AXIS

layanan seluler di Indonesia
Revisi sejak 20 September 2020 12.49 oleh 112.215.65.200 (bicara)

AXIS (sebelumnya bernama Lippo Telecom & NTS) adalah sebuah produk layanan telekomunikasi dari XL Axiata, anak perusahaan dari Axiata. AXIS meluncurkan layanannya pada bulan April 2008 dan kini tersedia di lebih dari 400 kota di seluruh pulau-pulau besar Indonesia, termasuk Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Lombok. Berkantor pusat di Jakarta, AXIS merupakan operator seluler 2G, 3G dan 4G dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia, melayani lebih dari 15 juta pelanggan telepon seluler, didukung oleh lebih dari 800 pegawai yang berdedikasi.[1]

AXIS
IndustriOperator dan layanan telekomunikasi seluler Indonesia
Didirikan1 Mei 2001 (sebagai Lippo Telecom)
1 April 2007 (sebagai NTS)
1 April 2008 (sebagai AXIS)
Kantor
pusat
Jakarta, Indonesia
Tokoh
kunci
Erik Aas
(2008-2014)
Hasnul Suhaimi
(2014-2015)
Dian Siswarini
(2015-sekarang)
ProdukKartu seluler prabayar
PemilikUsaha Tegas (2005-2008)
Axiata Group (2014-sekarang)
IndukLippo Group (2001-2008)
Maxis Communications Berhad (2005-2008)
Saudi Telecom Company (2008-2014)
XL Axiata (2014-sekarang)
Situs webaxis.co.id

== Sejarah ==telekomunikasi selular adalah sebuah tipe telekomunikasi yang di dukung dengan perangkat selular seperti telepon tanpa kabel dan antena pemancar yang berintegrasi satu sama lain dan akan membagikan maupun memecah sinyal frekuensi yang akan di transformasikan pada perangkat telepon penunjang, teknologi selular dapat berjalan mandiri tanpa dukungan modul utama apabila di lakukan dalam sebuah kawasan yang terintegrasi dengan infrastruktur selular secara regional, adapun pengecualian apabila sistem telekomunikasi selular menjangkau sebuah komunitas global atau networking internasional maka di butuhkan sebuah kesepakatan baik antar negara atau perusahaan dan konfigurasi pada sebuah modul utama yang akan menimbulkan sebuah kesepakatan ekonomi antara beberapa organisasi.

Logo Lippo Telecom (2001-2008)
Logo NTS (2007-2008)
Logo AXIS saat di bawah kepemilikan STC (2008-2014)

Awal pendirian AXIS

PT Natrindo Telepon Seluler pada awalnya merupakan bagian dari Grup Lippo. Natrindo merupakan perusahaan operator telekomunikasi seluler GSM 1.800 MHz pertama di Indonesia dengan fokus awal untuk beroperasi di wilayah Jawa Timur dengan merek dagang Lippo Telecom sejak bulan Mei 2001. Natrindo kemudian berhasil mendapatkan lisensi untuk wilayah nasional dan diakuisisi oleh Maxis Communications Berhad, masing-masing sebesar 51% pada bulan Januari 2005[2] dan 44% pada bulan April 2007.[3] Pada bulan Juni 2007, Saudi Telecom Company mengakuisisi 51 persen saham Natrindo yang dimiliki Maxis, sehingga saham Maxis di Natrindo hanya tinggal 44 persen.[4]

Pada akhir bulan Februari 2008, Lippo Telecom dan Natrindo melebur menjadi AXIS untuk wilayah Jawa Timur saja, sedangkan untuk wilayah nasional, Natrindo berganti nama menjadi AXIS pada tanggal 1 April 2008. Saat ini, AXIS sudah mengembangkan jaringan 2G, 3G dan 4G-nya ke beberapa wilayah lain di Indonesia.

Pada tanggal 7 Juni 2011, berdasarkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, nama badan hukum perusahaan AXIS diubah dari PT Natrindo Telepon Seluler menjadi PT AXIS Telekom Indonesia.

Akuisisi XL Axiata terhadap AXIS

Logo pertama AXIS setelah diakuisisi oleh XL Axiata (8 April 2014-30 Maret 2015)
Berkas:Axis-XL.png
Versi lain dari Logo pertama AXIS setelah diakuisisi oleh XL Axiata (8 April-28 Oktober 2014)

XL telah menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi AXIS,[5] pada tanggal 26 Desember 2013. Perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales purchase agreement (CSPA) dilakukan dengan Saudi Telecom Company (STC) dan Teleglobal Investment BV (Teleglobal), yang merupakan anak perusahaan STC. XL disebut akan membayar nilai nominal saham yang disepakati dan akan membayar sebagian dari utang dan kewajiban AXIS.[6]

Kesepakatan perjanjian jual beli bersyarat ini meliputi beberapa hal, yaitu:

  • Teleglobal akan menjual 95 persen saham di AXIS kepada XL. 100 persen nilai perusahaan AXIS dinilai sebesar 865 juta dollar AS, dengan catatan buku AXIS bersih dari utang dan posisi kas nol (cash free and debt free). Harga Pembayaran akan digunakan untuk membayar nilai nominal saham AXIS, serta membayar utang dan kewajiban AXIS.
  • Transaksi tersebut akan rampung setelah mendapatkan persetujuan pemerintah terkait dan persetujuan pemegang saham XL melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).
  • Satu hal lagi, transaksi itu juga akan rampung apabila tidak ada perubahan dari kepemilikan spektrum.

"Kami yakin semua pemain di industri sepakat bahwa konsolidasi harus terjadi di industri telekomunikasi," kata Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi mengenai akuisisi ini.

Merril Lynch (Singapura) Pte Ltd (Bank of America Merril Lynch) bertindak sebagai penasihat keuangan dari XL untuk transaksi ini.[7][8][9]

Kemudian, pada tanggal 20 Maret 2014, XL telah menyelesaikan kesepakatan akuisisi AXIS dengan nilai transaksi USD 865 juta. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatangan dokumen penyelesaian transaksi pada tanggal 19 Maret 2014 antara XL dan STC. Dengan selesainya transaksi ini, maka XL telah secara resmi menyelesaikan proses akuisisi dan menjadi pemegang saham mayoritas di AXIS.[10]

Berkas:Axis XL.jpg
Logo AXIS setelah XL Axiata berganti logo (28 Oktober 2014-30 Maret 2015)

Tak hanya berhenti pada proses akuisisi saja, XL dan AXIS telah menjadi satu entitas bisnis setelah keduanya menandatangani akta merger pada tanggal 8 April 2014.[11] Dengan penggabungan ini, XL dan AXIS bersatu menjadi satu badan usaha yang melayani lebih dari 65 juta pelanggan di Indonesia. Presiden Direktur dan CEO XL, Hasnul Suhaimi mengatakan, merger ini menandai dimulainya konsolidasi industri telekomunikasi di Indonesia.

“Kami berterima kasih dan memberikan apresiasi tinggi atas dukungan dari semua pihak, terutama regulator, pemegang saham dan konsumen XL dan AXIS, sehingga merger ini akhirnya dapat terwujud," kata Hasnul dalam siaran pers.

Setelah penggabungan usaha ini, kedua perusahaan tersebut melakukan integrasi di segala bidang, termasuk integrasi jaringan, pelanggan, sistem tarif, hingga sumber daya karyawan. Integrasi akan dipimpin oleh Ongki Kurniawan, Chief Service Management Officer XL. Setelah integrasi selesai, tongkat kepemimpinan akan kembali ke Hasnul.

Wajah baru AXIS

Pada tanggal 30 Maret 2015, AXIS kembali hadir dengan wajah baru setelah bergabung dengan XL.[12] Kini, merek layanan yang identik dengan warna ungu itu menawarkan gaya hidup baru dalam menggunakan layanan telekomunikasi melalui penyediaan layanan yang simpel, terutama untuk sekadar menelpon, SMS, dan data/internet sesuai kebutuhan dengan tarif irit. Pengenalan kembali AXIS kali ini ditandai dengan peluncuran program gaya hidup “Iritology” yakni penawaran layanan Ngobrol Irit, Ngenet Irit, Awet Irit, Axis Hura-Hura (hanya ada di Sumatra saja, diluncurkan bulan September 2016)

Dian Siswarini mengatakan, “Peluncuran kembali merek AXIS ini adalah tindak lanjut dari proses merger dan akuisisi sebelumnya. Keputusan mempertahankan merek AXIS adalah untuk memberikan layanan yang lengkap kepada pelanggan, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. AXIS dan XL akan saling melengkapi satu sama lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Nah, untuk AXIS baru ini, kami mengenalkan konsep Iritologi yakni gaya hidup menggunakan layanan telekomunikasi yang simple sesuai kebutuhan dengan tarif irit.”

Produk

Saat ini, AXIS memiliki produk seluler GSM dengan merek dagang "AXIS". AXIS diluncurkan pada bulan April 2008, dengan wilayah operasi awal di Jawa dan Sumatra. Saat ini, AXIS sudah menjangkau lebih dari 80 persen populasi di Indonesia, meliputi Jawa, Bali, Lombok, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Layanan AXIS sudah tersedia di lebih dari 400 kota di seluruh Indonesia, dan diklaim sebagai operator terbesar keempat di Indonesia dalam hal luas wilayah jangkauan.[13]

Bekas produk

Produk AXIS diawal pendiriannya sebagai Natrindo dikenal dengan merek dagang Lippo Telecom, kemudian Solusi. Lippo Telecom hanya beroperasi di wilayah Jawa Timur.

Lihat pula

Referensi

Pranala luar