Hinet

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 29 Januari 2021 10.31 oleh 36.83.55.149 (bicara)

Hinet (ditulis hinet) merupakan operator seluler yang dioperasikan oleh PT Berca Hardyaperkasa dan beroperasi di jaringan 4G LTE sistem TDD (Time Division Duplex), di frekuensi 2,3 GHz dan lebar pita 30 MHz.[1] Hinet sendiri beroperasi 8 kota besar, yaitu Pekanbaru, Makassar, Denpasar, Medan, Palembang, Pontianak, Balikpapan dan Batam. Sebelumnya, Hinet dikenal dengan nama WiGO yang beroperasi dengan sistem WiMAX sejak 2011.

Hinet
200px
IndustriOperator dan layanan 4G LTE Indonesia
Didirikan20 Desember 2010 (sebagai WiGO)
5 Juli 2015 (sebagai Hinet)
Kantor pusatJakarta, Indonesia
ProdukWiMAX 2,3 GHz (2011-2015)
4G LTE 2,3 GHz (Band 40) (2015-sekarang)
PemilikCentral Cipta Murdaya
IndukBerca Hardayaperkasa
Situs webwww.hinet.co.id

Sejarah

Upaya PT Berca Hardyaperkasa, perusahaan yang dimiliki oleh Murdaya Poo dan Siti Hartati Murdaya ini untuk masuk ke industri operator seluler dimulai pada 2009 ketika mereka mengikuti lelang yang diadakan pemerintah untuk melakukan pembangunan jaringan sistem WiMAX di seluruh wilayah Indonesia. Pada 16 Juli 2009, anak perusahaan Berca Group, PT Berca Global Access[2] ditetapkan sebagai pemenang lelang broadband wireless access (BWA) dengan frekuensi 2,3 GHz di 7 zona (dari 15 zona yang ditenderkan), yaitu Sumatera tengah dan selatan, Sulawesi Selatan, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Kalimantan tengah dan timur serta Batam.[3] Namun, belum juga mengoperasikan sistem barunya tersebut, Berca terjerat masalah karena tidak membayar up front fee dan biaya hak penggunaan frekuensi kepada negara sebesar Rp 143 miliar. Dari awalnya diminta membayar pada 17 November, namun Berca mengulur-ulur pembayarannya pada 7 Desember 2009, sehingga dikenakan denda (dan hampir saja terancam dicabut izinnya). Manajemen Berca sendiri beralasan, mereka sedang mengurus perangkat modem WiMAX (disebut sebagai consumer premise equipment) yang pada waktu itu masih mahal di Indonesia sehingga menghalangi upayanya bermain di ranah ritel.[4][5][6]

Setelah terhambat hampir setahun, pada 20 September 2010 sistem ini diluncurkan dengan nama WiGO, dengan awal pasarnya berada di Batam dan Medan, serta menyusul kota-kota di Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Murdaya Poo sendiri mengungkapkan harapannya pada peluncuran tersebut, dengan harapan bahwa produknya ini bisa mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Pihak Berca sendiri menggandeng sejumlah perusahaan demi membangun infrastruktur dan sistem jaringan ini.[7] Namun, belum lagi dipasarkan, langkah Berca terganjal lagi oleh upaya pemerintah menetapkan sistem 16d yang dianggap bisa membangkitkan industri dalam negeri, sehingga Berca memutuskan menghentikan penjualan alatnya pada Agustus 2011.[8] Pada akhirnya pemerintah membebaskan untuk memakai varian lainnnya, yaitu 16e yang dianggap operator lebih kompetitif dalam soal harga.[9] Polemik itu mengakibatkan upaya perusahaan memasarkan produknya menjadi terhambat sehingga Berca akhirnya baru memasarkan produk ini pada akhir 2011, dengan target awal 500 pelanggan.[10] Namun, waktu tersebut kemudian diundur lagi karena Berca baru mendapat izin pada 16 Februari 2012.

Akibat dari hal tersebut, produk WiGO (terpaksa) diluncurkan ulang pada 23 Februari 2012 di Medan, Batam, Balikpapan dan Denpasar serta menargetkan ekspansi ke Pontianak, Makassar dan Pekanbaru. Pemilihan daerah ini dikarenakan menurut manajemen dianggap masih potensial mengingat rendahnya penetrasi internet dan jaringan di daerah tersebut. Meskipun pihak Berca mengeluh merugi akibat tindakan pemerintah sebelumnya, namun manajemen optimis bahwa mereka bisa meningkatkan BTS dari 200 menjadi 1000 di 2015 dan meningkatkan pelanggan dari target 2012 sebesar 300.000 menjadi 1.000.000 pada 2015. WiGO sendiri menawarkan ke publik internet yang cepat dengan harga terjangkau. Untuk menyukseskan upayanya, pihak Berca sudah menyediakan dana sebesar US$ 500 juta dan bekerjasama dengan Xirca (mitra Huawei) dan Panggung Electric (mitra ZTE).[11][12][13] Seiring waktu, menjelang awal 2013 WiGO sudah memperluas jaringannya di Medan, Balikpapan, Batam, Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Palembang, dan Pontianak, mempunyai 300 BTS dan 10.000 pelanggan.[14] Di tahun 2013, Berca menargetkan perluasan jaringan ke Samarinda, Banjarmasin, Tenggarong, Bontang dan kota-kota lainnya, menyiapkan anggaran US$ 20 juta, menambah 300 BTS baru dan meningkatkan pelanggannya menjadi 15.000.[15][16] Namun, walaupun sudah berekspansi, para ahli sendiri menyatakan sistem ini terlambat diterapkan di Indonesia dan pada 2015, pihak Berca menyatakan bahwa mereka tidak ingin melanjutkan lagi penggunaan WiMAX karena tidak lagi dikembangkan. Pihak Berca kemudian menyatakan keinginan mereka untuk bermigrasi ke sistem LTE. Awalnya, pihak Berca ingin tetap menggunakan merek WiGO, serta dalam persiapannya menganggarkan dana US$ 150 juta (mayoritas untuk perangkat) dan menggandeng Huawei sebagai penyedia infrastruktur. Berca sendiri menganggap petualangannya dengan WiMAX adalah "tahap belajar" mereka sebagai pemain baru. Target awal dari konversi sistem ini adalah Denpasar, Makassar dan Pekanbaru.[17]

Pada akhirnya, pihak Berca memutuskan untuk mengganti merek WiGO dengan Hinet yang diluncurkan pada 5 Juli 2015. Hinet sendiri beroperasi dengan sistem 4G LTE time division duplex (TDD) di frekuensi 2,3GHz. Berca mengklaim sistem ini menghasilkan internet cepat (hingga 100 Mbps), lebih baik dibanding HDSPA atau 3G, serta mempunyai harga yang terjangkau dibanding kompetitornya. Berca sendiri menyediakan dua produk awal Hinet yaitu mobile dan indoor WiFi. Untuk meningkatkan kinerjanya, pihak Berca sendiri membangun 400 BTS di tiga daerah awal operasional Hinet, yaitu Makassar, Denpasar dan Pekanbaru, ditambah 120-130 BTS baru yang direncanakan dibangun kemudian.[18][19] Manajemen menargetkan dengan sistem baru ini, pada 2019 Hinet sudah memiliki 1 juta pelanggan, dengan fokus pasar pelajar, mahasiswa dan pebisnis di luar Jawa karena dianggap potensial, serta Hinet diharapkan mampu membangun ekonomi pedesaan demi menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN.[20][21] Khusus pelanggan WiGo (10.000) akan segera dikonversi dengan tawaran istimewa bagi penggunanya, dan wilayah yang sudah dilayani WiGo akan segera dikonversi menjadi layanan Hinet. Berca juga mengklaim bahwa mereka akan lebih baik karena hanya bermain di data saja, walaupun ada yang menyangsikannya mengingat layanan Hinet yang terbatas dan adanya operator besar yang menyediakan layanan sejenis.[22][23] Namun, kemudian proyek konversi ini terhambat dan baru dipasarkan pada Februari 2016 karena di awal tahun itulah Berca baru mendapat izin dari pemerintah. Dalam proses komersialisasi ini, manajemen menargetkan menambah 200.000 pelanggan, menambah BTSnya menjadi 500 dan 80% daerah layanan Berca sudah menjadi 4G.[24][25][26]

Namun, walaupun sudah berusaha untuk memasarkan produknya, nyatanya Hinet masih bisa dikatakan "tertatih-tatih". Saat ini, Hinet hanya tersedia di Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Batam, Medan, Palembang, Balikpapan dan Pontianak (yang hampir semuanya dahulu dilayani WiGo).[27] Bahkan, Hinet sendiri seperti terancam oleh kedatangan 5G karena frekuensinya di 2,3 GHz bersinggunggan dengan frekuensi yang ditargetkan digunakan oleh sistem terbaru ini. Izin sistem WiMAX dan broadband wireless access yang dimiliki Berca (satu-satunya di Indonesia) pun ada yang menyebutnya kesalahan dan disarankan untuk dicabut/dikembalikan izinnya karena dianggap kalah saing dan sudah tertinggal.[28][29][30] Bahkan, ada yang menganggap bahwa kebijakan Kemenkominfo membatalkan lelang jaringan 5G-nya pada awal 2021 disebabkan oleh bersinggungannya jaringan 5G dengan sistem ini. Karena itulah, disarankan pemerintah mengadakan konsultasi dan kesepakatan dahulu sebelum lelang 5G ini dimulai agar bisa menentukan nasib jaringan Hinet kedepannya.[31]

Produk

  • Router Hinet
  • Mi-Fi Hinet
  • Paket Joss
  • Paket Wow
  • Paket Ntapss
  • Paket Kuota
  • Paket Terusan

Sebelumnya

  • WiGO

Lihat pula

Referensi

Pranala luar