Katilayu (batu)
Ambar atau amber adalah resin pohon yang menjadi fosil dan dihargai karena warna serta kecantikannya. Ambar berkualitas bagus digunakan dalam pembuatan barang permata dan ornamen. Meski tidak termineralisasi, ambar sering digolongkan sebagai sebuah batu permata.
Ambar sering disalahpahami terbentuk dari getah pohon; padahal tidak. Getah adalah cairan yang bersirkulasi melalui sistem pembuluhnya tanaman, sedangkan resin merupakan substansi organik amorf setengah-padat yang dikeluarkan dalam kantung dan kanal (saluran) melalui sel epitelium pada tanaman.
Sebagian besar amber di dunia ini berumur 30 sampai 90 juta tahun. Karena dulunya adalah resin pohon yang lunak dan lengket, kadang-kadang di dalam ember terdapat serangga dan bahkan hewan vertebrata yang kecil.
Resin setengah terfosilkan atau amber sub-fosil dikenal sebagai kopal.
Tidak hanya berwarna oranye kekuning-kuningan, ambar memiliki warna yang beragam mulai dari keputih-putihan, kuning limau yang pucat, coklat, dan hampir hitam. Ambar berwarna merah (terkadang dikenal sebagai "cherry amber"), hijau, dan biru termasuk langka dan sangat dicari-cari.
Kebanyakan ambar yang bernilai tinggi memiliki permukaan transparan, tapi amber yang keruh dan gelap juga sangat umum. Amber yang permukaannya gelap berisikan sejumlah gelembung renik. Amber jenis ini dikenal sebagai "bastard amber", meski kenyataannya ia adalah ambar sungguhan.
Asal mula istilah
Kata amber berasal dari kata anbargris atau ambergris dari bahasa Arab kuno dan merujuk pada zat wewangian berminyak yang disekresikan oleh ikan paus sperma. Ambergris mengapusng di air dan terhanyut ke pantai. Karena terjadi kebingungan istilah (lihat: Abu Zaid al Hassan from Siraf & Sulaiman the Merchant (851), Silsilat-al-Tawarikh (travels in Asia), amber menjadi nama untuk resin fosil, yang ditemukan pula di pantai dan lebih ringan dari batu, tapi tidak cukup ringan untuk mengambang.
Keberadaan serangga di dalam ambar dituliskan oleh Pliny the Elder dalam Naturalis Historia karangannya dan mengarahkannya pada teori bahwa ambar harus berada dalam keadaan cair untuk menyelubungi tubuh serangga. Oleh karena itu Pliny menjulukinya succinum atau batu getah, sebuah nama yang masih digunakan sampai sekarang untuk mendeskripsikan asam suksinat (sama pula halnya dengan succinite, istilah yang diberikan untuk jenis ambar tertentu oleh James Dwight Dana).
Nama Yunani untuk ambar adalah ηλεκτρον (Elektron) dan berhubungan dengan Dewa Matahari yang digelari Elector atau Yang Membangunkan.[1] Theophrastus mengelompokkan ambar dan magnetit sebagai mineral yang memiliki daya tarik.
Ambar yang dipanaskan akan mengalami pelunakan dan akhirnya terbakar, itulah yang menyebabkan kata amber dalam bahasa Jermanik merupakan terjemahan harfiah dari burn-Stone (Bernstein dalam bahasa Jerman, barnsteen dalam bahasa Belanda.).
Lihat pula
Rujukan
- ^ King, Rev. C.W. (1867). The Natural History of Gems or Decorative Stones. Cambridge (UK).Amber Chapter, Online version
Pranala luar
- The World of Amber Professor Aber's amber page, Earth Science Department of Emporia State University
- Farlang many full text historical references on Amber Theophrastus, George Frederick Kunz, and special on Baltic amber.
- IPS Publications on amber inclusions International Paleoentomological Society: Scientific Articles on amber and its inclusions
- Webmineral on Amber Physical properties and mineralogical information
- Mindat Amber Image and locality information on amber
- NY Times 40 million year old extinct bee in Dominican amber