Fajar Adriyanto

perwira tinggi dan penerbang tempur TNI AU
Revisi sejak 13 Desember 2020 11.49 oleh NaidNdeso (bicara | kontrib)

Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto, M.Si. (Han) (lahir 20 Juni 1970) adalah seorang perwira tinggi TNI-AU yang sejak 18 November 2020 mengemban amanat sebagai Kepala Pusat Pembinaan Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara.[1]

Fajar Adriyanto
Marsekal Pertama Fajar Adriyanto sebagai Kepala Pusat Pembinaan Potensi Dirgantara TNI AU
Kepala Pusat Pembinaan Potensi Dirgantara TNI AU
Mulai menjabat
18 November 2020
Sebelum
Pendahulu
Marsma TNI Basuki Rochmat
Pengganti
Petahana
Sebelum
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara
Masa jabatan
6 Mei 2019 – 18 November 2020
Komandan Pangkalan Udara Manuhua
Masa jabatan
8 Oktober 2017 – 6 Mei 2019
Sebelum
Pengganti
Daan Sulfi
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir20 Juni 1970 (umur 54)
Indonesia Bandung, Jawa Barat
KebangsaanIndonesia Indonesia
Suami/istriNy. Dewi Kurnia Widhi Astuti
Anak1. Naufal Firdaus Sandy Kusuma
2. Akmal Fadhilah Randy Kusuma
AlmamaterAkademi Angkatan Udara (1992)
Penghargaan sipilBrevet "Tanggap Tangkas Tangguh" - BNPB,

Penghargaan Pengelolaan BMN Terbaik Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), Biak Numfor

Penghargaan "Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)" - KemenpanRB
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Udara
Masa dinas1992—sekarang
Pangkat Marsekal Pertama TNI
SatuanKorps Penerbang
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Fajar, merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1992[2] dan menjadi penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki callsign "Red Wolf". Ia juga merupakan alumni dari SMA Negeri 1 Malang tahun 1989. Beliau pernah mengemban jabatan sebagai komandan Skadron 3 Lanud Iswahyudi dari tahun 2007 - 2010, Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Manuhua, Biak, pada 8 Oktober 2017 hingga 6 Mei 2019.[3][4][5]

Fajar, juga salah seorang pelaku sejarah atas peristiwa terjadinya duel tempur pesawat-pesawat F-16 TNI AU dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet Angkatan Udara Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean pada tahun 2003.

Beberapa penghargaan yang diterimanya adalah Sertifikat dan Brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" dari BNPB, peraih tesis terbaik ketika menempuh pendidikan di tingkat Pasca Sarjana di Universitas Pertahanan Indonesia.[6]

Pendidikan

Pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas ditempuhnya di SMA Negeri 1 Malang dari tahun 1986 hingga 1989. Setelah itu melanjutkan ke pendidikan militer di Akademi Angkatan Udara yang akhirnya diselesaikan pada tahun 1992.[2]

Ia menempuh pendidikan tingkat Pasca Sarjana di Universitas Pertahanan Indonesia dengan mengambil program studi "Disaster Management for National Security". Dalam masa pendidikan tersebut, ia pernah mendapatkan sertifikat dan brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" yang diberikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr. Syamsul Ma'arif, M.Si. dan merupakan satu-satu perwakilan TNI yang menerimanya.[7] Pendidikan ini ia selesaikan dengan menjadi peraih tesis terbaik, dengan judul "Pengerahan Kekuatan Udara (Air Power) dalam Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana di daerah Terpencil".[6]

Umum

Militer

Karier

Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1 Malang tahun 1989, ia melanjutkan ke Akademi Angkatan Udara yang diselesaikannya pada tahun 1992.

Insiden Bawean 2003

Fajar termasuk salah satu pilot F-16 TNI AU yang pernah terlibat dalam peristiwa duel udara dengan pesawat-pesawat F/A-18 Hornet, Angkatan Udara Amerika Serikat yang terjadi di wilayah udara Pulau Bawean, pada 3 Juli 2003. Pada saat itu radar Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia dan Pusat Operasi Pertahanan Nasional menangkap ada lima titik mencurigakan yang terbang dalam formasi rapat dan tidak teridentifikasi. Namun ketika satu flight pesawat tempur TNI AU dikirimkan untuk melakukan identifikasi, tidak ditemukan obyeknya. Dua jam kemudian, terlihat manuver-manuver pesawat terbang tanpa identitas dan ada laporan dari para penerbang pesawat Bouraq Indonesia Airlines dan Tigerair Mandala bahwa manuver-manuver mereka yang berkecepatan tinggi sudah membahayakan kesalamatan dan keamanan penerbangan sipil berjadual. Pesawat-pesawat itu juga tidak melakukan komunikasi dengan menara pengatur lalu-lintas penerbangan nasional.[8]

Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia, saat itu dijabat Marsekal Muda TNI Teddy Sumarno, mengirimkan dua F-16 B untuk melakukan misi mencegat, mengidentifikasi dan mengusir mereka dari wilayah udara nasional. Penerbangan ini memiliki call sign Falcon Flight. Pemimpin penerbangan bersandikan Falcon 1 yang diawaki oleh Ian Fuady dan Fajar Adriyanto. Falcon 2 diawaki oleh Kapten PNB Tony Heryanto dan Kapten PNB Satriyo Utomo. Dalam misinya, mereka bertugas untuk identifikasi visual dan menghindari konfrontasi, dengan cara tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam.[8]

Ketika Falcon Flight tiba di lokasi, mereka langsung disambut oleh dua pesawat F/A-18 Hornet milik Angkatan Udara Amerika Serikat sehingga mereka terlibat dalam perang radar (radar jamming). Dalam peristiwa itu, salah satu penerbang tempur TNI AU sudah dalam posisi terkunci secara radar oleh penerbang tempur AU AS. Sedang pesawat lainnya sedang saling berkejaran dalam posisi dog fight cukup ketat. Pesawat TNI AU kemudian berinisiatif melakukan gerakan menggoyang sayap (rocking wing) yang menyatakan bahwa mereka tidak dalam posisi mengancam pesawat AU AS.[8]

Ketika komunikasi berhasil dibuka, diketahui bahwa kedua pesawat AU AS dan jajaran kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Carl Vinson (CVN-70), merasa bahwa mereka berlayar di wilayah perairan internasional dan meminta agar kedua pesawat TNI AU untuk menjauh. Namun disampaikan oleh pesawat TNI AU bahwa mereka, pesawat-pesawat AU AS berada dalam wilayah kedaulatan Republik Indonesia sesuai dengan Deklarasi Djuanda. Falcon Flight meminta mereka untuk segera mengontak ke ATC setempat, Bali Control, yang hingga saat itu tidak mengetahui keberadaan mereka. Mengetaui adanya itu, pesawat-pesawat AU AS itu kemudian terbang menjauh.[8]

Komandan Pangkalan TNI AU Manuhua, Biak

Tongkat komando komandan pangkalan udara (lanud) Manuhua, Biak, resmi diembannya pada 8 Oktober 2017 dalam prosesi serah terima jabatan yang berlangsung di gedung Farsyos Kosek Hanudnas IV, Biak, dimana prosesinya dipimpin oleh Pangkoops II TNI AU, Marsekal Muda TNI Yadi Indrayadi Sutandika, MSS. Kolonel PNB Fajar menggantikan Kolonel PNB Marsudiranto Widyatmaka, M.Tr. (Han).[3] Dan pada 20 Mei 2019 bertempat di hanggar skadron 27, Lanud Manuhua, Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II, Marsekal Muda TNI Andyawan Martono P, S.I.P memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Lanud Manuhua dari Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto kepada Kolonel PNB Daan Sulfi, S.Sos, M.Si, M.Han.[9]

Kepala Dinas Penerangan TNI AU

Ia dilantik sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI-AU secara resmi oleh Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M. pada 13 Mei 2019 dengan upacara militer di auditorium IG. Dewanto, Markas Besar TNI-AU, menggantikan Marsekal Pertama TNI Novyan Samyoga dan merupakan pejabat ke-32.[10]

Kepala Pusat Potensi Dirgantara TNI AU

Fajar mendapatkan kepercayaan sebagai Kepala Pusat Pembinaan Potensi Dirgantara TNI Angkatan Udara (Kapuspotdirga) sejak 18 November 2020 menggantikan Marsma TNI Basuki Rochmat. Pergantian ini didasarkan pada Surat Keputusan Panglima TNI nomor Kep/911/XI/2020 yang diterbitkan per 18 November 2020.[1]

Jabatan militer

Penghargaan

Brevet/Wing

  • Wing Penerbang TNI AU
  • Brevet "Tanggap Tangkas Tangguh" dari BNPB[7]

Penghargaan/Tanda Jasa

Referensi

  1. ^ a b c "Panglima TNI Mutasi 129 Pati dari Tiga Matra - Halaman 4". CNN Indonesia. 20 November 2020. Diakses tanggal 13 Desember 2020. 
  2. ^ a b c "Angkatan 92". TNI AU. 14 September 2012. Diakses tanggal 10 Juni 2019. 
  3. ^ a b c Irvan, Ahmad (10 Oktober 2017). "Kolonel Penerbang Fajar Adriyanto, Pegang Tongkat Komando Lanud Manuhua Biak". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 28 Juni 2019. 
  4. ^ a b TNI, Dinas Penerangan (27 Desember 2007). "Mayor PNB Fajar Adriyanto Komandan Skadron Udara 3 yang Baru". TNI MIL ID. Diakses tanggal 10 Juli 2020. 
  5. ^ a b TNI, Dinas Penerangan (05 Mei 2010). ""HYENA" Gantikan "RED WOLF"". TNI MIL ID. Diakses tanggal 10 Juli 2020. 
  6. ^ a b c d "PAMEN TNI AU Raih Thesis Terbaik Wisuda UNHAN". TNI AU. 21 Mei 2012. Diakses tanggal 28 Juni 2019. 
  7. ^ a b "Brevet Untuk Letkol Pnb Fajar". TNI Angkatan Udara. 8 Februari 2012. Diakses tanggal 28 Juni 2019. 
  8. ^ a b c d P. Marboen, Ade (15 Maret 2017). "F-16 nomor registrasi TS-1603 berjasa pada insiden Pulau Bawean". Antara News. Diakses tanggal 09 Juli 2020. 
  9. ^ a b Koopsau III, Penerangan (20 Mei 2019). "Pangkoopsau III Pimpin Sertijab Danlanud Manuhua". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 28 Juni 2019. 
  10. ^ a b TNI AU, Dinas Penerangan (14 Mei 2019). "Sertijab Kadispenau Pilot Tempur F-16 Pimpin Kehumasan TNI AU". TNI AU. Diakses tanggal 13 Desember 2020. 
  11. ^ Dinas Penerangan, TNI AU (02 Maret 2018). "Lanud Manuhua Biak Mendapat Gelar Terbaik KPKNL Award". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 09 Juli 2020. 
  12. ^ "Dispenau Terima Penghargaan Zona Integritas". Tangerang Online. 10 Desember 2019. Diakses tanggal 09 Juli 2020. 
  13. ^ "Apresiasi dan Penganugerahan Zona Integritas". Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia. 10 Desember 2019. Diakses tanggal 09 Juli 2020. 

Lihat juga

Pranala luar

Jabatan militer
Didahului oleh:
Marsma TNI Basuki Rochmat
Kadispotdirga
2020—sekarang
Petahana
Didahului oleh:
Marsma TNI Novyan Samyoga
Kadispenau
2019—2020
Diteruskan oleh:
Kolonel Pnb Indan Gilang Buldansyah
Didahului oleh:
Kolonel Pnb Fajar Adriyanto
Komandan Lanud Manuhua
8 Oktober 20176 Mei 2019
Diteruskan oleh:
Kolonel Pnb Daan Sulfi
Didahului oleh:
Letkol Pnb Age Wiraksono
Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswajudi
27 Desember 20075 Mei 2010
Diteruskan oleh:
Letkol Pnb Ian Fuady