Pragmasemantik

Revisi sejak 20 Agustus 2020 08.25 oleh Dianosaurus (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Linguistik menggunakan HotCat)

Pragmasemantik (bahasa Inggris: pragmasemantics) merupakan ilmu yang mengkaji makna dalam suatu bahasa melalui perspektif dua kajian, yaitu semantik dan pragmatik. Semantik mengkaji makna yang bebas konteks (context independent) sedangkan pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks (context dependent).[1] Semantik dan pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang berlainan, tetapi saling berkaitan dan saling melengkapi (komplementer). Dalam analisis semantik, upaya difokuskan pada arti kata secara konseptual. Di sisi lain, dalam analisis pragmatik, ada aspek makna yang lebih bergantung pada konteks dan maksud penutur. Dengan kata lain, komunikasi tidak hanya bergantung pada mengenali arti kata dalam suatu tuturan, tetapi juga mengenali maksud penutur melalui tuturannya.[1]

Teori pragmasemantik pertama kali diperkenalkan oleh Bronislaw Malinowski.[2][3] Menurutnya, peran budaya selalu memengaruhi makna dan penggunaan suatu bahasa. Malinowski juga menekankan bahwa makna sebuah kata terikat pada konteks situasi. Secara eksplisit, Malinowski menyamakan makna dengan fungsi pragmatis, sehingga ia memandang bahasa secara fungsional dan kontekstual dengan semantik sebagai titik awal analisis linguistik. Malinowski mengembangkan gagasan utama dalam teorinya, yaitu bahwa makna suatu ujaran disediakan oleh konteks dalam aktivitas manusia. Ia juga menekankan bahwa konteks situasi dapat memperjelas makna kalimat yang secara semantik bermakna ganda atau ambigu). Oleh sebab itu, pendekatan pragmasemantik hanya bisa diterapkan pada tuturan (balik lisan maupun tulisan) yang ditemukan dalam masyarakat.[2]

Implementasi

Pragmasemantik juga telah digunakan untuk mengkaji berbagai fenomena kebahasaan di masyarakat, misalnya:

  1. Bahasa-bahasa konflik dalam penelitian Akanbi (2019) yang mengkaji tuturan Gowon dan Ojukwu, dua tokoh protagonis dalam Perang Sipil Nigeria selama 1967-1970,[4]
  2. Relasi emosi/sentimen dalam penelitian Basile (2016) yang mengkaji argumentasi tekstual suatu debat.[5]

Referensi

  1. ^ a b Wijana, I Dewa Putu, 1956- (1996). Dasar-dasar pragmatik. Andi Offset. ISBN 979-533-301-1. OCLC 225654362. 
  2. ^ a b Senft, Gunter (2007). "Bronislaw Malinowski and Linguistic Pragmatics". Lodz Papers in Pragmatics. 3 (n/a): 79–96. doi:10.2478/v10016-007-0006-7. 
  3. ^ Schmidt, Bernd, 1951- (1984). Malinowskis Pragmasemantik. Heidelberg: C. Winter. ISBN 3-533-03218-3. OCLC 11048547. 
  4. ^ Akanbi, Timothy Adeyemi (2019). "A Pragma-Semantic Study of Language of Conflict: Gowon and Ojukwu Pre-Civil War Speeches in Focus". Open Journal of Modern Linguistics. 09 (05): 354–364. doi:10.4236/ojml.2019.95029. ISSN 2164-2818. 
  5. ^ Basile, Valerio; Cabrio, Elena; Villata, Serena; Frasson, Claude; Gandon, Fabien (2016-07-16). "A Pragma-Semantic Analysis of the Emotion/Sentiment Relation in Debates" (dalam bahasa Inggris).