Candi Agung

bangunan kuil di Indonesia

Candi Agung adalah sebuah situs candi Hindu yang beratap yang terletak di kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan. Di sekitar candi pernah ditemukan tiang kayu ulin dan pecahan genteng.

Candi Agung
Kompleks Candi Agung dengan penutup cungkup atap untuk melindunginya dari kerusakan.
Candi Agung
Bagian utama Candi Agung.
Candi Lembah Bujang, Kedah, Malaysia
Model candi beratap pada rekonstruksi Candi Lembah Bujang, Kedah Lama, dipamerkan di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur.

Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya sezaman dengan Kerajaan Majapahit.[1]

Candi Agung di Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Negara Daha di Negara dan Kesultanan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negara Dipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga daerah aliran sungai yaitu sungai Tabalong, sungai Balangan, dan sungai Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Maharaja Suryanata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negara Dipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.

Dalam tahun 1967 di Kota Amuntai, waktu diadakan panggalian situs kepurbakalaan, ditemukan orang dasar candi dan benda-benda kepurbakalaan. Tempat yang digali itu disebut penduduk Gunung Candi (Bukit Candi) dan candi yang dasarnya itu disebut Candi Agung. Menurut cerita rakyat yang hidup disana Candi Agung dibangun oleh Mpu Jatmika. [2]

Luas bangunan candi Agung berukuran 40 m x 50 m.[3]

Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya sekilas sangat mirip dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa. Batu bata yang ditemukan berukuran besar mirip dengan batu bata yang juga ditemukan situs candi Kayen di Dusun Buloh Desa Kayen di Jawa Tengah.[4]

Galeri

Rujukan

  1. ^ (Indonesia) Lombard, Denys (1996). Nusa Jawa: silang budaya kajian sejarah terpadu: Jaringan Asia. 2. PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789796054534.  ISBN 979-605-452-3. ISBN 978-979-605-452-7
  2. ^ (Indonesia) Suryadikara, Fudiat (1984). Geografi dialek bahasa Banjar Hulu. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 11. 
  3. ^ (Indonesia) I.G.N. Anom (1996). Hasil Pemugaran dan Temuan Benda Cagar Budaya PJP I. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 164. 
  4. ^ (Indonesia) PENELITIAN AWAL TEMUAN PERAHU KUNA

Pranala luar