Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Daerah Sumatera Kawasan Selatan

gereja di Indonesia
Revisi sejak 7 Februari 2021 07.38 oleh Cecep Pey (bicara | kontrib) (ejaan)

Sumatra Kawasan Selatan (umumnya disingkat menjadi SUMKASEL) adalah suatu daerah di Indonsia yang meliputi 5 (lima) provinsi antara lain: Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Jambi dan Kepulauan Babel (BangkaBelitung). Pada awal pekerjaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Indonesia, daerah Sumatera Kawasan Selatan termasuk wilayah pelayanan Jawa Barat yang berpusat di Batavia. Kemudian daerah ini termasuk wilayah Sumatra yang berpusat di Padang dan diorganisasikan pada tahun 1913 dipimpin B.Judge.

Gereja Advent di Lampung

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh belum menyentuh daerah ini sampai tahun 1922. Baru kemudian pada tahun 1923 Pendeta Wood yang ditempatkan di Tanjung Karang (Lampung) mulai membawa pekabaran gereja, pada awalnya melalui Majalah Pertandaan Zaman. Akhirnya Pendeta Wood berhasil mendirikan Gereja Advent di Lampung. Merukh, Pada tahun 1923 oleh Pendeta Zimmermann penduduk asli Lampung dibaptis, merekalah yang menjadi buah sulung di Lampung.

Pekerjaan Advent meluas di Way Hui (Lampung) hingga diorganisasinya kumpulan di sana tahun 1926. Selanjutnya meluas ke Tambangbesi, Kedaton, Sereng dan Sabalang. Sementara di Sarirejo (Lampung Selatan) dimulai dengan masuknya Elias Subakir yang menjadi anggota Gereja Advent setelah mendengar gelombang siaran radio Advent dari Pulau Guam, dilanjutkan oleh FJ Wuysang hingga dibaptiskan. Sekitar tahun 1995 di Mesuji dibuka oleh FJ Wuysang dan Joko Utomo. Anggota-anggota pertama antara lain: Yohanes Suparlan, Yohanes Rubiman dan Yuswanto, mereka dibaptis pada tanggal 30 Desember 1995 oleh Pendeta Alex Henndriks.

Gereja Advent di Palembang

Sejarah Gereja Masehi Advent Hari ketujuh di Palembang dimulai dengan kedatangan misionaris pertama yaitu R.W Munson di tahun 1904. Pada awal kedatangannya ke Palembang hanya pesinggahannya dari Singapore ke Jakarta. Di Palembang, Munson diberitahu bahwa ada sekelompok orang yang belum percaya dan perlu bantuan dari missionari ini. Pada tahun berikutnya Munson datang kembali dan tempat yang ditunjukan adalah Daerah Muara Dua. D isana dia mendapatkan penolakan dari warga setempat dikarenakan warga tidak menerima missionaris. Pada tahun 1907 - 1908, seorang dari Singapura yang bernama C.M Lee datang ke Palembang untuk menjual buku-buku kebenaran. Dilanjutkan lagi oleh seorang pemuda dari Batak yang datang ke Sumatera Selatan, termasuk Palembang di tahun 1918. Kemudian secara resmi Gereja Advent masuk ke Palembang dimulai oleh Evangelist Literature (EL) yang datang dari Padang tahun 1927. Kemudian di tahun itu seorang guru Injil bernama Lauw Djoe Djim dikirim ke Palembang yang dibantu oleh Tjong Kam Tjoe. Mereka bekerja mengajarkan Injil ke tengah-tengah masyarakat Tionghoa. Usaha mereka berhasil untuk mengorganisasi kumpulan di sebuah kolong rumah Palembang milik seorang Tionghoa di 16 ilir, dekat Gudang Geo Wehry.

Penginjilan ini berhasil membaptiskan: HN Akip, Tahalea, Anna Mahantouw dan 2 orang Tionghoa. Baptisan dilaksanakan oleh pendeta yang datang dari Padang.

Gereja Advent di Bengkulu

Pusat tambang emas Muara Aman menarik perhatian penduduk disekitarnya untuk merantau ke Muara Aman, termasuk Lauw Djoe Djim yang datang dari Padang dan beberapa orang pegawai tambang emas itu juga menjadi bagian dari anggota Gereja Advent. Luther Panjaitan membantu Lauw mengadakan kebaktian kebangunan rohani di sana dan membaptiskan 6 jiwa.

Pada Zaman Penjajahan

Pada rapat Gereja Advent Uni Malaysia tahun 1929 telah diterima rekomendasi Kantor Pusat Se-Dunia untuk membagi dua Uni Malaysia menjadi Uni Malaysia dan Uni Hindia Belanda pada tanggal 25 Desember 1928 . Uni Malaysia berada di bawah pengawasan Divisi Timur Jauh yang berkantor pusat di Singapura. Dan Uni Hindia Belanda di bawah pengawasan Eropa Tengah yang berkantor pusat di Bandung.

Pada rapat Uni Hindia Belanda yang diadakan terpisah, telah menetakan pembagian daerah pelayanan Uni Hindia Belanda yang baru dan Sumatra Selatan menjadi satu daerah yang baru. Ketua daerah yang baru diangkat oleh Pdt S. Dittmar, yang menjadi teritori adalah Sumatra Selatan, Lampung (yang sebelumnya berada di bawah pengawasan Jawa Barat), Bengkulu, Jambi, Bangka, dan Belitung.

Daftar Pimpinan

Urutan Pimpinan Daerah ini sejak diorganisasi tahun 1929 adalah sebagai berikut:

  Tahun           Ketua                Sekretaris            Bendahara
  1929 – 1933     Pdt  S. Dittmar      -                     -
  1934 – 1935     Pdt  K. Tilstra      -                     -
  1936 – 1938     Pdt  Kolling         -                     -
  1938 – 1941     Pdt  K. Mandias      -                     -
  1948 – 1952     Pdt  K. Mandias      -                     -
  1952 – 1953     Pdt  M. Siregar      -                     -
  1953 – 1954     Pdt  SF. Sitompul    -                     -
  1955            Pdt  UH. Manullang  -                     -
  1956 – 1961     Pdt  S. Ritonga      -                     -
  1962 – 1966     Pdt  S. Tamba        Pdt  T. Tambunan      Pdt  T. Tambunan
  1967 – 1969     Pdt  NG. Hutauruk    M. Sitompul           M. Sitompul
  1970 – 1972     Pdt  CG. Manurung    M. Sitompul           M. Sitompul
  1973 – 1976     Pdt  R. Tambunan     M. Sitompul           M. Sitompul
  1977 – 1982     Pdt  DP. Panjaitan   E. Situmeang          E. Situmeang
  1983 – 1990     Pdt  SH. Simbolon    M. Doloksaribu        M. Doloksaribu
  1990 – 1993     Pdt  AJ. Dompas      Pdt  LP. Simanjuntak  S. Purba
  1994 – 2000     Pdt  LP. Simanjuntak Pdt  SG. Manik        Pdt ER. Pasaribu
  2001 – 2003     Pdt  LP. Simanjuntak Pdt  S. Tamba         Pdt ER. Pasaribu
  2004 -          Pdt  S. Tamba

Pranala luar

 Pengguna ini adalah peserta pendampingan menulis WikiSedaya.