjadi lebih berani setelah ternyata penjualan BT sukses dan banyak orang yang mendapatkan keuntungan, bahkan 30% dalam hitungan hari. Setelah itu banyak BUMN yang dijual seperti British Steel dan banyak perusahaan di berbagai bidang seperti perusahaan maskapai penerbangan, listrik, dan gas. Pemerintah mendapatkan lebih dari miliaran poundsterling atas hasil penjualan perusahaan ini. Thatcher juga memulai serangkaian globalisasi dan modernisasi, mentransformasikan negara itu menjadi salah satu negara bisnis terbesar di dunia. Thatcher juga menghancurkan banyak pabrik-pabrik tidak efisien dan menggantinya dengan pabrik baru yang lebih efisien.

Salah satu peristiwa penting adalah ketika Serikat Buruh yang dipimpin Arthur Scargill, melakukan pemogokan terutama para penambang. Hal ini berawal dari rencana Thatcher menutup pertambangan yang tidak efisien dan tidak menguntungkan namun nasib pekerjanya tidak diperhatikan. Kerusuhan terjadi di kota-kota, terutama kota penambang. Thatcher menolak tuntutan. Thatcher tegas namun membawa banyak kritik. Sebelumnya pada tahun 1981, ia membiarkan Bobby Sands mati kelaparan dalam mogok makan untuk memprotes statusnya sebagai tahanan politik IRA, di mana Thatcher tegas menolak dan berkata, "Kriminal adalah kriminal, itu bukan hal politik". Banyak yang mengatakan bahwa Thatcher kejam bahkan politisi Sinn Feinn mengatakan Thatcher adalah "bajingan terbesar yang pernah ada". Pemogokan sendiri berakhir setelah kekalahan Serikat Buruh di pengadilan tahun 1985. Setelah kejadian itu, Thatcher malah memiliki legitimasi untuk mengekang kekuatan Serikat Buruh. Implementasi kebijakan ini membuat ia menjadi salah satu politisi dengan banyak musuh selain IRA.

Pada bulan Oktober 1984, beberapa hari sebelum ulangtahunnya ke 59, Thatcher selamat dari upaya pembunuhan. Ia lolos dari serangan bom di hotel tempat tinggalnya menginap di Brighton. Thatcher saat itu sedang menghadiri konfrensi partainya di Brighton bersama dengan anggota kabinetnya dan para petinggi partai. Saat ledakan terjadi sekitar dini hari, Thatcher yang masih terjaga dan sedang bekerja untuk mempersiapkan konfrensi. Ledakan itu menghancurkan kamar mandi hotelnya dan ia segera dikawal keluar bersama suaminya, Denis Thatcher dan asistennya, Crawfie. Thatcher melaporkan kejadian ke kepolisian dan di sana ia mengumumkan bahwa konfrensi tetap berjalan seperti biasa, membuat banyak kekaguman karena ia tetap bekerja normal meskipun baru terkena musibah. Pengeboman itu dilakukan oleh IRA sebagai balas dendam atas kebijakan Thatcher di Irlandia Utara.

Dengan ekonomi yang terus tumbuh dan eksistensi negara di dunia meningkat, Thatcher dengan percaya diri mengumumkan pemilihan umum lagi pada tahun 1987 meskipun masa batas akhir parlemen masih dua belas bulan lagi. Insting politik Thatcher benar dan terbukti, ia memenangkan pemilu untuk ketiga kalinya. Sejak itu, ia adalah Perdana Menteri pertama yang memenangkan tiga pemilihan umum berturut-turut pasca Perang Dunia II. Thatcher tegas namun tetap berhubungan dengan Mikhail Gorbachev sebagai bukti dukungan Inggris dalam reformasi di Uni Soviet. Ia juga sepaham dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan.

Pada tahun 1989, Thatcher memperkenalkan Poll Tax yang kontroversial. Pajak ini adalah pajak yang terlalu berlebihan dan dinilai banyak pihak tidak adil. Pajak ini mengharuskan semua orang membayar pajak dengan jumlah yang sama tanpa melihat kekayaannya dan kemampuan untuk membayar. Pajak ini juga dinilai terlalu besar karena sama dengan harga yang harus dibayar dengan orang-orang kaya. Pajak ini digunakan untuk membiayai kepentingan lokal seperti perawatan lingkungan, taman, dan infrastruktur di pemerintahan lokal. Thatcher tegas menolak semua kritik dan tetap mengimplementasikan kebijakannya. Ini membawa London kembali ke dalam kerusuhan besar-besaran. Popularitasnya benar-benar jatuh kali ini namun Thatcher tetap berkeyakinan bahwa tindakannya benar dan terus menekan kebijakannya itu untuk tetap dilaksanakan. Mulai dari ini, banyak anggota partainya merasa bahwa Thatcher harus mundur.

Selain Poll Tax, Thatcher juga memulai politik konfrontasi dengan Eropa. Ia dengan tegas menolak Uni Eropa. Ia pertama kali meminta seluruh penarikan dana dari Inggris kepada kelompok Masyarakat Eropa dan mulai mengurangi kontribusi Inggris di sana. Pada akhir 1980an, Thatcher dengan tegas menolak penyatuan mata uang Euro dan integrasi Eropa. Ini membuat ia banyak dijauhi oleh pemimpin Eropa lainnya. Banyak yang merasa bahwa ini adalah tindakan sembrono dan terlalu proteksionis meskipun banyak juga yang memuji Thatcher karena keinginannya untuk menjaga integritas poundsterling dan menjaga kedaulatan Inggris. Meskipun demikian, secara politik ini adalah kesalahan dan mengakibatkan kejatuhan kabinetnya dimulai terutama ketika pertama kali Menteri Keuangan serta anggota kabinet paling berpengaruh di kabinetnya, Nigel Lawson mengundurkan diri sebagai protes pada Oktober 1989.

Pemerintahan Thatcher terus berlangsung setelah Lawson mengundurkan diri.Ini memuncak saat kepemimpinan Thatcher yang "semaunya sendiri" dan menolak mendengar kabinetnya, membuat ia digoyang. Pada tanggal 1 November 1990, Deputi Perdana Menteri Geoffrey Howe yang juga merupakan sekutu Thatcher sejak 1979 mengundurkan diri. Howe membuat pidato yang sangat menusuk Thatcher di mana ia mengkritik kepemimpinan Thatcher secara keseluruhan sebagai kepemimpinan yang "semaunya sendiri" dan "sombong dan membahayakan masa depan negara". Pengunduran diri Howe adalah pukulan paling fatal bagi Thatcher. Pada tanggal 14 November 1990, Michael Heseltine yang merupakan mantan anggota kabinet Thatcher yang pernah menjadi Menteri Pertahanan dan mengundurkan diri tahun 1986 karena ketidakpuasan terhadap Thatcher, menantang Thatcher dalam Pemilihan Kepemimpinan. Sebelumnya, Thatcher telah mengamankan posisinya sebagai pemimpin pada tahun 1989 setelah mengalahkan Anthony Meyer, tetapi kali ini akan menjadi lebih sulit karena pengunduran diri Howe. Pada putaran pertama, Thatcher berada di Paris. Ia berhasil memenangkan 204 suara dibandingkan Heseltine yang memperoleh 154 suara. Namun ini kurang dari mayoritas mutlak dan kurang dari aturan margin yang diperlukan sehingga Heseltine dapat memaksa ke putaran kedua. Dalam Putaran Kedua, Thatcher berusaha melawan di mana ia dengan tegas menyatakan bahwa ia akan tetap berjuang dalam putaran kedua. Dengan determinasi "Fight On" dan berobsesi untuk menang. Bagaimanapun, dukungannya telah berkurang bahkan dari anggota kabinetnya sendiri. Setelah berkonsultasi dengan para koleganya, Thatcher berkesimpulan bahwa ia tidak memiliki dukungan lagi dan menyerahkan pengunduran dirinya pada 22 November 1990 dan menarik pencalonannya pada hari yang sama. Thatcher tetap menjadi Perdana Menteri hingga PM baru terpilih. Setelah penarikannya, Thatcher memaksa John Major untuk maju sebagai calon pemimpin. Major berhasil memenangkan pemilihan kepemimpinan atas Heseltine dan Menteri Luar Negeri Douglas Hurd dalam putaran pertama. Setelah Major terpilih, Thatcher mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 28 November 1990 setelah Major diundang Ratu Elizabeth II ke Istana Buckingham untuk membentuk pemerintahan baru.

Masa Pensiun

Setelah Thatcher mengundurkan diri pada November 1990, ia tetap menjadi Anggota Parlemen dan duduk di backbench hingga 1992. Ia masih menjadi tokoh yang aktif di publik Inggris meskipun pada kenyataannya citranya terpolarisasi. Thatcher diakui berhasil mentransformasi Inggris terutama dalam bidang ekonomi dan sosial. Ia mengubah negaranya dari negara kuno menjadi negara modern dengan eksistensi besar di pergaulan internasional. Thatcher bekerja di Philip Morris sebagai konsultan geo politik namun ini tidak lama. Thatcher juga dibayar mahal untuk setiap pidatonya.

Setelah suaminya, Denis meninggal pada tahun 2003, ia menjadi pembicara aktif. Pada tahun 2007, sebuah patungnya di Westminster dipasang, Perdana Menteri lain yang juga dibuatkan patung di sana hanyalah Winston Churchill dan Lloyd George.

Sakit dan kematiannya

Thatcher menderita kesehatan yang buruk selama beberapa tahun sebelum kematiannya. Ia sempat dikabarkan menderita stroke dan terkena serangan beberapa kali dan mulai jarang terlihat sejak menjalani perawatan serangan stroke pada tahun 2002. Ia hanya terlihat beberapa kali di hadapan publik dalam beberapa bulan terakhir ini.

Thatcher meninggal dunia di London, pada 8 April 2013 setelah menderita stroke. Lord Bell, juru bicara Thatcher, mengkonfirmasi kematiannya[23][24][25].

Gelar

  • Miss Margaret Roberts (1925–1951)
  • Mrs Margaret Thatcher (1951–1959)
  • Mrs Margaret Thatcher, MP (1959–1970)
  • The Rt Hon. Margaret Thatcher, MP (1970–1983)
  • The Rt Hon. Margaret Thatcher, MP, FRS (1983–1990)
  • The Rt Hon. Lady Thatcher, OM, MP, FRS (1990–1992)
  • The Rt Hon. The Baroness Thatcher, OM, PC, FRS (1992–1995)
  • The Rt Hon. The Baroness Thatcher, LG, OM, PC, FRS (1995–2013)

Referensi

Catatan

  1. ^ In her foreword to the 1979 Conservative manifesto, Thatcher wrote of "a feeling of helplessness, that a once great nation has somehow fallen behind".[2]

Catatan kaki

  1. ^ Thatcher 1995, hlm. 150
  2. ^ Thatcher, Margaret (1979). "Conservative Party Manifesto 1979". Foreword. conservativemanifesto.com. Diakses tanggal 28 July 2009. 
  3. ^ Beckett 2006, hlm. 1
  4. ^ a b Beckett 2006, hlm. 3
  5. ^ a b Beckett 2006, hlm. 8
  6. ^ Johnson, Maureen (28 May 1988). "Bible-Quoting Thatcher Stirs Furious Debate". Associated Press. 
  7. ^ Beckett 2006, hlm. 5
  8. ^ Beckett 2006, hlm. 6
  9. ^ Blundell 2008, hlm. 21–22
  10. ^ "Kesteven & Grantham Girls' School". Kestevengrantham.lincs.sch.uk. Diakses tanggal 27 January 2011. 
  11. ^ Beckett 2006, hlm. 12
  12. ^ Blundell 2008, hlm. 23
  13. ^ Blundell 2008, hlm. 25–27
  14. ^ Beckett 2006, hlm. 16
  15. ^ Beckett 2006, hlm. 20–21
  16. ^ Blundell 2008, hlm. 28
  17. ^ Blundell 2008, hlm. 30
  18. ^ Reitan 2003, hlm. 17
  19. ^ Beckett 2006, hlm. 17
  20. ^ a b c Beckett 2006, hlm. 22
  21. ^ a b Blundell 2008, hlm. 36
  22. ^ "Cream of the crop at Royal Society". New Scientist. New Science Publications. 99 (1365): 5. 7 July 1983. Diakses tanggal 25 January 2011. 
  23. ^ Artikel:"Mantan PM Inggris Margaret Thatcher Meninggal Dunia" di Kompas.com
  24. ^ Artikel:"PM Legendaris Inggris Margaret Thatcher Tutup Usia" di detik.com
  25. ^ Artikel:"PM wanita pertama Inggris Margaret Thatcher meninggal" di BBC/Indonesia

Daftar pustaka

  • Beckett, Andy (2010). When the Lights Went Out; Britain in the Seventies. Faber & Faber. ISBN 978-0-571-22137-0. 
  • Burns, William E. (2009). A Brief History of Great Britain. Facts on File. ISBN 978-0-8160-7728-1. 
  • Beckett, Clare (2006). Margaret Thatcher. Haus Publishing. ISBN 978-1-904950-71-4. 
  • Blundell, John (2008). Margaret Thatcher: a portrait of the Iron Lady. Algora. ISBN 978-0-87586-630-7. 
  • Butler, David; Butler, Gareth (1994). British Political Facts 1900–1994 (edisi ke-7). Macmillan. ISBN 978-0-333-52616-3. 
  • Campbell, John (2000). Margaret Thatcher; Volume One: The Grocer's Daughter. Pimlico. ISBN 0-7126-7418-7. 
  • Campbell, J. Title=Margaret Thatcher Volume Two: The Iron Lady (2011), Random House  Teks "ref-harv" akan diabaikan (bantuan); Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  • Campbell, John (2003). Margaret Thatcher; Volume Two: The Iron Lady. Pimlico. ISBN 0-7126-6781-4. 
  • Childs, David (2006). Britain since 1945: a political history (edisi ke-6). Taylor & Francis. ISBN 978-0-415-39326-3. 
  • Chin, Rita C-K (2009). After the Nazi racial state: difference and democracy in Germany and Europe. ISBN 978-0-472-11686-7. 
  • Cochrane, Feargal (2001). Unionist Politics and the Politics of Unionism Since the Anglo-Irish Agreement. Cork University Press. ISBN 1-85918-259-3. 
  • English, Richard (2005). Armed Struggle: The History of the IRA. OUP. ISBN 978-0-19-517753-4. 
  • Evans, Eric (2004). Thatcher and Thatcherism (The Making of the Contemporary World) (edisi ke-2). Routledge. ISBN 978-0-415-27013-7. 
  • Erickson, Carolly (2005). Lilibet: An Intimate Portrait of Elizabeth II. Macmillan. ISBN 0-312-33938-0. 
  • Feigenbaum, Harvey; Henig, Jeffrey; Hamnett, Chris (1998). Shrinking the State: The Political Underpinnings of Privatization. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-63918-7. 
  • Floud, Roderick; Johnson, Paul (2004). The Cambridge Economic History of Modern Britain, Volume 3. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-52738-5. 
  • Foley, Michael (2002). John Major, Tony Blair and a Conflict of Leadership: Collision Course. Manchester University Press. ISBN 0-7190-6317-5. 
  • Gamble, Andrew (2009). The Spectre at the Feast: Capitalist Crisis and the Politics of Recession. Palgrave Macmillan. ISBN 978-0-230-23075-0. 
  • Gilbert, Martin (2002). A History of the Twentieth Century. Harper Perennial. ISBN 0-06-050594-X. 
  • Glyn, Andrew (1992). "The 'Productivity Miracle', Profits and Investment'". Dalam Michie, Jonathan. The Economic Legacy, 1979–1992. Academic Press. hlm. 77–87. ISBN 978-0-12-494060-4. 
  • Görtemaker, Manfred (2006). Britain and Germany in the Twentieth Century. Berg Publishers. ISBN 1-85973-842-7. 
  • Hastings, Max; Jenkins, Simon (1983). Battle for the Falklands. Norton. ISBN 0-393-30198-2. 
  • Howe, Geoffrey (1994). Conflict of Loyalty. Macmillan. ISBN 978-0-333-59283-0. 
  • Jackling, Roger (2005). "The Impact of the Falklands Conflict on Defence Policy". Dalam Badsey, Stephen; Grove, Mark; Havers, Rob. The Falklands Conflict Twenty Years On: Lessons for the Future (Sandhurst Conference Series). Routledge. ISBN 978-0-415-35030-3. 
  • James, Clive (1977). Visions Before Midnight. ISBN 978-0-224-01386-4. 
  • Jones, Bill; Kavanagh, Dennis; Moran, Michael (2007). "Media organisations and the political process". Politics UK (edisi ke-6). Longman. ISBN 978-1-4058-2411-8. 
  • Khabaz, D.V. (2007). Manufactured Schema: Thatcher, the Miners and the Culture Industry. Matador. ISBN 978-1-905237-61-6. 
  • Kavanagh, Dennis (1997). The Reordering of British Politics: Politics after Thatcher. OUP. ISBN 978-0-19-878201-8. 
  • Lacey, Robert (2003). Monarch: The Life and Reign of Elizabeth II. Simon & Schuster. ISBN 0-7432-3669-6. 
  • Lawson, Nigel (1992). The View from No. 11: Memoirs of a Tory Radical. Bantam. ISBN 978-0-593-02218-4. 
  • McAleese, Dermott (2004). Economics For Business: Competition, Macro-stability & Globalisation (edisi ke-3). Financial Times Management. ISBN 978-0-273-68398-8. 
  • Marr, Andrew (2007). A History of Modern Britain. Pan. ISBN 978-0-330-43983-1. 
  • Moloney, Ed (2002). A Secret History of the IRA. W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-32502-4. 
  • Reitan, Earl Aaron (2003). The Thatcher Revolution: Margaret Thatcher, John Major, Tony Blair, and the Transformation of Modern Britain, 1979–2001. Rowman & Littlefield. ISBN 0-7425-2203-2. 
  • Richards, Howard (2004). Understanding the Global Economy. Peace Education Books. ISBN 0-9748961-0-1. 
  • Seldon, Anthony; Collings, Daniel (2000). Britain Under Thatcher. Longman. ISBN 978-0-582-31714-7. 
  • Senden, Linda (2004). Soft Law in European Community Law. Hart Publishing. ISBN 1-84113-432-5. 
  • Seward, Ingrid (2001). The Queen and Di: The Untold Story. Arcade Publishing. ISBN 1-55970-561-2. 
  • Smith, Gordon (1989). Battles of the Falklands War. I. Allan. ISBN 978-0-7110-1792-4. 
  • Thatcher, Margaret (1993). The Downing Street Years. HarperCollins. ISBN 0-00-255354-6. 
  • Thatcher, Margaret (1995). The Path to Power. HarperCollins. ISBN 978-0-00-638753-4. 
  • Thornton, Richard C. (2006). The Reagan Revolution II: Rebuilding the Western Alliance. Trafford Publishing. ISBN 978-1-4120-1356-7. 
  • Toye, Richard; Gottlieb, Julie V. (2005). Making Reputations: Power, Persuasion and the Individual in Modern British Politics. I. B. Tauris. ISBN 1-85043-841-2. 
  • Veljanovski, Cento (1990). "The Political Economy of Regulation". Dalam Dunleavy, Patrick; Gamble, Andrew; Peele, Gillian. Developments in British Politics 3. Macmillan. 
  • Wapshott, Nicholas (2007). Ronald Reagan and Margaret Thatcher: A Political Marriage. Sentinel. ISBN 1-59523-047-5. 
  • Wheeler, Tony (2004). The Falklands and South Georgia Island. Lonely Planet. ISBN 1-74059-643-9. 
  • Williams, Andy (1998). UK Government & Politics. Heinemann. ISBN 978-0-435-33158-0. 

Bacaan lanjutan

Biografi

Analisis politik

Buku karya Thatcher

Otobiografi menteri

Pranala luar