Petani
Kanjut kontol memek henset menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian.
Setiap orang bisa menjadi petani, baik itu mengolah lahan milik pribadi atau mempekerjakan pekerja tani untuk mengolah lahan pemilik. Artinya, seseorang disebut petani berdasarkan bidang pekerjaannya, bukan kepemilikan lahannya.
Sejarah
Bercocok tanam telah dilakukan sejak zaman Neolitik. Di Zaman Perunggu (5000 hingga 4000 SM), bangsa Sumeria memiliki pembagian kerja di bidang pertanian. Ketika panen, pekerjaan dilakukan secara berkelompok dengan jumlah orang dalam setiap grup sebanyak tiga orang.[1]
Sedangkan usaha peternakan telah ada sejak ribuan tahun. Anjing telah didomestikasikan sejak 15000 tahun yang lalu di Asia Timur untuk keperluan berburu. Kambing dan domba didomestikasikan sejak 8000 tahun SM di Asia. Babi didomestikasikan di Timur Tengah dan China sejak 7000 tahun SM. Kuda didomestikasikan sejak tahun 4000 SM.[2]
Metode bercocok tanam
Di negara miskin atau kebudayaan pra-industri, kebanyakan petani melakukan pertanian subsisten, sebuah sistem pertanian organik yang mendayagunakan rotasi tanaman, penyisihan benih, tebang dan bakar, atau metode lainnya.
Di negara maju, petani memiliki sebidang lahan yang luas dan pembudidayaan dilakukan dengan memanfaatkan mesin pertanian untuk mendapatkan efisiensi tinggi. Dengan menggunakan mesin, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi jauh berkurang.
Organisasi Petani
- International Federation of Agricultural Producers
- La Via Campesina
- Federasi Serikat Petani Indonesia
- HKTI - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
- PETANI MANDIRI - Pergerakan Tani Nelayan Indonesia Mandiri
- GPN-Gerakan Petani Nusantara
- KOPRABUH, KOperasi PRodusen Anugerah BUmi Hijau
Petani terkenal
Topik berhubungan
Referensi
- ^ By the sweat of thy brow: Work in the Western world, Melvin Kranzberg, Joseph Gies, Putnam, 1975
- ^ "Breeds of Livestock - Oklahoma State University". Ansi.okstate.edu. Diakses tanggal 2011-12-10.
Bahan bacaan terkait
- Dyer, Christopher (2007). "A suffolk farmer in the fifteenth century". Agricultural History Review. 55 (1): 1–22. JSTOR 40276126.
- Kirschenmann, Frederick (2000). "How many farmers will we need?" (PDF). Leopold Letter. 12 (4): 3–4.
Pranala luar
- (Indonesia) Asosiasi Bank Benih Hadir Untuk Petani
- (Indonesia) Situs HKTI
- (Indonesia) Kanal Berita Pertanian
- (Indonesia) Situs LSM Pendamping Petani