Bahan bakar alternatif
Bahan bakar alternatif adalah bahan atau zat yang dapat digunakan sebagai bahan bakar selain bahan bakar konvensional seperti bahan bakar fosil,[1] bahan bakar nuklir, serta bahan bakar radioisotop buatan yang dibuat di reaktor nuklir. Beberapa bahan bakar alternatif yang di antaranya yaitu bio-diesel, bio-alkohol (metanol, etanol, butana), bahan bakar yang berasal dari sampah, listrik yang disimpan secara kimiawi (baterai dan sel bahan bakar), hidrogen, metana non-fosil, gas alam non-fosil, minyak nabati, propana dan sumber biomassa lainnya.[2]
Bagian dari seri artikel mengenai |
Energi berkelanjutan |
---|
Ikhtisar |
Penghematan energi |
Energi terbarukan |
Transportasi berkelanjutan |
Latar belakang
Bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber energi utama di berbagai negara. Pada tahun 2018 bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas menyumbang sekitar 84% dari konsumsi energi primer dunia. [3] Penggunaan bahan bakar fosil secara terus-menerus dapat membuatnya habis, karena bahan bakar fosil termasuk jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Selain itu, penggunaan dan proses pembakaran dari bahan bakar fosil menghasilkan berbagai polutan udara yang berdampak buruk terhadap manusia dan lingkungan. Misalnya pembakaran batu bara yang menghasilkan emisi gas buang sulfur dioksida (SO2) dapat memicu terjadinya hujan asam dan bisa memicu sejumlah dampak negatif.[4] Pembakaran bahan bakar fosil juga dapat memicu terjadinya pemanasan global. Hal tersebut mengakibatkan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi mengalami peningkatan.[5]
Penggunaan bahan bakar alternatif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Beberapa jenis bahan bakar alternatif misalnya bahan bakar nabati, bahan bakar alkohol, dan sebagainya. Salah satu kelebihan dari penggunaan bahan bakar alternatif yaitu menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan bahan bakar fosil. Selain itu, sumber daya energi alternatif tidak akan habis dalam waktu dekat dan dapat diperbarui .[2]
Definisi
Definisi resmi bahan bakar alternatif yang berlaku di beberapa negara, sebagai berikut :
Uni Eropa
Definisi bahan bakar alternatif di Uni Eropa berdasarkan Undang-undang 2014/94/Parlemen dan Dewan Uni Eropa 22 Oktober 2014 tentang penerapan infrastruktur bahan bakar alternatif, adalah sebagai berikut :
Bahan bakar alternatif adalah bahan bakar atau sumber tenaga yang berfungsi sebagai pengganti bahan bakar fosil (meskipun hanya sebagian) dalam pasokan energi untuk transportasi, yang juga berkontribusi terhadap dekarbonisasi dan meningkatkan kualitas lingkungan sektor transportasi. Bahan bakar alternatif tersebut di antaranya sebagai berikut :
- listrik;
- hidrogen;
- biofuel sebagaimana yang telah didefinisikan dalam Pasal 2i dalam Undang-undang 2009/28/EC;[6]
- bahan bakar sintetis dan parafin;
- gas alam, termasuk biometana, gas alam terkompresi (CNG), gas alam cair (LNG), dan
- gas minyak cair (LPG).[7]
Amerika Serikat
Definisi bahan bakar alternatif di Amerika Serikat menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika (USEPA), adalah sebagai berikut :
Bahan bakar alternatif meliputi bahan bakar gas seperti hidrogen, gas alam, dan propana; alkohol seperti etanol, metanol, dan butanol; minyak nabati dan limbah; dan listrik. Bahan bakar ini dapat digunakan dalam sistem khusus yang menggunakan bahan bakar tunggal atau dalam sistem bahan bakar campuran bahan bakar lain seperti bensin atau solar. Misalnya pada kendaraan listrik hibrida atau kendaraan bahan bakar fleksibel.[2]
Indonesia
Definisi bahan bakar alternatif di Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (5) dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006, adalah sebagai berikut :
Sumber energi alternatif tertentu adalah jenis sumber energi tertentu pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM).[8]
Kanada
Definisi bahan bakar alternatif di Kanada ditetapkan sejak tahun 1996 dalam Peraturan Bahan Bakar Alternatif (SOR / 96-453), sebagai berikut :
Bahan bakar alternatif dalam Undang-undang ayat 2 (1) yang digunakan sebagai sumber energi penggerak kendaraan bermotor, adalah sebagai berikut :
(a) etanol;
(b) metanol;
(c) gas propana;
(d) gas alam;
(e) hidrogen;
(f) listrik;
(g) untuk subbagian 4 (1) dan 5 (1) dalam Undang-undang, bahan bakar campuran setidaknya mengandung 50% dari salah satu bahan bakar yang dicampur, sebagaimana dimaksud dalam ayat (a) sampai (e); dan
(h) untuk subbagian 4 (2) dan 5 (2) dalam Undang-undang, bahan bakar campuran mengandung salah satu bahan bakar yang disebutkan dalam ayat (a) sampai (e).[9]
Sejarah
Pada tahun 1970-an istilah bahan bakar alternatif muncul dalam literatur energi sebagai upaya mengganti bahan bakar konvensional, seperti bensin, solar, dan sebagainya. Bahan bakar alternatif mencakup gas alam cair (propana), etanol, metanol, gas alam terkompresi, hidrogen, atau bahan bakar yang berasal dari tumbuhan. Penggunaan bahan energi alternatif dianggap ramah lingkungan, karena menghasilkan emisi atau gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar konvensional.[10]
Dari semua bahan bakar fosil, minyak bumi dianggap bahan bakar yang paling tidak berkelanjutan karena jumlahnya terbatas sehingga cepat habis. Hal tersebut yang menjadi alasan utama pengembangan adanya bahan bakar alternatif. [10]
Bahan bakar nabati
Bahan bakar nabati (bahasa Inggris: biofuel) merupakan bahan bakar yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, limbah, mikroba, atau pupuk kandang.[11] Bahan bakar nabati dapat berbentuk padatan, cair, maupun gas.[12] Bahan bakar nabati tergolong jenis sumber energi terbarukan, karena dapat diperbarui dan kemungkinan besar tidak akan habis dalam waktu dekat.[13] Contohnya seperti etanol, bahan bakar ganggang, biodiesel dan minyak nabati terhidrogenasi (hydrotreated vegetable oil, disingkat HVO).[14]
Penggunaan bahan bakar nabati menghasilkan gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Sehingga dapat memperlambat terjadinya pemanasan global.[15] Meskipun demikian, penggunaan bahan bakar nabati juga memiliki kekurangan, seperti biaya produksi yang mahal dan terjadinya peralihan fungsi lahan. Peralihan fungsi lahan untuk produksi bahan baku bahan bakar nabati tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan ekologi.[16]
Biomassa
Biomassa merupakan salah satu jenis sumber energi terbarukan yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, panas atau sebagai bahan bakar transportasi.[17][18]Secara umum biomassa dapat berasal dari tanaman budidaya, alga, kayu atau limbah pengolahan kayu dan kotoran hewan atau kotoran manusia.[19] Saat ini penggunaan bahan bakar biomassa dalam sektor transportasi dan pembangkit listrik telah meningkat di banyak beberapa negara maju. Hal tersebut karena penggunaan biomassa menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan bahan bakar fosil.[20]
Pada tahun 2019, biomassa tersedia hampir 5 kuadriliun satuan panas Britania (British thermal unit atau BTU), yang sama dengan sekitar 5% dari total penggunaan energi primer di Amerika Serikat.[19]
Bahan bakar ganggang laut
Bahan bakar ganggang laut adalah bahan bakar yang diproduksi dari ganggang laut. Ganggang laut memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat menghasilkan lemak dalam jumlah besar. Lemak tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat biodiesel (biofuel yang paling umum digunakan). Selain itu, penggunaan bahan bakar ini dapat membantu mengurangi emisi atau pengeluaran karbon.[21]
Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan yang berasal dari lemak hewani, atau minyak nabati baru maupun bekas. Biodiesel tidak beracun dan dapat terurai secara hayati. Bahan bakar ini termasuk dalam salah satu jenis bahan bakar nabati yang paling umum digunakan.[22]
Sama halnya dengan bahan bakar bakar diesel minyak bumi, biodiesel juga dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.[23] Biodiesel dapat dicampur dengan solar dalam persentase tertentu. Berikut adalah beberapa jenis campuran biodiesel dengan solar minyak bumi : [23]
- B2: campuran yang mengandung 2% biodiesel dan 98% solar.
- B5: campuran yang mengandung 5% biodiesel dan 95% solar.
- B10: campuran yang mengandung 10% biodiesel dan 90% solar.
- B20: campuran yang mengandung 20% biodiesel dan 80% solar.
- B100: biodiesel murni atau biodiesel tanpa kandungan solar.[24]
Bahan bakar alkohol
Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar alternatif dimulai sejak pertengahan tahu 1970-an, dan meningkat pada pertengahan tahun 1980-an. Bahan bakar jenis alkohol merupakan alternatif dari bahan bakar berbasis minyak, karena penggunaan bahan bakar jenis alkohol menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit.[25] Selain itu bahan bakar jenis alkohol juga memiliki nilai oktan yang tinggi. Beberapa jenis bahan bakar alkohol di antaranya yaitu metanol, etanol, dan butanol. Beberapa bahan bakar alkohol tersebut dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar minyak secara langsung, maupun dalam bentuk campuran aditif.[26]
Bahan bakar butanol
Bahan bakar butanol atau biobutanol diproduksi dari biji jagung atau jenis biomassa lainnya.[27] Biobutanol termasuk dalam jenis bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan. Bahan bakar ini dapat digunakan untuk mesin pembakaran dalam (internal combustion engine).[28]
Apabila dibandingkan dengan bahan bakar minyak, biobutanol menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca.[27] Selain itu, biobutanol memiliki nilai oktan hampir sama dengan bensin. Sehingga biobutanol dapat dijadikan bahan bakar alternatif yang ideal dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.[29]
Bahan bakar metanol
Metanol (CH3OH) atau dikenal sebagai metil alkohol, tergolong dalam salah satu jenis bahan bakar alternatif berdasarkan Undang-Undang Kebijakan Energi tahun 1992 yang disahkan pada tanggal 24 Oktober 1992.[30][31] Metanol merupakan sejenis alkohol yang berasal dari gas alam.[32] Bahan bakar jenis ini digunakan untuk mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) dan beberapa jenis mesin lainnya. Bahan bakar metanol dapat digunakan sebagai bahan bakar murni atau dicampur dengan dengan bensin dengan jumlah rendah.[33] Secara umum, metanol memiliki biaya produksi yang lebih murah daripada bahan bakar etanol.[34]
Bahan bakar etanol
Etanol atau dikenal sebagai etil alkohol termasuk dalam bahan bakar terbarukan yang dibuat dari jagung atau bahan-bahan nabati lainnya.[35] Etanol memiliki nilai oktan sekitar 109, nilai oktan tersebut lebih tinggi daripada bensin yang hanya memiliki nilai oktan 87 (di Amerika Serikat) atau 88 (di Indonesia.).[36][37]
Lebih dari 98 % bensin yang ada di Amerika Serikat mengandung campuran etanol. Secara umum, campuran etanol yang sering digunakan yaitu E10 (campuran yang mengandung 10% etanol dan 90% bensin). Namun, ada juga jenis campuran etanol E85 yang biasanya digunakan untuk kendaraan bahan bakar fleksibel. E85 adalah campuran yang mengandung etanol 51-83% (disesuaikan dengan kondisi iklim dan geografi).[35]
Amonia
Amonia (NH3) merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan karbon dioksida dan rendah emisi.[38] Bahan bakar amonia tergolong dalam jenis bahan bakar terbarukan dengan biaya produksi yang murah.[39] Bahan bakar tersebut dapat digunakan untuk mesin diesel, mesin spark igniton (spark ignition engine, SI) atau turbin gas.[39]
Bahan bakar emulsi
Bahan bakar emulsi yang paling umum digunakan adalah emulsi air dan minyak diesel. Bahan bakar itu berupa air dan minyak diesel yang dicampur dengan komposisi pada presentase volume air tertentu.[40] Penggunaan bahan bakar emulsi dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi mesin dan menghasilkan lebih sedikit emisi atau gas rumah kaca.[41]
Bahan bakar netral dan karbon negatif
Bahan bakar karbon netral adalah bahan bakar sintetis — seperti metana , bensin , solar atau bahan bakar jet — yang dihasilkan dari energi terbarukan atau energi nuklir yang digunakan untuk menghidrogenasi limbah karbon dioksida yang didaur ulang dari gas buang buang pembangkit listrik atau berasal dari asam karbolat dalam air laut . Bahan bakar semacam itu berpotensi netral karbon karena tidak menghasilkan peningkatan bersih gas rumah kaca di atmosfer . Sejauh bahan bakar netral karbon menggantikan bahan bakar fosil , atau jika dihasilkan dari limbah karbon atau asam karbolat air laut, dan pembakarannya tunduk pada penangkapan karbon di pipa buang atau buang, mereka menghasilkan karbon negatif emisi dioksida dan penghilangan karbon dioksida bersihdari atmosfer, dan dengan demikian merupakan bentuk remediasi gas rumah kaca . Bahan bakar karbon netral dan negatif tersebut dapat diproduksi dengan elektrolisis air untuk membuat hidrogen digunakan dalam reaksi Sabat untuk menghasilkan metana yang kemudian dapatdisimpan untuk dibakar kemudian di pembangkit listrik sebagai gas alam sintetis , diangkut dengan pipa , truk , atau kapal tanker , atau digunakan dalam proses gas ke cairan seperti proses Fischer-Pasukan untuk membuat transportasi tradisional atau bahan bakar pemanas .
Bahan bakar hidrogen dan asam format
Bahan bakar hidrogen atau disingkat BBH (fuel cell) adalah bahan bakar alternatif yang dapat diproduksi dari gas alam, biomassa, atau energi terbarukan lainnya.[42] Berdasarkan Undang-Undang Kebijakan Energi tahun 1992, hidrogen dianggap sebagai bahan bakar alternatif karena tidak menghasilkan emisi atau gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2).[43][44]
Bahan bakar hidrogen dapat digunakan untuk fuel cell electric vehicle (FCEV). FCEV merupakan kendaraan yang tidak menghasilkan emisi (zero emission).[45] FCEV menggunakan hidrogen sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik dari sistem sel bahan bakar, yang mampu mengubah energi panas menjadi energi listrik melalui reaksi kimia antara oksigen dan hidrogen.[46][47]
Selain bahan bakar hidrogen, terdapat juga bahan bakar asam format yang dapat menjadi bahan bakar alternatif. Secara alami asam format dihasilkan dari serangga, seperti semut atau juga dapat ditemukan pada trikoma jelatang (urtica dioica).[48] Pada tahun 2017, mahasiswa Universitas Teknologi Eindhoven, Belanda, menciptakan sebuah bus kota berbahan bakar asam format dalam upaya untuk menunjukkan bahwa asam format dapat menjadi bahan bakar alternatif yang layak untuk kendaraan listrik. Bahan bakar tersebut dianggap ramah lingkungan dan memiliki biaya produksi yang lebih murah dibandingkan hidrogen.[49]
Gas alam terkompresi
Penambahan hidrogen pada CNG atau biasa disebut hydrogen enriched compressed natural gas (HCNG) adalah campuran dari gas alam terkompresi dan hidrogen pada komposisi tertentu.[50] Bahan bakar tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin pembakaran dalam.[51]
Propana Autogas
Propana autogas atau yang dikenal sebagai bahan bakar gas cair (LPG) adalah bahan bakar yang menghasilkan emisi atau gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar solar dan bensin.[52] Propana autogas tergolong dalam bahan bakar alternatif, sesuai dengan Undang-Undang Kebijakan Energi tahun 1992.[31] Bahan bakar tersebut merupakan bahan bakar transportasi yang paling sering digunakan di dunia, setelah bensin dan solar.[53]
Propana autogas merupakan bahan dengan pembakaran yang bersih, karena kandungan karbon yang rendah. Bahan bakar ini dapat digunakan untuk mesin pembakaran dalam.[53] Propana autogas memiliki nilai oktan yang lebih tinggi dari bensin (91-92), yaitu sekitar 106. Sehingga memungkinkan rasio kompresi yang lebih tinggi pada mesin dan membuat efisiensi kinerja mesin menjadi lebih baik. Hal tersebut yang membuat propana menghasilkan sedikit emisi atau gas rumah kaca seperti karbon monoksida.[52] Selain itu, propana autogas juga memiliki biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan bensin atau solar. [54]
106 (dibandingkan dengan bensin kelas premium 91 hingga 92), yang memungkinkan rasio kompresi yang lebih tinggi pada mesin dan efisiensi mesin yang lebih besar. Hal ini menyebabkan pengurangan emisi gas buang yang signifikan seperti karbon monoksida (Laboratorium Nasional Argonne).[55]
Bahan bakar gas
Bahan bakar gas (BBG) merupakan gas alam yang dimampatkan (compressed natural gas) atau disebut CNG dengan nilai oktan sekitar 130.[56][57] Secara umum komposisi bahan bakar gas terdiri dari 80% gas metana, 10-15% gas etana, dan sisanya adalah gas karbon dioksida atau gas-gas lain. Tetapi, komposisi BBG yang dipakai di Jakarta berbeda, yaitu 93% gas metana, 3,2% gas etana dan 3,8% sisanya adalah nitrogen, propana, dan karbon dioksida. [58]
Kelebihan dari penggunaan bahan bakar gas dibandingkan dengan bahan bakar minyak yaitu proses pembakaran BBG jauh lebih bersih dan sempurna dibandingkan dengan bensin.[57] Penggunaan BBG juga lebih aman dibandingkan dengan bensin premium, karena memilik titik bakar yang lebih tinggi, yaitu sekitar 650°C dengan berat jenis kurang dari 0,60363 berat jenis udara.
Bahan bakar gas dianggap lebih aman, karena cepat mengalami penguapan dan sulit untuk terbakar dalam keadaan bebas. Selain itu, harga BBG tiap LSP (liter setara premium) lebih murah dibandingkan premium dan lebih irit dibandingkan dengan BBM.[58] Di samping lebih ekonomis, biaya pemeliharaan mesin lebih ringan karena proses pembakaran lebih sempurna sehingga polusi yang ditimbulkan relatif kecil.
Energi nuklir dan generator radiotermal
Energi nuklir yang berasal dari fisi uranium dianggap mampu menjadi alternatif bahan bakar fosil. Pembangkit listrik tenaga nuklir berbahan bakar uranium dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar.[59] Berdasarkan hasil studi siklus hidup semua jenis energi yang dilakukan oleh The International Panel on Climate Change (IPCC) menemukan bahwa gas rumah kaca yang dihasilkan energi nuklir lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil.[60]
Tenaga nuklir berasal dari fisi uranium, yang mana energi dari satu butir uranium sama dengan atau setara satu ton batu bara. Di lain sisi, pembangkit listrik tenaga nuklir dapat menghasilkan daya listrik untuk 723.00 rumah setiap tahunnya, dan jika dibandingkan dengan batu bara maka membutuhkan pembakaran 14.000 ton untuk menghasilkan jumlah energi yang sama.[60]
Penggunaan bahan bakar tenaga nuklir memiliki kelebihan dibandingkan bahan bakar fosil. Meskipun demikian, banyak organisasi lingkungan dan pemerintah yang menentang penggunaan tenaga nuklir tersebut. Alasannya yaitu karena dinilai tidak aman atau berbahaya bagi manusia dan lingkungan.[59]
Misalnya kasus bencana nuklir Fukushima Daiichi pada tahun 2011 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima I di Fukushima, Jepang, yang awalnya dimulai oleh tsunami setelah terjadinya gempa bumi di Tōhoku, Jepang. Bencana nuklir tersebut mengakibatkan potensi paparan radiasi berbahaya bagi manusia dan lingkungan di wilayah tersebut. [61][62]
Reaktor nuklir berbahan bakar Thorium
Generator radiotermal
Lihat pula
Referensi
- ^ "Alternative Fuels". www.fueleconomy.gov. Diakses tanggal 29 Januari 2021.
- ^ a b c US EPA, OAR (2015-07-15). "Alternative Fuels". US EPA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-26.
- ^ Ritchie, Hannah; Roser, Max (2017-10-02). "Fossil Fuels". Our World in Data.
- ^ "The Hidden Costs of Fossil Fuels | Union of Concerned Scientists". www.ucsusa.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-29.
- ^ June 29; Denchak, 2018 Melissa. "Fossil Fuels: The Dirty Facts". NRDC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-29.
- ^ "Directive 2009/28/EC of the European Parliament and of the Council of 23 April 2009". eur-lex.europa.eu. Diakses tanggal 27 Januari 2021.
- ^ Directive 2014/94/EU of the European Parliament and of the Council of 22 October 2014 on the deployment of alternative fuels infrastructure Text with EEA relevance (dalam bahasa Inggris), 2014-10-28, diakses tanggal 2021-01-26
- ^ "PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006". jdih.kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ Branch, Legislative Services (2006-03-22). "Consolidated federal laws of canada, Alternative Fuels Regulations". laws-lois.justice.gc.ca. Diakses tanggal 2021-01-26.
- ^ a b "Alternative Fuels and Vehicles | Encyclopedia.com". www.encyclopedia.com. Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ "Hasil Pencarian - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ Chen, James. "Biofuel Definition". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ "The Advantages of Biofuels over Fossil Fuels". CarsDirect (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ "Biofuels". www.shell.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ Hanaki, Keisuke; Portugal-Pereira, Joana (2018). Takeuchi, Kazuhiko; Shiroyama, Hideaki; Saito, Osamu; Matsuura, Masahiro, ed. Biofuels and Sustainability: Holistic Perspectives for Policy-making. Science for Sustainable Societies (dalam bahasa Inggris). Tokyo: Springer Japan. hlm. 53. doi:10.1007/978-4-431-54895-9_6. ISBN 978-4-431-54895-9.
- ^ "What effect will biofuels have on forest land and poor people's access to it?". www.fao.org. Diakses tanggal 2021-01-28.
- ^ "Biomass for electricity and heating Opportunities and challenges" (PDF). www.europarl.europa.eu. Diakses tanggal 27 Januari 2021.
- ^ "Pedoman Investasi bioenergi di Indonesia". drive.esdm.go.id. hlm. 25. Diakses tanggal 27 Januari 2021.
- ^ a b "Biomass explained - U.S. Energy Information Administration (EIA)". www.eia.gov. Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ Islam, A.K.M. Sadrul; Ahiduzzaman, M. (Juni 2012). "(PDF) Biomass Energy: Sustainable Solution for Greenhouse Gas Emission". ResearchGate (dalam bahasa Inggris). hlm. 30. Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ Ridley, Christian. "Can we save the algae biofuel industry?". The Conversation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-28.
- ^ "Biofuels Basics". Energy.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ a b "Biofuels Basics". Energy.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ Canada, Natural Resources (2010-07-27). "biodiesel". www.nrcan.gc.ca. Diakses tanggal 2021-01-27.
- ^ Kasibhatta, Sivakumar (2019-11-05). "Alcohol Fuels as an Alternative Fuels - Bringing New Heights in Sustainability". Alcohol Fuels - Current Technologies and Future Prospect (dalam bahasa Inggris). doi:10.5772/intechopen.86626.
- ^ "Alcohol-type Fuels for Mobility" (PDF). www.fondation-tuck.fr. 2015. hlm. 1. Diakses tanggal 28 Januari 2021.
- ^ a b "Alternative Fuels Data Center: Biobutanol". afdc.energy.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-29.
- ^ Saraswat, Manish; Chauhan, Nathi Ram. "Comparative assessment of butanol and algae oil as alternate fuel for SI engines". www.sciencedirect.com. hlm. 2. Diakses tanggal 29 Januari 2021.
- ^ "Bio-butanol as a new generation of clean alternative fuel for SI (spark ignition) and CI (compression ignition) engines". www.sciencedirect.com. hlm. 17. Diakses tanggal 29 Januari 2021.
- ^ "Alternative Fuels Data Center: Methanol". afdc.energy.gov. Diakses tanggal 2021-01-28.
- ^ a b "Alternative Fuels Data Center: Key Federal Legislation". afdc.energy.gov. Diakses tanggal 2021-01-28.
- ^ "The Many Uses of Methanol From Clothing to Fuel: Products and Technology Highlights | Innovation". Mitsubishi Gas Chemical Company, Inc. (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-28.
- ^ "Methanol as a Vehicle Fuel | Methanex Corporation". www.methanex.com. Diakses tanggal 2021-01-28.
- ^ Yun, Yongseung (2020-02-04). "Alcohol Fuels: Current Status and Future Direction". Alcohol Fuels - Current Technologies and Future Prospect (dalam bahasa Inggris). doi:10.5772/intechopen.89788.
- ^ a b "Alternative Fuels Data Center: Ethanol". afdc.energy.gov. Diakses tanggal 2021-01-29.
- ^ "Select the right octane fuel for your vehicle!". www.fueleconomy.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-29.
- ^ "Pertamina Retail" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ "Safety". NH3 Fuel Association (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ a b "Comparisons". NH3 Fuel Association (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ Riansah, Mohammad (2004). "Pengaruh prosentase air pada bahan bakar emulsi solar air (Emulsified Diesel Fuel) terhadap karakteristik mesin diesel dan emisi gas buang". Universitas Gadjah Mada.
- ^ Jhalani, Amit; Sharma, Dilip; Soni, Shyam Lal; Sharma, Pushpendra Kumar (2019-09-22). "Effects of process parameters on performance and emissions of a water-emulsified diesel-fueled compression ignition engine". Energy Sources, Part A: Recovery, Utilization, and Environmental Effects. 0 (0): 1–13. doi:10.1080/15567036.2019.1669739. ISSN 1556-7036.
- ^ "Hydrogen Fuel Basics". Energy.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ "Alternative Fuels Data Center: Hydrogen Basics". afdc.energy.gov. Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ "Alternative Fuels Data Center: Key Federal Legislation". afdc.energy.gov. Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ Gunadarma, Adrenal Ken (2019-09-21). "Apa Yang Di Maksud Dengan Fuel Cell Electric Vehicle". Fastnlow.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ "FCEV - Hyundai Motor Group TECH". tech.hyundaimotorgroup.com. Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ "Alternative Fuels Data Center: Fuel Cell Electric Vehicles". afdc.energy.gov. Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ Cross, Daniel T. (2019-09-05). "Formic acid could fuel cars to mitigate climate change". Sustainability Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ "Ant power: Take a ride on a bus that runs on formic acid". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2017-06-26. Diakses tanggal 2021-01-30.
- ^ "Hydrogen Enriched Compressed Natural Gas (Hcng) – A Futuristic Fuel For Internal Combustion Engines" (PDF). www.doiserbia.nb.rs. Diakses tanggal 31 Januari 2021.
- ^ "Hydrogen Enriched Compressed Natural Gas" (PDF). www.doiserbia.nb.rs. Diakses tanggal 30 Januari 2021.
- ^ a b "The Alternative On-Hand: Why Isn't Propane a More Prominent Part of Our Alternative Fuels Conversation?". Meeting of the Minds (dalam bahasa Inggris). 2015-02-03. Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ a b "Alternative Fuels Data Center: Propane Basics". afdc.energy.gov. Diakses tanggal 2021-01-29.
- ^ "Propane | The Leading Alternative Fuel for the Road". www.cenex.com. Diakses tanggal 2021-01-29.
- ^ "The Alternative On-Hand: Why Isn't Propane a More Prominent Part of Our Alternative Fuels Conversation?". Meeting of the Minds (dalam bahasa Inggris). 2015-02-03. Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ "Bahan Bakar Alternatif - Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat". dishub.jabarprov.go.id. Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ a b "Pemakaian Bahan Bakar Gas Menjadi Alternatif Bagi Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar Premium" (PDF). media.neliti.com. hlm. 19. Diakses tanggal 31 Januari 2021.
- ^ a b Yuswono, Lilik Chaerul Yuswono Lilik Chaerul (1997). "BAHAN BAKAR GAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA KENDARAAN BERMOTOR". Jurnal Cakrawala Pendidikan (dalam bahasa Inggris). 3 (3). doi:10.21831/cp.v3i3.9143. ISSN 2442-8620.
- ^ a b "Why nuclear energy is sustainable and has to be part of the energy mix". Sustainable Materials and Technologies (dalam bahasa Inggris). 1–2: 8–16. 2014-12-01. doi:10.1016/j.susmat.2014.11.001. ISSN 2214-9937.
- ^ a b "Dope or Nope? Nuclear energy as alternative fuel | The Future of Energy" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ "Why Nuclear Power Must Be Part of the Energy Solution". Yale E360 (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31.
- ^ "Fukushima accident | Summary, Effects, & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-31.