Alam Ara (bahasa Indonesia: Cahaya Dunia) adalah sebuah film fantasi berbahasa Hindi-Urdu India tahun 1931 yang disutradarai dan diproduseri oleh Ardeshir Irani. Film tersebut dibintangi oleh Master Vithal dan Zubeida sebagai pemeran utama, dengan Muhammad Wazir Khan, Jilloo, Sushila, Prithviraj Kapoor, Elizer, Jagdish Sethi, L. V. Prasad, dan Yaqub tampil sebagai karakter pendukung. Film tersebut mengisahkan tentang seorang perempuan dan pertemuannya dengan seorang pangeran muda.

Alam Ara
Sebuah poster untuk Alam Ara, menampilkan Master Vithal membaringkan tubuh Zubeida pada tangannya pada bagian kanan dan Zubeida sendiri pada bagian kanan. Nama perusahaan produksi terletak pada bawah poster. Judul film terdapat pada atas poster, dengan slogan promosionalnya terletak tepat di bawahnya.
Poster rilis teatrikal
SutradaraArdeshir Irani
ProduserArdeshir Irani
SkenarioArdeshir Irani
Cerita
  • Joseph David
  • Ardeshir Irani
Berdasarkan
Alam Ara
oleh Joseph David
Pemeran
Penata musik
  • Firozshah Mistry
  • B. Irani
SinematograferAdi M. Irani
PenyuntingEzra Mir
Perusahaan
produksi
Imperial Film Company
Tanggal rilis
  • 14 Maret 1931 (1931-03-14)
Durasi124 menit[1]
NegaraIndia
BahasaHindustan
Anggaran40–60 ribu[a]

Irani terinspirasi untuk membuat sebuah film bersuara pasca menonton film drama romansa 1929 Harry A. Pollard Show Boat (Kapal Pertunjukan). Cerita untuk Alam Ara ditulis oleh Irani dan Joseph David dan diadaptasi dari sebuah drama panggung dengan nama serupa. Pengambilan gambar utama berlangsung selama empat bulan di Bombay (kemudian Mumbai) dan dilakukan tengah malam antara pukul 01.00 hingga 04.00 pagi untuk menghindari suara kereta api di dekat studio. Irani memakai sistem suara tunggal Tanar untuk perekaman suara film tersebut. Firozshah Mistry dan dan B. Irani menggubah seluruh tujuh lagunya.

Alam Ara dirilis pada 14 Maret 1931 dan dipromosikan dengan slogan "Semua berbicara, bernyanyi, dan menari". Biaya produksi film tersebut berkisar dari 40 ribu (sekitar AS$118,7 ribu pada 1931) hingga 50 ribu (sekitar AS$148,4 ribu pada 1931). Tidak ada data mengenai laba film tersebut, tetapi sejarawan film menyebutnya sangat sukses. Alam Ara menerima pujian maupun kritikan dari para pengamat; pujian telah diberikan untuk kinerja pemeran dan musiknya, sementara kualitas suaranya telah menuai kritikan.

Secara umum, film ini dikenal sebagai film bersuara India pertama. Karena tidak ada salinan yang diketahui masih tersedia hingga kini, Alam Ara adalah sebuah film hilang; hanya beberapa potret adegan dan lagu yang masih sintas.

Alur

Film tersebut dimulai dengan kisah seorang raja dan kedua istrinya Dilbahar dan Naubahar yang tidak memiliki anak. Pada suatu hari, seorang fakir memberi tahu Naubahar bahwa ia akan dikaruniai dengan seorang putra, namun ia harus mendapatkan sebuah kalung dari leher seekor ikan agar putranya bertahan hidup setelah usia ke-18. Sementara Naubahar melahirkan seorang putra bernama Qamar, Dilbahar justru secara diam-diam mulai menyukai senapati Adil. Mengetahui itu, raja kemudian menangkap Adil dan mengusir istrinya yang tengah hamil, Mehar Nigar. Mehar melahirkan seorang putri, Alam Ara, tetapi meninggal tidak lama setelahnya. Seorang shikari[b] lalu menjadi pengasuh bagi Ara.

Dilbahar yang cemburu kepada Naubahar mengetahui tentang kondisi Qamar, dan mengganti kalung yang asli dengan yang palsu ketika seekor ikan yang telah diceritakan muncul pada ulang tahun ke-18 Qamar. Naubahar gagal untuk mendapatkan kalung yang benar, mengakibatkan Qamar meninggal. Meski begitu, keluarganya tidak membuang mayatnya dan menanyai insiden tersebut kepada fakir serupa. Di samping itu, Ara mengetahui tentang penderitaan ayahnya dari shikari-nya dan bersumpah untuk membebaskan ayahnya.

Qamar hidup kembali setiap malam ketika Dilbahar melepaskan kalung tersebut dari lehernya, dan meninggal kembali ketika Dilbahar memakainya. Pada salah satu kunjungannya ke istana, Ara menemukan Qamar yang tengah hidup dan kemudian jatuh cinta. Pihak istana mengetahui tentang kelicikan Dilbahar, dan sukses untuk mendapatkan kalung yang sebenarnya. Adil setelahnya dibebaskan, dan Qamar dan Ara hidup dengan bahagia.[5]

Pemeran

Peran-peran lainnya dimainkan oleh Jilloo, Sushila, Elizer, Jagdish Sethi, L. V. Prasad, dan Yaqub.[9]

Produksi

Dua potret adegan Alam Ara. Pada 2008, National Film Archive of India menyatakan bahwa seluruh salinan untuk film tersebut telah hilang.

Setelah menonton film drama Harry A. Pollard Show Boat (Kapal Pertunjukan, 1929) di Excelsior Theatre di Bombay (sekarang Mumbai),[10][c] sutradara Ardeshir Irani terinspirasi untuk membuat sebuah film bersuara, berbeda dari proyek terdahulunya yang semuanya merupakan film bisu. Berbicara kepada Bhagwan Das Garga pada 1949, ia mengatakan, "Tetapi kami tidak memiliki pengalaman ... Walaupun demikian, kami memutuskan untuk terus maju."[3] Proyek tersebut berjudul Alam Ara dan diproduksi oleh Irani untuk Imperial Film Company (IFC), spanduk produksinya yang dibentuk pada 1926.[12] Ceritanya ditulis oleh Irani dan Joseph David—seorang dramawan dari Bombay—dan berdasarkan pada sebuah drama Parsi bernama sama karya David.[13] Di samping itu, Irani juga menulis skenario.[14]

Pilihan pertama untuk memainkan peran utama perempuan dalam Alam Ara jatuh kepada Ruby Myers, bintang papan atas IFC.[11] Karena ketidakfasihannya berbahasa Hindustan (gabungan bahasa Hindi dan bahasa Urdu yang digunakan dalam Bollywood hingga 1970-an), Irani menggantikan Myers dengan Zubeida.[15] Myers setelahnya mengambil cuti karier selama setahun untuk melatih kemampuannya dalam bahasa tersebut.[16] Hal serupa terjadi pada pemilihan pemeran utama laki-laki film tersebut; pilihan awal Irani adalah Mehboob Khan. Namun, ia mengurungkan niatnya dan memutuskan sebuah nama yang dianggap olehnya lebih "komersial".[11] Mendatang, Khan mengakui bahwa ia "kesal" tidak mendapatkan kesempatan tersebut.[17] Irani mendekati pemeran pengganti terkenal pada masa tersebut, Master Vithal;[11] Untuk mengambil tawarannya, Vithal membatalkan kontrak dengan Saradhi Studios, yang malah berujung membuatnya terjerat sebuah persidangan setelah studio menggugatnya. Ia berhasil untuk bebas dengan bantuan politisi Pakistan Muhammad Ali Jinnah.[18]

Pengambilan gambar utama dilakukan di Jyoti Studios di Bombay selama empat bulan oleh Adi M. Irani dengan menggunakan peralatan dari Bell & Howell.[19] Ardeshir Irani merahasiakan proyek tersebut selama masa produksi.[3] H. M. Reddy, Bharucha, Gidwani, dan Pessi Kerani ditunjuk sebagai asisten bagi sutradara tersebut.[20] Dikarenakan letak studio berada di dekat sebuah rel kereta api, pemfilman akan dilakukan pada waktu-waktu sepi, antara 01.00 dan 04.00 pagi, dengan menggunakan lampu buatan.[5] Surendra Miglani dari The Tribune menyatakan bahwa sejumlah mikrofon diletakkan di sekitar para pemeran dan tempat-tempat tersembunyi selama pengambilan gambar.[5]

Dibantu oleh Wilford Deming (seorang perancang suara Amerika Serikat), ia mempelajari dasar-dasar perekaman suara dan membuat sistem suara Tanar.[21] Deming menagih 100 (sekitar AS$297 pada 1931)[d]—jumlah yang besar ketika itu—sebagai upah untuk melakukan perekaman suaranya, namun, Ardeshir Irani menolaknya dan kemudian mengerjakan tahap tersebut bersama pengacara dan pengelola IFC Rustom Bharucha.[3] Mereka memakai Tanar, sebuah sistem suara tunggal di mana suara direkam secara langsung selama pengambilan gambar.[3] American Cinematographer melaporkan bahwa proses tersebut adalah kendala terbesar selama proses produksi.[22] Perekaman suara diselesaikan sebulan kemudian.[23] Film tersebut didanai oleh konglomerat Seth Badriprasad Dube, dan anggarannya berkisar antara 40 ribu (sekitar AS$118,7 ribu pada 1931)[d] dan 60 ribu (sekitar AS$178,1 ribu pada 1931).[24][d] Melansir dari majalah Lifo, seluruh kru dan pemeran sangat senang telah menjadi bagian dari film tersebut dan bersedia untuk dibayar lebih sedikit.[18] Ezra Mir kemudian menyunting Alam Ara dan, setelah pemotongan akhir, panjang gulungan film tersebut adalah 10.500 kaki (3.200 m).[26]

Musik

Alam Ara tidak mengkreditkan baik nama pengarah musik dan penulis lirik.[27] Menurut sejarawan musik Harmandir "Hamraaz" Singh, film tersebut menampilkan tujuh lagu: "De De Khuda Ke Naam Pe Pyaare", "Badla Dilwayega Yaar Ab Tu Sitamgaroon Se", "Rootha Hai Aasmaan", "Teri Kateelee Nigaahon Ne Mara", "De Dil Ko Aaram Aey Saaki Gulfaam", "Bhar Bhar Ke Jaam Pila Ja", dan "Daras Bin Morey Hain Tarse Nayna Pyare".[5] Ferozshah Mistri adalah penggubah seluruh musik tersebut, menurut klaim anak laki-lakinya Kersi Mistri, dan buklet promosional yang diterbitkan selama perilisan film tersebut juga menyebutkan nama B. Irani.[5] Walaupun demikian, Ardeshir Irani tidak pernah menyebut secara pasti nama penggubah musiknya: "Saya hanya memiliki dua musisi—seorang pemain tabla dan seorang pemain harmonium, yang dijauhkan dari jangkauan kamera."[18] Tidak ada informasi mengenai penulis lirik untuk Alam Ara, dan Ardeshir Irani menyatakan bahwa ia tidak pernah mengetahuinya.[28]

"De De Khuda Ke Naam Pe Pyaare" (dinyanyikan oleh Muhammad Wazir Khan) dikenal sebagai lagu pertama dalam perfilman India. Lagu tersebut sangat populer pada masanya, dan menjadi sebuah terobosan dalam karier Khan. Jurnalis Surenda Miglani merasa bahwa Khan "[menampilkan] teknik penyanyian playback yang tidak lazim pada saat tersebut.[5] Saregama menaungi perilisan lagu tersebut.[29] Enam lagu sisanya dinyanyikan oleh Zubeida.[18]

Perilisan dan penerimaan

 
Sebuah iklan untuk Alam Ara di Majestic Cinema, 1931

Dipromosikan dengan slogan, "Semua berbicara, bernyanyi, dan menari", film tersebut dirilis secara perdana di Majestic Cinema, Bombay pada 14 Maret 1931; pemutarannya di sana bertahan selama delapan minggu.[30] Ramesh Roy, seorang pesuruh kantor IFC, ditugaskan untuk membawa gulungan film tersebut ke bioskop. Diwawancarai oleh jurnalis Mayank Shekhar untuk Hindustan Times, Roy mengenang masa tersebut sebagai "kenangan bersejarah, ketika publik yang keluar dari teater tidak berhenti membicarakan tentang film yang mereka tonton."[31] Tiketnya dihargai sebesar 50 (sekitar AS$148,4 pada 1931).[32][d] The Times of India melaporkan, "Alam Ara adalah sebuah daya tarik besar di [sana], dan banyak kerumunan memesan pada hari tersebut".[33] Melansir dari Daily Bhaskar, orang-orang akan berkumpul di teater pada pukul 9 pagi walaupun pertunjukan pertamanya dilakukan pada 3 sore.[32] Sebagai sebuah solusi, polisi ditugaskan ke tempat tersebut dan diberikan ijin untuk memukuli massa dengan tongkat dan mengatur lalu lintas.[34] Pengusaha pasar gelap kemudian secara ilegal memperjualbeilkan tiket film tersebut.[35] Alam Ara juga menjadi film pertama yang diputar di Sinema Imperial.[36] Film tersebut tidak memiliki distributor.[37]

Selama pemutaran, film tersebut bersaing dengan Shirin Farhad, sebuah film musikal dari sutradara J.J. Madan yang dirilis pada Mei 1931; Saibal Chatterjee memperkirakan bahwa Shirin Farhad jauh lebih sukses daripada Alam Ara.[38] Tidak ada data akurat mengenai laba Alam Ara, namun melansir dari The Hindu, film tersebut sukses besar dan menjadi sebuah "hit instan".[1] Pandangan serupa juga dibagikan oleh Roy Armes, dalam bukunya Third World Film Making and the West (Pembuatan Film Dunia Ketiga dan Barat), menyebut film tersebut sebuah "kesuksesan populer yang besar sekali".[39] Lifo menulis bahwa keberhasilannya "memberikan sebuah pukulan telak bagi karier bintang yang terkekang dalam perfilman bisu".[18]

Kritikus melihat Alam Ara sebagai sebuah "representasi banyaknya kekurangan umum dalam produksi-produksi India", dan merasa bahwa film tersebut "mematikan" sebuah tren, di mana sebuah film "berupaya untuk mempromosikan nilai sosial".[1] K. Moti Gokulsing menyebut Alam Ara sebagai sebuah "film drama busana penuh fantasi", dan menambahkan bahwa lagu-lagu film tersebut "mengintesifkan emosi penonton".[40] John Kobal menemukan unsur wiracarita Seribu Satu Malam dalam alurnya.[41] Sebuah surat kabar terbitan The Times of India membicarakan kualitas suaranya, menemukan "kurangnya pengalaman para pemeran dalam menghadapi mikrofon" mengakibatkan mereka "untuk berbicara terlalu keras."[22] The Bombay Chronicle memuji penyutradaraan "bijaksana" Ardeshir Irani, dan kemampuan seluruh pemain untuk "mengembangkan nilai dramatis yang film bisu takdapat lakukan".[42] K. N. Dandayudapani dari Indian Talkies (sebuah majalah terbitan Film Federation of India antara 1931 dan 1956) menggambarkan film tersebut sebagai "tangisan kelahiran film bersuara [India]".[43] Sebaliknya, kali ini American Cinematographer memberikan sambutan negatif: "Metode pemrosesan laboratiumnya, dengan suara yang tampak... adalah yang paling menyedihkan, dan tentu saja masalah terbesar."[22]

Warisan

Alam Ara dikenal secara luas sebagai film bersuara India pertama yang pernah dirilis.[44] Film tersebut menandai "kebangkitan" perfilman India pada 1930-an, dan melansir dari The Times of India, "Menghilangkan keuntungan yang dinikmati oleh film impor ... bisu, ketika sebagian besar pasar India dikuasai oleh film Amerika."[33] Kesuksesannya juga membuat Zubeida menjadi salah satu bintang perempuan papan atas pada 1930-an dan seorang ikon dalam film bersuara India.[45] Ardeshir Irani dan Prithviraj Kapoor berkolaborasi sekali lagi dalam sebuah adaptasi dari wiracarita Mahabharata, berjudul Draupadi (1931).[46] Pada 1990, Nasreen Munni Kabir menemukan bagaimana film tersebut menjadikan film India lainnya "lebih tergantung pada musik sebagai cara untuk membedakan[nya] dari perfilman dunia".[47] Pada 2003, Encyclopaedia of Hindi Cinema (Ensiklopedia tentang Perfilman Hindi) menyerukan: "Dengan periisan Alam Ara, perfilman India membuktikan dua hal—bahwa film kini dapat dibuat dalam sebuah bahasa regional yang penonton setempat dapat mengerti; dan bahwa lagu dan musik adalah bagian integral dari keseluruhan bentuk dan struktur film India."[48]

Berbagai sarjana dan sejarawan film juga mencatat bahwa penggunaan suara—sebuah hal yang baru pada masa tersebut—dalam Alam Ara memberikan pengaruh besar terhadap industri perfilman India.[5] Sejarawan film Mark Ellingham, pada 1999, melaporkan bahwa kejayaan film tersebut berpengaruh hingga ke seluruh India, Sri Lanka, dan Myanmar.[49] Dalam buku tahun 2001 Pleasure and the Nation: The History, Politics, and Consumption of Public Culture in India (Kesenangan dan Bangsa: Sejarah, Politik, dan Konsumsi Budaya Publik di India), Sandria B. Freitag dari Oxford University Press menemukan bahwa film tersebut "memperkenalkan komplikasi kebahasaan dengan cara yang belum pernah ditemui sebelumnya".[50] Dalam tulisannya untuk memperingati 75 tahunan Alam Ara, K. Pradeep dari The Hindu menguraikan film tersebut sebagai "permulaan dari era baru dalam sejarah perfilman India".[1] Pada 2012, Tilak Rishi mendeskripsikan film tersebut "secara efektif menerobos era kejayaan film bisu" yang menciptakan "suatu tonggak sejarah yang menandai sebuah langkah menuju era film bersuara baru serta menjadi lonceng kematian untuk film-film bisu".[51]

Film tersebut merupakan sebuah "titik balik penting" dalam karier film Irani, dan membuatnya dijuluki "ayah dari film bersuara India". Ia setelahnya menggunakan lokasi pemfilman Alam Ara untuk proyek produksinya Kalidas (Si Pelayan Kali; 1931).[52] Berdasarkan pada kehidupan dari seorang penyair Sanskerta bernama sama, film tersebut adalah film Tamil-Telugu bersuara pertama.[53] Alam Ara dimunculkan dalam daftar "100 Hari Filmfare" oleh Filmfare,[54] "70 Film Ikonis dari India Merdeka" oleh Mint,[55] dan "40 Pertama dalam Perfilman India" oleh NDTV.[56] Pada 2014, penulis Renu Saran menampilkan film tersebut dalam bukunya 101 Hit Films of Indian Cinema (101 Film Sukses dari Perfilman India).[57] Alam Ara juga menginspirasi pembuat film untuk mengikuti jejak serupa.[40] Tidak lama setelah perilisan, Birendranath Sircar mengakuisisi peralatan rekamannya.[58] Film tersebut telah dibuat ulang sebanyak empat kali; oleh Chitrapu Narayana Rao dalam bahasa Telugu pada 1942 dan 1967, dan Nanubhai Vakil dalam bahasa Hindi pada 1956 dan 1973.[59]

Tidak ada cetakan Alam Ara yang diketahui masih bertahan hingga sekarang, menjadikannya sebuah film hilang. Sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Confederation of Indian Industry pada 2008 menyatakan, "Hanya gambar dan foto media dari film tersebut yang masih ada dalam arsip nasional India. Sekarang, kami memiliki beberapa bahan dari film tersebut."[60] Melansir dari The Indian Express, cetakan terakhir film tersebut hancur setelah terjadi sebuah kebakaran di National Film Archive of India (NFAI) pada 2003. Tetapi, pendiri NFAI P. K. Nair menentang laporan tersebut, dengan mengatakan bahwa cetakan Alam Ara telah hilang jauh sebelum NFAI dibangun pada 1964. Nair menambahkan bahwa kebakaran tersebut hanya melenyapkan beberapa negatif film nitrat dari Prabhat Film Company, dan mengonfirmasi bahwa ia telah menerima beberapa foto dari film tersebut dari Irani dan putranya Shapoorji pada 1967.[61] Pada 2017, British Film Institute mendeklarasikan film tersebut sebagai "film terpenting dari seluruh film India yang hilang".[62]

Bertepatan dengan ulang tahun ke-80 Alam Ara, Google menciptakan sebuah doodle untuk mengenang film tersebut; menampilkan Master Vithal dan Zubeida.[63] Sebuah kalender 2015 berjudul "Permulaan dari Perfilman India" dibuat oleh produser Sunil Bohra untuk memamerkan poster dari film-film India paling berpengaruh, termasuk Alam Ara, Ayodhyecha Raja (Raja Ayodhya, 1932), dan Kisan Kanya (1937)—Ayodhyecha Raja adalah film Marathi bersuara pertama, sementara Kisan Kanya adalah film India berwarna pertama.[64]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Total anggaran produksi Alam Ara dilaporkan secara berbeda-beda dari berbagai sumber; buku Encyclopaedia of Hindi Cinema dan surat kabar Kanada Calgary Herald masing-masing menyebutkan angka 50 ribu (sekitar AS$148,4 ribu pada 1931) dan 60 ribu (sekitar AS$178,1 ribu pada 1931).[2] Namun, Ardeshir Irani menegaskan bahwa film tersebut hanya menghabiskan 40 ribu (sekitar AS$118,7 ribu pada 1931).[3]
  2. ^ Dalam bahasa Hindi, kata shikari dapat diartikan sebagai seorang pemburu atau pembibing pemburuan.[4]
  3. ^ Dalam wawancaranya dengan Bhagwan Das Garga, Irani tidak menyebutkan kapan ia menonton film 1929 Show Boat (Kapal Pertunjukan).[3] Meskipun begitu, beberapa sumber menyebutkan tahun 1930.[11]
  4. ^ a b c d Nilai tukar rata-rata pada 1931 adalah 2,97 rupee India () per 1 dolar AS (AS$).[25]

Referensi

  1. ^ a b c d e Pradeep 2006.
  2. ^ Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 137; Calgary Herald 1937, hlm. 28.
  3. ^ a b c d e f Garga 1980.
  4. ^ Gilmour 2018, hlm. 188.
  5. ^ a b c d e f g Miglani 2006.
  6. ^ Paul 2009.
  7. ^ Kapoor & Gahlot 2004, hlm. 10.
  8. ^ Nihalani 2018; Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 280.
  9. ^ Pradeep 2006; Miglani 2006; Gazdar 1997, hlm. 9.
  10. ^ Badam 2004; Tharoor 2002.
  11. ^ a b c d Bali 2015.
  12. ^ Valicha 1996, hlm. 54; Rajadhyaksha 1996, hlm. 398–403.
  13. ^ Garga 1980; Bose 2006, hlm. 74; Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 170; Dev 2013.
  14. ^ Pradeep 2006; Miglani 2006.
  15. ^ Bali 2015; Rovisco & Nowicka 2013, hlm. 119.
  16. ^ Raheja & Kothari 1996, hlm. 13.
  17. ^ Chatterjee 2002, hlm. 14; Bose 2006, hlm. 98.
  18. ^ a b c d e Staveris 2013.
  19. ^ Garga 1980; Bali 2015; The Hindu 2012; Bose 2006, hlm. 194; Advani 2006, hlm. 138; Garga 1996, hlm. 72.
  20. ^ Narasimham 2006; Cinema Vision India 1980, hlm. 11.
  21. ^ Garga 1980; Bali 2015.
  22. ^ a b c Garga 1996, hlm. 72.
  23. ^ Ramachandran & Rukmini 1985, hlm. 65.
  24. ^ Mid Day 2019.
  25. ^ Biro Perniagaan Asing dan Domestik 1933, hlm. 246.
  26. ^ British Film Institute; Miglani 2006.
  27. ^ Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 280.
  28. ^ Ausaja 2009, hlm. 11; Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 280.
  29. ^ Datta & Dutt 2005.
  30. ^ Bombay: The City Magazine 1988, hlm. 36.
  31. ^ Shekhar 2011.
  32. ^ a b Daily Bhaskar 2017.
  33. ^ a b Gooptu 2013.
  34. ^ Daily Bhaskar 2017; Goddard 2003.
  35. ^ Goddard 2003.
  36. ^ Soofi 2015.
  37. ^ Thought 1969, hlm. 6.
  38. ^ Rajadhyaksha & Willemen 2014, hlm. 253; Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 170; CNN-News18 2016.
  39. ^ Armes 1987, hlm. 111.
  40. ^ a b Gokulsing & Dissanayake 2004, hlm. 14.
  41. ^ Kobal 1983, hlm. 66.
  42. ^ Garga 1996, hlm. 72; Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 170.
  43. ^ Rosenberg 2016, hlm. 130.
  44. ^ Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 561.
  45. ^ Gokulsing & Dissanayake; Mehta & Mukherjee 2020, hlm. 14.
  46. ^ Lal 2004, hlm. 195; Guy 2011.
  47. ^ Gokulsing & Dissanayake 2004, hlm. 48.
  48. ^ Gulzar, Nihalani & Chatterjee 2003, hlm. 170.
  49. ^ Ellingham 1999, hlm. 105.
  50. ^ Freitag 2001, hlm. 35–75.
  51. ^ Rishi 2012, hlm. 5.
  52. ^ Ramachandran & Rukmini 1985, hlm. 67.
  53. ^ Poorvaja 2016; Narasimham 2012; Narasimham 2010; Narasimham 2012.
  54. ^ Filmfare 2014.
  55. ^ Mint 2017.
  56. ^ Chakravarty 2013.
  57. ^ Saran 2014, hlm. 1–2.
  58. ^ Bose 2006, hlm. 46.
  59. ^ Rajadhyaksha & Willemen 2014, hlm. 253; Murthy 2012, hlm. 20.
  60. ^ Press Trust of India 2008.
  61. ^ Jain 2011.
  62. ^ Narayanswamy 2017.
  63. ^ Business Insider 2011.
  64. ^ Indo-Asian News Service 2014.

Daftar pustaka

Pranala luar