Kubah Shakhrah

bangunan keagamaan di Yerusalem

Kubah Shakhrah (Arab: مسجد قبة الصخرة, translit.: Qubbat As-Sakhrah, Ibrani: כיפת הסלע, translit.: Kipat Hasela, Turki: Kubbetüs Sahra, Inggris: Dome of the Rock) adalah tempat suci Islam dan marka tanah utama yang terletak di tengah-tengah kompleks Al Haram Al Sharif di kota Yerusalem. Masjid ini selesai didirikan tahun 691, menjadikannya bangunan Islam tertua yang masih ada di dunia.[1]

Kubah Shakhrah di Kota Lama Yerusalem

Kubah Shakhrah bukanlah sebuah masjid, sebaliknya, merupakan sebuah kompleks yang terdapatnya sebuah batu besar yang dikatakan tempat Nabi Muhammad berdiri ketika peristiwa Isra dan Mi'raj. Qubbat As-Sakhrah terletak di Baitulmuqaddis di kawasan Al Haram Al Sharif. Qubbat As-Sakhrah bukanlah Masjid Al-Aqsa karena Masjid Al-Aqsa terletak tidak jauh daripada bangunan ini. Qubbat Al-Sakhrah seringkali disalahartikan sebagai Masjid Omar yang merupakan tempat Saidina Umar Al-Khatab bershalat ketika tiba di Baitulmuqaddis.

Sejarah

Berkas:Palestine Pound 1939 front.jpg
Qubbat As-Sakhrah muncul dalam uang kertas Mandat Palestina.

Kubah Shakhrah dibangun antara tahun 687 hingga tahun 691 oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, khalifah Ummaiyyah. Sejarah Qubbat Al-Sakhrah telah melewati berbagai zaman, yaitu zaman Islam, zaman Perang Salib, zaman Mandat Britania dan zaman pendudukan Israel.

Isra dan Mi'raj

Penaklukan Baitulmuqaddis

Perang Salib

 
Denah lantai Kubah Sakhrah di tengah-tengahnya terdapat Sakhrah, kontruksi bangunan ini menginspirasi Ordo Bait Allah.

Selama Perang Salib, Kubah Shakhrah diserahkan kepada Augustinian, yang merubahnya menjadi gereja, dan Masjid Al-Aqsa menjadi istana Baldwin I tahun 1104. Ordo Bait Allah, yang mempercayai bahwa Qubbat As-Sakhrah merupakan lokasi Bait Salomo, mendirikan markas mereka di Masjid Al-Aqsa berdekatan dengan Qubbat As-Sakhrah pada abad ke-12.

Ayyubiyyah dan Mamluk

Yerusalem direbut oleh Salahuddin pada hari Jumat, 2 Oktober 1187 dan Al Haram Al Sharif dijadikan tempat ibadah Muslim. Salib di atas Kubah Shakhrah diganti menjadi bulan sabit emas. Keponakan Salahuddin al-Malik al-Mu'azzam Isa (615-24/1218-27) melakukan restorasi lain di Al Haram Al Sharif dan menambah serambi muka pada masjid Al-Aqsa.

Kesultanan Utsmaniyah 1517 - 1917

Renovasi berskala besar dilakukan selama era kekuasaan Mahmud II tahun 1817. Berdekatan dengan Qubbat As-Sakhrah, Utsmaniyah membangun Qubbat an-Nabi tahun 1620.

Mandat Britania 1917 - 1948

Kubah Shakhrah mengalami goncangan akibat gempa bumi di Palestina pada hari Senin, 11 Juli, 1927. Banyak usaha perbaikan telah dilakukan.

Arsitektur

Bangunan Kubah Sakhrah terdiri dari tiga tingkatan; tingkatan pertama dan kedua 35,3 meter. Adapun tinggi bangunan keseluruhan termasuk kubah bagian atas adalah 39,3 m. Keadaan ruang di dalamnya terdiri tiga koridor yang sejajar melingkari batu (sakhrah). Koridor bagian dalam merupakan lantai thawaf yang langsung mengelilingi batu seperti tempat thawaf di Masjidil Haram. Di dalamnya dipenuhi ukiran-ukiran model Bizantium. Di dalamnya terdapat mihrab-mihrab besar jumlahnya 13 buah dan masing-masing mihrab terdiri dari 104 mihrab kecil.

Untuk memasukinya yang terletak di atas bukit ada empat pintu gerbang besar yang masing-masing dilengkapi atap. Bangunan ini sepenuhnya dikerjakan dua orang arsitek Muslim yaitu Raja' bin Hayat dari Bitsan dan Yazid bin Salam dari Yerusalem. Keduanya dari Palestina.

Sakhrah artinya batu, berada di tengah-tengah di dalam Kubah Sakhrah yang menaunginya. Sakhrah berukuran 56 x 42 kaki. Di bawah sakhrah terdapat gua segi empat yang luasnya 4,5 m x 4,5 m dan tingginya 1,5 m. Pada atap gua terdapat lubang seluas 1 m. Dengan adanya gua di bawah sakhrah (batu) maka hampir semua bagian batu dapat dilihat dengan jelas. Batu tersebut disebut sakhrah mukadassah (batu suci). Di batu tersebut Nabi Muhammad melakukan mi'raj dan sebagai saksi peristiwa tersebut maka dibangunlah Kubah Sakhrah di atasnya.

Menurut literatur Islam, nilai kesucian sakhrah sama dengan Hajar Aswad (batu hitam). Kedua batu berasal dari surga dengan perbedaan waktu turunnya selama 40 tahun lebih dulu Hajar Aswad.

Hajar aswad adalah sebuah batu yang menempel pada salah satu sudut Ka'bah. Hajar aswad biasanya dicium para jamaah haji pada ibadah Haji, tetapi ini bukan suatu kewajiban.

Kedua situs suci tersebut telah ada sejak sebelum Nabi Adam. Ka'bah sebagai tempat thawaf sejenis makhluk menyerupai malaikat. Ka'bah merupakan tempat thawaf mereka sebelum periode manusia di dunia, sedang Beitul Makmur sebagai tempat thawaf mereka di langit.


Rujukan

  • M. Irfan Zidny, M.A. ; MASJIDIL AQSHA Pusat Para Nabi dan Awal Mi'raj Rasul; Penerbit Antar Kota, Jakarta, 1986
  • Dan Bahat; CARTA's HISTORICAL ATLAS OF JERUSALEM A Brief Illustrated Survey; Carta, The Israel Map & Publishing Co. Ltd; Jerusalem; revised and expanded 1976.
  • Biblical Archaeology Review; Was the Temple Mount Once a Cemetry; May/June 1985 vol.XI No. 3


Pranala luar

Templat:Link FA

  1. ^ Rizwi Faizer (1998). "The Shape of the Holy: Early Islamic Jerusalem". Rizwi's Bibliography for Medieval Islam.