Luwuk, Banggai
Luwuk adalah sebuah kecamatan sekaligus pusat pemerintahan Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Luwuk berjarak 610 kilometer dari Kota Palu, ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Setelah pemekaran kecamatan Luwuk Utara, Luwuk Timur dan Luwuk Selatan kecamatan Luwuk memiliki wilayah seluas 72,82 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan dengan ketinggian mencapai 170 mdpl. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banggai tahun 2016, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 37.719 jiwa. Luwuk digadang-gadang akan menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Timur apabila moratorium pemekaran daerah dicabut dan usulan pemekaran dari provinsi Sulawesi Tengah tersebut disetujui oleh Pemerintah Pusat.
Luwuk | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Tengah | ||||
Kabupaten | Banggai | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Drs. Subhan Lanusi, M.Si. | ||||
Populasi | |||||
• Total | 37,719 jiwa (2.016) jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 72.01.04 | ||||
Kode BPS | 7202050 | ||||
Desa/kelurahan | 2/8 | ||||
|
Sejarah
Secara etimologi, Luwuk dari asal kata Luwok, Huk, yang artinya "Teluk". Sebelum menjadi nama Kota Luwuk, wilayah ini merupakan pelabuhan masyarakat Keleke, Asama Jawa dan Soho serta Dongkalan. Dalam perjalanan Pemerintahan, Luwuk ditetapkan menjadi pusat pemerintahan oleh Hindia Belanda pada tahun 1906, ibu kota Afdeling Sulawesi Bagian Timur, kemudian tahun 1908 dipindahkan ke Bau-Bau, Luwuk menjadi pusat wilayah onderafdeling pada tahun 1924. Kampung pertama yang terbentuk di pesisir Luwuk (teluk), yaitu:
- Kampung Asam Jawa, Kepala Kampung Pauh(1901-1926);
- Kampung Soho, Kepala Kampung Toansi Pauh (1926-1963;)
- Kampung Dongkalan, Kepala Kampung H.Kailo Sinukun (1940).
Masuknya pemerintahan Jepang tahun 1942, Luwuk menjadi kota pemerintahan Jepang dengan pemimpin bergelar Bunken Kanrikan. Pada tahun 1943, Jepang memerintahkan raja Banggai terakhir Syukuran Aminuddin Amir untuk memindahkan ibu kota Kerajaan Banggai di Luwuk, dan dirinya diangkat sebagai pemimpin dengan pangkat Suco (raja) Banggai. Pada tahun 1952, pemerintah Indonesia menetapkan Luwuk sebagai ibu kota Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Swapraja Banggai, dan pada tanggal 4 Juli 1952 Kota Luwuk ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Banggai, berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959.[1]
Geografi
Batas wilayah
Luwuk berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
Utara | Kecamatan Luwuk Utara |
Timur | Selat Peling |
Selatan | Kecamatan Luwuk Selatan |
Barat | Kecamatan Pagimana |
Pembagian administratif
Kecamatan Luwuk dibagi menjadi dua desa dan delapan kelurahan, antara lain:
Desa
- Lumpoknyo
- Tontouan
Kelurahan
- Baru
- Bungin
- Bungin Timur
- Karaton
- Keleke
- Luwuk
- Mangkio Baru
- Soho
Iklim
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rata-rata harian °C (°F) | 23.6 (74.5) |
23.7 (74.7) |
23.9 (75) |
23.4 (74.1) |
24.2 (75.6) |
23.8 (74.8) |
23.5 (74.3) |
23.5 (74.3) |
23.5 (74.3) |
24.1 (75.4) |
23.9 (75) |
23.8 (74.8) |
23.7 (74.7) |
Presipitasi mm (inci) | 107 (4.21) |
111.3 (4.382) |
156.9 (6.177) |
131.2 (5.165) |
143.9 (5.665) |
147.4 (5.803) |
150.9 (5.941) |
116.3 (4.579) |
56.9 (2.24) |
63.9 (2.516) |
93.2 (3.669) |
101.2 (3.984) |
1.380,1 (54,335) |
Rata-rata hari hujan atau bersalju | 21 | 18.2 | 16.9 | 14.1 | 15 | 14.6 | 12.2 | 11.3 | 9.7 | 10.7 | 13.9 | 19.3 | 176.9 |
% kelembapan | 84 | 83.7 | 83.5 | 84 | 83.5 | 82.9 | 80.3 | 77.9 | 76.8 | 78.9 | 81.8 | 83.7 | 81.8 |
Rata-rata sinar matahari harian | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.4 | 12.4 | 12.4 | 12.4 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 |
Sumber: Weatherbase[2] |
Demografi
Suku asli kota Luwuk yakni suku Saluan (Keleke-Soho, Mangkian Piala-Dongkalan, Nambo, Simpoung), suku Balantak, dan suku Banggai (meskipun Kota Banggai sudah berdiri, suku Banggai sudah banyak yang berdiam di Kota Luwuk) Kota ini masuk dalam wilayah Kerajaan Banggai.
Agama
Kota Luwuk merupakan pusat kegiatan keagamaan. Masjid Pertama adalah Masjid Al Hikmah Soho (1920), dirintis oleh Toansi Pauh, Imam Talla, Lengkas, Djafili, Ustadz Ngadimin, kemudian Masjid Mutahidah Dongkalan (1930), yang dirintis oleh Habib Said Al Bakar, Habib Awad Al Bakar, H. Kailo Sinukun, H. Thalib, H. Kalia Makmur, H. Siradjuddin Datu Adam.dan lainnya. Gereja pertama adalah Gereja Bukit Zaitun (1943), perintisnya, Pandeta Tumbelaka, Mantiri. Sedangkan Pusat Pemerintahan berada di wilayah Soho (1906 s/d 1963), Luwuk.
Sosial
Pendidikan
Kota Luwuk merupakan pusat kegiatan pendidikan di Banggai. Telah ada empat Universitas, yaitu Universitas Muhammadiyah Luwuk (Unismuh), Universitas Tompotika (Untika), Akademi Keperawatan Luwuk (Akper), dan Akademi Normal Luwuk (Amik). Lembaga-lembaga non-formal lainnya, adalah Gaja Madah Colege, Unhas Colege, Unstrat Coleg, LKP Widyagama dan Untad Coleg, serta Yayasan Pendidikan Insan Cita.
Sarana dan Prasarana
Ruang Terbuka Hijau
- Jumlah taman kota: 6 Taman kota
- Luas keseluruhan taman kota: 2 Ha
- Jumlah hutan kota: 1 Hutan kota
- Luas keseluruhan hutan kota: 0,5 Ha
- Jumlah Jalur Hijau Pengaman (JHP): 37 JHP
- Luas keseluruhan JHP: 18 Ha
Jalan Umum
- Arteri/Utama: 5,54 Km
- Kolektor/Penghubung: 32,60 Km
- Lokal/Lingkungan: 45,00 Km
Transportasi
Transportasi Udara
Kota Luwuk mempunyai sebuah bandara nasional yang berada di dalam kota, yaitu Bandara Syukuran Aminuddin Amir, terletak di Desa Bubung, Kecamatan Luwuk Selatan.
Transportasi Laut
Kota Luwuk juga mempunyai sebuah Pelabuhan Nasional yang juga berada di dalam wilayah kota, yaitu Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Luwuk terletak di Kecamatan Luwuk, Kelurahan Karaton.
Transportasi Darat
Transportasi darat di Luwuk meliputi transportasi tradisional dan modern.
Di kota Luwuk sedikitnya telah beroperasi 200 minibus angkutan kota (angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1, yaitu warna biru tua.
Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut penumpang antar kabupaten dalam maupun lintas provinsi.
Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata "argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada argometer yang melengkapi setiap taksi.
Ojek adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di kota lainnya, ojek merupakan 'taksi motor' yang selalu siap mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojek menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek. Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat sedang menunggu di tepi jalan.
Fasilitas
- Fasilitas Bandar Udara Bubung (sekarang nama Bandara sudah diganti nama Raja Banggai, yaitu Syukuran Aminuddin Amir) yang dilayani oleh Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Express Air, Wings Air, dan ke depan akan ditambah dengan Sky Aviation.
- Fasilitas pelabuhan kontainer dan penumpang di Teluk Lalong. Perusahaan pelayaran Mentari dan Tanto Intim Lines melayani muatan kargo, sementara Pelni melayani angkutan penumpang.
- Fasilitas perbankan yang dilayani oleh Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Danamon, Bank BCA, Panin, Bank Sulteng, Bank Mega, Bank Muamalat, dan Mandiri Syariah.
- Fasilitas pendidikan tinggi: Universitas Tompotika Luwuk dan Universitas Muhammadiyah Luwuk.
- Surat Kabar harian Luwuk Post dan tabloid mingguan Media Banggai.
Galeri
-
Pembangunan Luwuk Shopping Mall
-
Kantor Bupati Banggai
-
Dermaga Pelabuhan Luwuk
Referensi
- ^ Buku Sejarah Kabupaten Banggai, Haryanto Djalumang, Rajawali Press, Jakarta, 2012
- ^ "LUWUK, INDONESIA". weatherbase.com. Diakses tanggal 21 Juli 2017.