Lalu Kaidah Mele Habirah
Dea Kuasa Lalu Jamalia Mele Habira[1] atau Lalu Jamila Mele Habirah yang bernama anumerta Dea Kuasa Unter Iwes adalah Dea Ranga yakni mangkubumi Kesultanan Sumbawa.[1][2][3][4][5][6][7] Kemangkatan Sultan Harunnurrasyid II pada tanggal 8 Dzulkaidah 1205 atau 9 Juli 1791, Shafiatuddin yang bernama asli Masikki dijemput dari Bima untuk menduduki tahta Kesultanan Sumbawa. Pada masa pemerintahan Sultanah Shafiatuddin antara 1791 – 1792 telah datang ke Kesultanan Sumbawa, Karaeng Bainea Binamu Tenri Ico Dai Karaeng Marabombang, membawa kedua putranya : Saragialu Daeng Talebang dan I Mangalle Daeng Datta, beserta para pengikutnya. Mereka berlabuh di pelabuhan Garegat Bonto Kemase Labuhan Bontong Empang. Kedatangan ke Kesultanan Sumbawa setelah ditinggal mangkat oleh sang suami, Raja Binamu, I Bebasa Daeng Lalo Karaeng Lompo Ri Binamu. Dimana terjadi kesalahan dalam pengangkatan raja pengganti yang menyebabkan ketersinggunangannya dan meninggalkan kerajaan Binamu negerinya tercinta menuju ke Sumbawa. Sebagai sesama wanita Sultananh Shafiatuddin lalu menghadiahkan tanah untuk pemukiman dan pertanian. Adipati Kesultanan Sumbawa, Lalu Kaidah Mele Habirah, kemudian mempersunting Saragi Alu Daeng Talebang, Putri Binamu. Melahirkan Lalu Tunji Dea Tane dan Lala Intan Ratu Nong Sasir. Permaisuri Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II, Lala Amatollah adalah putri dari Lala Intan Ratu Nong Sasir buah perkawinannya dengan Karaeng Manippi Datu Bonto Mangape. Sedangkan keturunan dari Lalu Tunji Dea Tame melahirkan para pembesar dan pemberani Kesultanan Sumbawa antara lain : Lalu Makasau Dea Ranga Rango Berang, dan Adipati Abdul Jabar Lalu Tunruang. Pelaksanaan pemerintahan Sultanah Shafiatuddin tidak terlalu berjalan lancar karena campur tangan yang terlampau jauh dari sang suami Sultan Bima. Gelagat yang kurang menguntungkan ini kemudian membawa permufakatan Pangantong Lima Olas untuk menurunkan Sultanah Shafiatuddin. Kepulangannya ke Bima membawa serta Pusaka Kesultanan Sumbawa yang kemudian didaftar pada dokumen Kesultanan dan dimuat sdalam BUK Kesultanan Sumbawa. Pusaka tersebut telah diminta berkali – kali namun Kesultanan Bima enggan mengembalikan. Dalam catatan rahasia Bima tertanggal 15 November 1796, yang diterima Gubernur Belanda Willem Beth di Makassar, diterangkan bahwa seluruh pusaka Kesultanan Sumbawa telah diserahkan melalui utusan Kesultanan Sumbawa ; Datu Busing. Namun barang – barang tersebut tidak pernah sampai ke Istana Kesultanan Sumbawa. Sejak itulah dikeluarkan Maklumat oleh hukum adat Kesultanan Sumbawa untuk tidak lagi menobatkan seorang perempuan menjadi Sultanah. Sultanah Shafiatuddin mangkat di Bima pada tanggal 26 Oktober 1795 dan dimakamkan di Makam Sigi Na’e ( Mesjid Agung Bima).[7]
Karier politik
Menjadi Enti Desa
Mula-mula Lalu Kaidah Mele Habirah menjabat Enti Desa.
Menjadi Nene Adipati (Menteri Pertahanan)
Lalu Kaidah Mele Habirah kemudian menjabat Adipati (Menteri Pertahanan)Kesultanan Sumbawa dengan gelar Nene Adipati Mele Habira.
Menjadi Dea Ranga (Mangkubumi)
Setelah selesai menduduki jabatan sebagai Adipati (Menteri Pertahanan), Lalu Kaidah Mele Habirah kemudian dipromosikan menduduki jabatan Dea Ranga yakni mangkubumi Kesultanan Sumbawa.
Keturunan
Lalu Kaidah Mele Habirah memiliki dua isteri, yakni:
- Lala Syarifah
- Lala saragialu Daeng Talebang
Silsilah kekerabatan dengan Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV
Dea Adipati Lalu Kaidah Mele Habirah merupakan salah satu leluhur Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV.
{{chart| | | | | | | | TAM | | | |TAM= Pangeran Mas...
Datu Gunung Galesa | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Lala
♂ Sayyid... Alaydrus | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu ..... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu ..... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu ..... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu ..... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu ..... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu Jame Lea ... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu Perabu Anom Dea Dipati Mele Dilaga
♀ ........ | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu Dilaga | ♂ Lalu Kaidah Mele Habirah Dea Ranga
Saragialu Karaeng Talebang | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Lalu Tunji Dea Tane | ♀ Lala Intan Ratu Nong Sasir
♂ Karaeng Manippi Datu Bonto Mangape | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Lala Amatollah
SULTAN SUMBAWA XIII m. 1795-1816 ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II Lalu Muhammad | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XIV m. 1836-1837 ♂ Dewa Masmawa Sultan Lalu Mesir (+ 1837) | SULTAN SUMBAWA XV m. 1837-1883 ♂ Dewa Masmawa Sultan Lalu Muhammad Amaroe'llah
♀ Lala Rante Patolah binti Muhammad Yakub Ruma Kapenta Wadu bin Tureli Donggo Mawa'a Kadi (Abdul Nabi) Raja Bicara Bima | ♂ Datu Bonto Mangape | |||||||||||||||||||||||||||||||||
DATU TALIWANG ♂ Daeng Mesir | DATU MARAJA MUDA SUMBAWA ♂ Datu Raja Muda Daeng Maskuncir Maskuncir Datu Lolo Daeng Manassa
♀ Datu Balasari | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XVI m. 1882-1931 Gelar abhiseka: Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III Nama lengkap Sultan: Mas Madina Daeng Raja Dewa Nama panggilan: Dewa Marhum
Gelar: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Siti Maryam Daeng Risompa Nama panggilan: Datu Ritimu binti Daeng Padusung bin Sultan Amrullah Sultan Sumbawa XIV m. 1837-1883 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||
DATU MARAJA MUDA SUMBAWA ♂ Datu Raja Muda Daeng Rilangi | SULTAN SUMBAWA XVII m. 1931-1975) Gelar abhiseka: ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III Nama lengkap Sultan: Kaharuddin Daeng Raja Dewa Nama panggilan: Daeng Manurung
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Nindo Siti Rahayu Daeng Risompa | SULTAN SUMBAWA XVIII m. 2011-sekarang
Gelar Permaisuri: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Andi Bau Tenri Djadjah Nama panggilan: Datu Tenri (b. 23 Oktober 1946) binti Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[8] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Daeng Nadia Indriana Hanoum | ♀ Daeng Sarrojini Naidu
♂ Sentot Agus Priyanto | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raehan Omar Hasani Priyanto | ♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto | ♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto | |||||||||||||||||||||||||||||||||
Lihat pula
Rujukan
- ^ a b Mantja, Lalu (1984). Sumbawa pada masa dulu: suatu tinjauan sejarah (dalam bahasa Indonesia). Indonesia: Rinta. hlm. 148.
- ^ "Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah". Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1978. hlm. 56.
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diakses tanggal 2019-08-06.
- ^ a b https://www.scribd.com/document/403789226/Data-Kesejarahan-Kesultanan-Sumbawa-bagian-1-docx
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Lahirnya Kesultanan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
Pranala luar
- https://lombokinsider.com/destination-news/cerita-di-balik-pawai-budaya-fesmo-2016-di-sumbawa-bag/
- http://kebudayaan.sumbawakab.go.id/objek/id/62 Bala Datu Ranga
- https://www.academia.edu/12264639/Sejarah_Fajar_Binamu_dan_Bangkala_Sulawesi_Selatan
- http://makassar.tribunnews.com/2016/06/16/komplek-makam-raja-raja-binamu-bukti-nyata-kejayaan-kerajaan-di-jeneponto
- http://onesearch.id/Record/IOS3765.SULSE000000000089230
- http://id.rodovid.org/wk/Orang:305086 Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II (Gusti Mesir Abdurrahman)