Orang Altai

suku bangsa di Rusia

Orang Altai (disebut juga Altay) adalah suku Turkik yang tinggal di Republik Altai dan Krai Altai di Siberia, Federasi Rusia. Beberapa orang Altai juga tinggal di Mongolia dan Xinjiang di Tiongkok.[2] Orang Altai sendiri terdiri dari banyak suku dan klan.

Orang Altai
Daerah dengan populasi signifikan
 Rusia 74.238[1]
Bahasa
Altay, Rusia
Agama
Tengrisme, Syamanisme, Burkhanisme, Ortodoks Rusia, Buddhisme Tibet, Islam Sunni
Kelompok etnik terkait
Mongol, Ket, Samoyed dan suku Turkik lainnya

Altai dibagi menjadi dua kelompok besar:[3]

  • Altai Utara yang meliputi Tubalar (Tuba-Kizhi), Chelkan dan Kumandin.
  • Altai Selatan yang meliputi Altai-Kizhi, Teleut, dan Telengit.

Sejarah

Bukti linguistik, genetik dan arkeologi terbaru menunjukkan bahwa bangsa Turk merupakan keturunan dari komunitas pertanian di Tiongkok Timur Laut yang pindah ke barat menuju Mongolia pada akhir milenium ke-3 SM, di mana mereka mulai mengadopsi gaya hidup menggembala.[4][5][6][7][8] Pada awal milenium pertama SM, orang-orang ini menjadi penunggang kuda nomaden.[4] Pada abad-abad berikutnya, populasi stepa di Asia Tengah tampaknya telah secara bertahap digantikan oleh orang-orang Turk nomaden dari Asia Timur yang hijrah dari Mongolia.[9][10]

Pemukiman etnis yang heterogen muncul di wilayah tempat orang Altai hidup saat ini selama Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Dari abad kelima SM dan seterusnya, orang-orang Turki menetap di daerah tersebut dan segera membaur dengan penduduk pribumi. Wilayah itu kemudian ditaklukkan dan mendapat pengaruh dari Xiongnu, Kekhanan Rouran, Kekhanan Turk, Kekhanan Uighur dan Kyrgyz Yensei. Selama periode waktu inilah rakyat pribumi di daerah itu mengadopsi bahasa dan budaya Turk.[11]

Dari abad ketiga belas hingga kedelapan belas, orang Altai didominasi secara politik dan budaya oleh orang Mongol. Asal-usul suku Altai selatan dapat ditelusuri selama periode ini sebagai hasil pencampuran suku Kipchak dan Mongol. Sementara itu, suku Altai Utara merupakan hasil perpaduan suku-suku Turk dengan orang Samoyed, Ket, dan pribumi Siberia lainnya.[11]

Altai dianeksasi oleh Empat Oirat dari Mongol Barat pada abad ke-16. Bangsa Mongol menyebut mereka "Telengid" atau "Telengid aimag". Setelah jatuhnya Kekhanan Zunghar pada abad ke-18, suku Altai diperintah oleh Dinasti Qing, yang menyebut mereka sebagai Altan Nuur Uriyangkhai.[12] Namun, suku Altai secara genetik berbeda dengan Uriyangkhai, yang merupakan kelompok etnis Oirat Mongol di Mongolia.

Altai melakukan kontak dengan orang Rusia pada abad ke-18. Pada periode tsar, Altai dikenal sebagai oirot atau oyrot (berarti oirat). Suku Altai melaporkan bahwa banyak dari mereka menjadi kecanduan vodka yang dibawa orang Rusia, yang mereka sebut "air api".[13]

Berkaitan dengan agama, beberapa Altai tetap memeluk Syamanisme dan yang lainnya (dalam tren yang dimulai pada pertengahan abad ke-19) telah berpindah ke Gereja Ortodoks Rusia. Pada tahun 1904, sebuah gerakan keagamaan yang disebut Ak Jang atau Burkhanisme muncul di kalangan orang-orang Altai.[14]

Dengan bangkitnya revolusi 1917, Altai berusaha membuat wilayah mereka menjadi republik Burkhanis yang terpisah yang disebut Oyrot. Dukungan mereka untuk Menshevik selama Perang Saudara Rusia menyebabkan usaha itu gagal setelah kemenangan Bolshevik dan berkuasanya Josef Stalin. Selama Perang Dunia II dan era Pembersihan Besar-Besaran, rezim Stalin menuduh suku Altai sebagai pihak pro-Jepang. Kata "oyrot" dinyatakan sebagai kontrarevolusioner. Pada tahun 1950, kebijakan industrialisasi Soviet dan pembangunan di daerah ini memicu migrasi besar-besaran orang Rusia ke wilayah Altai, yang mengurangi persentase suku Altai dalam total populasi dari 50% menjadi 20%.[15] Pada awal abad ke-21, etnis Altai membentuk sekitar 31% dari populasi Republik Altai.[16]

Catatan kaki

  1. ^ Russian Census 2010: Population by ethnicity Diarsipkan 2012-04-24 di Wayback Machine. (dalam bahasa Rusia)
  2. ^ Olson, James Stuart (1998). An Ethnohistorical Dictionary of China. Greenwood Publishing Group. hlm. 9–11. ISBN 978-0-313-28853-1. 
  3. ^ Skutsch, Carl, ed. (2005). Encyclopedia of the World's Minorities. New York: Routledge. hlm. 81–83. ISBN 1-57958-468-3. 
  4. ^ a b Robbeets 2017, hlm. 216–218.
  5. ^ Robbeets 2020.
  6. ^ Nelson et al. 2020.
  7. ^ Li et al. 2020.
  8. ^ Uchiyama et al. 2020.
  9. ^ Damgaard et al. 2018, hlm. 4–5
  10. ^ Lee & Kuang 2017, hlm. 197
  11. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  12. ^ C.P.Atwood- Encyclopedia of Mongolia and the Mongol Empire, p.9
  13. ^ "People from Russia — Interviews on the Streets", Way To Russia, 24 September 2003
  14. ^ Znamenski, Andrei A. (2014-06-30). "Power for the Powerless : Oirot/Amursana Prophecy in Altai and Western Mongolia, 1890s–1920s". Études mongoles et sibériennes, centrasiatiques et tibétaines (dalam bahasa Inggris) (45). doi:10.4000/emscat.2444 . ISSN 0766-5075. 
  15. ^ "Altay" Diarsipkan 2006-04-24 di Wayback Machine., Centre for Russian Studies, NUPI, retrieved 17 Oktober 2006
  16. ^ "Altai Republic :: official portal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-13.