Galat Lua: expandTemplate: template "db-sumber yang tidak valid dan harap dipahami bahwa tidak ada sholat 7 waktu dalam kristen orthodox." does not exist.
. Untuk kriteria yang valid, lihat KPC. Sumber+yang+tidak+valid+dan+harap+dipahami+bahwa+tidak+ada+sholat+7+waktu+dalam+Kristen+Orthodox.NA
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
{{subst:db-reason-notice|Salat tujuh waktu|header=1|Sumber yang tidak valid dan harap dipahami bahwa tidak ada sholat 7 waktu dalam Kristen Orthodox.}} ~~~~
pada halaman pembicaraan pembuat/pengunggah.
Kepada pengurus: artikel ini memiliki isi pada halaman pembicaraannya yang harus diperiksa sebelum dihapus.
L E Philips, berdasarkan penelitian arkeologisnya menulis bahwa umat Kristiani paling awal sudah melaksanakan daily prayers (salat) pada waktu pagi, tengah hari, malam dan tengah malam.
Ketujuh Salat dalam gereja purba, yang penyusunannya didasarkan hitungan waktu Yahudi kuno itu, antara lain:
Salat Sa’at al-Awwal
Salat jam pertama, kira-kira pukul 06.00 pagi, sebanding dengan "Salat subuh atau salat fajr(صلاة صبح/صلاة فجر)" dalam Islam. Disebut juga Salat Subuh dalam gereja Suriah, atau Salat Bakir (Salat bangun tidur) dalam gereja Koptik. Dalam Gereja Barat (Katolik) disebut Prime (Latin: hora prime 'jam pertama'). Ibadat ini dalam Gereja Barat dibedakan dengan Matin (Latin: matutinum 'waktu fajar') yang dilaksanakan saat matahari terbit/subuh. (Matin di kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Lauds (lihat Salat as-Satar di bawah).)
Disebutkan dalam 1 Samuel 1:19 tentang salat di awal pagi ini.
""Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN;..." 1 Samuel 1 (19)[1][2]
Keputusan Konsili Vatikan II menghapuskan ibadat Prime dan menyederhanakan tiga ibadat Terce, Sexte, dan None (lihat salat-salat ini di bawah) menjadi satu ibadat siang yang waktunya dapat dilaksanakan kapan saja di siang hari.
Salat Sa’at ats-Tsalitsah
Terce (Latin: hora tertia 'jam ketiga'), jatuh kira-kira sejajar dengan pukul 09.00 pagi, sebanding dengan "Salat Duha(صلاة ضحى)" dalam Islam. Salat pada jam ketiga ini, karena memperingati Penyaliban Al-Masih (Markus 15:25), dan turunnya Roh Kudus atas para muridNya (Kisah Para Rasul 2:15).
Salat Sa’at as-Sadisah
Sexte (Latin: hora sexta 'jam keenam'), yang bertepatan pada jam 12.00 siang. Rasul Petrus melaksanakannya (Kisah Para Rasul 10:9). Raja Daud juga mengenal salat tengah hari (bahasa Ibrani: "Tsohorayim" ). Waktu salat ini dapat sejajar dengan "Salat Dzuhur(صلاة ظهر)" dalam Islam. Pada waktu inilah kegelapan melanda kawasan itu mulai jam 12, sewaktu "Ia {Yesus} telah disalibkan" (Markus 15:33).
Salat Sa’at at-Tasi’ah
None (Latin: hora nona 'jam kesembilan'), kira-kira pukul tiga petang menurut hitungan modern (pukul 15.00), atau sejajar dengan "Salat ‘Ashar(صلاة عصر)" dalam Islam. Rasul-rasul dengan tekun mengikuti Salat yang dikenal orang Yahudi sebagai "Minhah" (Kisah Para Rasul 3:1, 10:30). Dalam Lukas 23:44–46 dikisahkan bahwa kegelapan meliputi seluruh daerah itu, dan tirai Baitul Maqdis terbelah dua, lalu Yesus menyerahkan nyawa-Nya.
Salat Sa’at al-Ghurub
Dalam Gereja Katolik dikenal dengan Vesper (ibadah sore/senja/Magrib). Waktunya bersamaan dengan terbenamnya matahari, sebanding dengan "Salat maghrib(صلاة مغرب)" dalam Islam. Kira-kira pukul 06.00 petang (18:00) menurut waktu Indonesia. Salat ini untuk mengingatkan kita pada diturunkannya tubuh IsaAl-Masih (YesusKristus) dari kayu salib, lalu dikafani dan dibaringkan serta diberi rempah-rempah (ruttabat hadza ash-salatu tadkara li-nuzulu jasada as-sayid al-Masih min ‘ala ash-shalib wa takafiniyat wa wadha’ al-hanuthan ‘alaih).
Salat al-Naum
Shalat al-Naum ("saat berangkat tidur"), kira-kira sejajar dengan "salat ‘Isya(صلاة عشاء)" dalam Islam. Gereja Katolik menyebut salat ini Complin (Latin: Completorium 'penutup'). Tradisi liturgis Kristiani menghubungkan salat malam ini "untuk mengingat berbaringnya Junjungan kita al-Masih dalam kubur" (ruttabat tadzkara li-wadla’a as-sayid al-Masih fi al-qubr).
Salat as-Satar
Salat tengah malam (penutup) ini, disebut dalam gereja-gereja kuno dengan berbagai nama: "Salat Lail (Salat malam)", "Salat Satar ("Pray of Veil", Salat Penutup)", atau "Salat Sa’at Hajib Dhulmat (Salat berjaga waktu malam gelap)". Dalam bahasa Aram/Suryani dikenal dengan istilah "Tselota Shahra" ("Salat waktu berjaga"). [bandingkan Wahyu 16:15, Kisah Para Rasul 16:25].
Ibadat tengah malam, yang semula dalam gereja Latin disebut Nocturna, tidak memiliki jam yang tetap dan dapat dilaksanakan kapan saja di antara Complin dan Matin. Ibadat ini berpadanan dengan "Salat Tahajjud" dalam Islam. Oleh sebab itu, banyak tempat yang kemudian melaksanakannya berdekatan dengan Matin. Ibadat tengah malam ini akhirnya pun disebut Matin; kerancuan istilah ini sebenarnya tidak salah, sebab Matin (dari bahasa Latin: matutinum) berarti "waktu fajar" dan Nocturna sudah tidak benar-benar dilaksanakan pada tengah malam lagi. Ibadat subuh yang sesungguhnya lalu mendapat nama baru: Lauds (berasal dari perkataan Laudate Dominum 'Pujilah Tuhan' yang terkandung dalam ayat mazmur-mazmur yang dinyanyikan pada akhir ibadat ini, dan langsung dilaksanakan menyusul ibadat "tengah malam" (yang kini lebih umum disebut Matin).
Setelah Konsili Vatikan II ibadat tengah malam (Matin) kini disebut "Ibadat Bacaan" (Latin officium lectionis) dan waktu pelaksanaannya dapat digeser kapan saja sepanjang hari.
Ibadah Salat sebelum Islam dalam pandangan Islam
Adanya ibadah salat bagi umat Yahudi dan Kristen adalah sesuatu yang dibenarkan menurut akidah Islam. Karena menurut keyakinan umat islam semua Nabi melaksanakan salat atas perintah Allah. Jadi Salat tidak khusus bagi Nabi Muhammad dan umatnya saja. Salat dalam Islampun telah dilakukan sejak awal diutusnya Nabi Muhammad, dan baru diwajibkan di lima waktu setelah terjadinya peristiwa Isra dan mikraj. Dalam Isra' mi'raj tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad salat terlebih dahulu di Al-Aqsha sebelum naik kelangit dan berjumpa para Nabi. Nabi Muhammad juga bertemu Nabi Musa dan dia menceritakan banyaknya jumlah salat yang dilakukan bani Israel dalam sehari, kemudian Nabi Muhammad atas nasihat Nabi Musa kembali kepada Allah untuk meminta keringanan jumlah salat wajib bagi umatnya sehingga menjadi lima waktu saja dalam sehari. Maka salat di selain lima waktu tersebut (seperti Salat Dhuha, Salat Malam, dll) hukumnya adalah sunnah (tambahan) saja.
Didalam Al-Qur'an juga disiratkan akan salat yang dilakukan Nabi-Nabi sebelum Islam, misalnya Ishak dan Ya'kubAs.:
"Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah."
Juga disebutkan pula di dalam Al-Qur'an perintah Salat kepada yang selainnya, pada Ismail As.[4], pada IsaAs.[5], pada Bani Israil [6], seluruh Ahlul Kitab [7] bahkan para malaikat[8].
Salat di dalam Al-Qur'an terkadang hanya disebut sebagai berdiri, rukuk atau sujud saja[9], akan tetapi sesungguhnya maksudnya adalah salat itu sendiri secara keseluruhan (satu kesatuan) mencakup berdiri, rukuk dan sujudnya, mulai dari takbir hingga salamnya. Pada awal mulanya salat umat muslim berkiblat ke Al-Aqsha (Baitul Maqdis) di Yerusalem sebelum akhirnya diperintah Allah untuk berpindah kiblat ke bangunan yang didirikan nabi Ibrahim dan Ismail yaitu Masjid Al-Haram Ka'bah[10].