Kabupaten Simeulue

kabupaten di Indonesia
Revisi sejak 30 September 2008 07.51 oleh Bulaw4n (bicara | kontrib)


Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di tengah Samudra Hindia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.

Kabupaten Simeulue
Daerah tingkat II
Lambang Kabupaten Simeulue
Motto: 
"Simeulue Atee Fulawan" Artinya "Simeulue Berhati Emas"
Peta
Kabupaten Simeulue di Indonesia
Kabupaten Simeulue
Kabupaten Simeulue
Peta
Kabupaten Simeulue di Indonesia
Kabupaten Simeulue
Kabupaten Simeulue
Kabupaten Simeulue (Indonesia)
Koordinat: 2°37′00″N 96°05′00″E / 2.61667°N 96.08333°E / 2.61667; 96.08333
Negara Indonesia
ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam
Tanggal berdiri4 Oktober 1999
Dasar hukumUU RI No. 48 Tahun 1999
Ibu kotaSinabang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 8
  • Kelurahan: 135
Pemerintahan
 • BupatiDrs. H . DARMILI
Luas
 • Total2.310 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total± 82.000 (2.007)
Demografi
Zona waktu[[UTC]]
Kode BPS
1101 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0650
Kode Kemendagri11.09 Edit nilai pada Wikidata
DAU-
Situs web-

Karena posisi geografisnya yang terisolasi, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini.

Kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Cina, dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan. Terdapat 3 bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa Ulau, bahasa Sibigo dan bahasa Jamee. Bahasa Ulau (pulau) umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam; bahasa Sibigo umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang; sedangkan bahasa Jamee (tamu) digunakan khususnya oleh para penduduk yang berdiam disekitar kota Sinabang dan sekitarnya yang umumnya perantau niaga dari Minang dan Mandailing.

Ibukota Kabupaten Simeulue Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah "Sinafang" yang artinya "senapan" atau senjata api, dimana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda. Juga "Sibigo" ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat "CV & Co" karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi "maskapai" pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.

Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda dengan saudara-saudaranya didaratan Aceh, salah satunya adalah seni ber-"Nandong", suatu seni nyanyi bertutur diiringi gendang tetabuhan dan biola yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa. Terdapat pula seni yang sangat digemari sebahagian besar masyarakat, seni Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu/buluh serta benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue acap diundang ke manca negara.

Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah kerbau Simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi.

Disamping itu dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah udang Lobster (udang laut)yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri Singapura & Malaysia. Hasil perkebunan rakyat lainnya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur disepanjang pantai pulau Simeulue. Sedangkan hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon- Jawa Barat adalah rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan kelapa sawit murni milik rakyat dan swakelola pemerintah daerah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.

Berita terakhir yang paling menarik adalah ketika Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan lembaga riset geologi dan kelautan Jerman (BGR) menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang ada sekitar 107,5-320,79 miliar barel

“Temuan ini hasil riset kami dengan Kapal Riset Sonne, yang tujuan awalnya untuk mengetahui detil deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc) pasca tsunami 26 Desember 2004,” kata Dr Yusuf Surachman, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, di Jakarta, Senin (11/2) seperti dikutip Antara. Dibandingcadangan minyak milik Arab Saudi yang volumenya mencapai 264,21 miliar barel. Temuan itu, menurut Yusuf, sangat signifikan. Sedangkan nilai volume di perairan timur laut Pulau Simeulue itu dihitung minimal 17,1 x 109 m3 dan maksimal volume total 51 x 109 m3. “Perkiraan volume berdasar volume reservoir yang dihitung atas dasar sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, carbonat buildup berbentuk melingkar, faktor pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen,” ujarnya.


Gempa Bumi dan Tsunami (Smong)

 
Pusat gempa bumi Samudra Hindia 2004 yang terletak di utara Simeulue

Gugusan pulau Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar & kecil (± 40 buah) berada tepat diatas persimpangan 3 palung laut terbesar dunia yakni pada pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Australia dan lempeng Samudera Hindia sehingga pada saat terjadinya gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004yang ber-epicentrum diujung Barat pulau Simeulue, pulau ini mengalami kerusakan sarana prasarana sangat parah , namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun menurun (kearifan lokal) -peristiwa itu- dengan sebutan Smong, dimana apabila terjadi gempa besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan mendadak, maka otomatis tanpa disuruh seluruh penduduk, tua muda, besar kecil laki-laki dan perempuan beranjak meninggalkan lokasi menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar dari terjangan smong atau tsunami tersebut.

Pranala luar