A.M. Hendropriyono

Kepala Badan Intelijen Negara Indonesia ke-11 (2001-2004)
Revisi sejak 12 Februari 2021 14.12 oleh Irvanderss (bicara | kontrib) (Saya mengganti gelar beliau dari S.I.P ke ST SH MH sesuai dengan reverensi)

Jenderal TNI (Purn.) Prof Dr Abdullah Mahmud Hendropriyono, S.T., S.H., M.H.[1] atau sering disebut A.M. Hendropriyono (lahir 7 Mei 1945) adalah seorang tokoh intelijen dan militer Indonesia. Hendropriyono adalah Kepala Badan Intelijen Negara pertama, ia dijuluki the master of intelligence karena menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia.[1] Ia juga pernah menjadi Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan dalam Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan dari tahun 1998 hingga 1999. Ia menjadi Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dari tanggal 27 Agustus 2016 hingga 13 April 2018.[2][3]

A.M. Hendropriyono
S.H., S.IP., M.H.
Hendropriyono pada tahun 2016
Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Ke-4
Masa jabatan
27 Agustus 2016 – 13 April 2018
Sebelum
Pendahulu
Isran Noor (Plt.)
Sebelum
Kepala Badan Intelijen Negara Ke-11
Masa jabatan
10 Agustus 2001 – 8 Desember 2004
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
Sebelum
Pendahulu
Arie J. Kumaat (Ka BAKIN)
Sebelum
Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Republik Indonesia Ke-10
Masa jabatan
14 Maret 1998 – 20 Oktober 1999
PresidenSoeharto
B.J. Habibie
Sebelum
Pengganti
Tidak ada, jabatan dihapuskan
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir7 Mei 1945 (umur 79)
Jepang Yogyakarta, Pendudukan Jepang di Indonesia
KebangsaanIndonesia Indonesia
Partai politik Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
HubunganAndika Perkasa (menantu)
AnakDiah Erwiany Hendropriyono
Rony Hendropriyono
Diaz Faisal Malik Hendropriyono
AlmamaterAkademi Militer Nasional (1967)
PekerjaanTentara
Politisi
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1967–2000
Pangkat Jenderal TNI (HOR)
SatuanInfanteri (Kopassus)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pendidikan

Hendropriyono menempuh pendidikan dasarnya di SR Muhammadiyah, Kemayoran, Jakarta kemudian pindah ke SR Negeri Jalan Lematang, Jakarta, SMP Negeri V bagian B (Ilmu Pasti) di Jalan Dr. Sutomo, Jakarta dan menyelesaikan SMA Negeri II bagian B (Ilmu Pasti) di Jalan Gajah Mada, Jakarta.

Pendidikan militer

Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang (lulus 1967), Australian Intelligence Course di Woodside (1971), United States Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat (1980), Sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko ABRI), yang lulus terbaik pada 1989 bidang akademik dan kertas karya perorangan dengan mendapat anugerah Wira Karya Nugraha. Selanjutnya ia lulus Kursus Singkat Angkatan VI Lembaga Ketahanan Nasional (KSA VI Lemhannas). Keterampilan militer yang pernah diikutinya antara lain adalah Para-Komando, terjun tempur statik, terjun bebas militer (Military Free Fall) dan penembak mahir.

Pendidikan tinggi

Pendidikan umum Hendropriyono menjadikannya sebagai sarjana dalam bidang administrasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STIA-LAN), Sarjana Hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM), Sarjana Ilmu Politik dari Universitas Terbuka (UT) Jakarta, Sarjana Teknik Industri dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Bandung. Ia juga meraih gelar magister administrasi niaga dari University of the City of Manila, Filipina, mendapat gelar magister di bidang hukum dari STHM dan pada bulan Juli 2009 dan meraih gelar doktor filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan predikat Cum Laude.

Pada 7 Mei 2014, ia dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu Filsafat Intelijen[4] dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara.[5] Ia menjadi satu-satunya dan pertama di dunia yang menjadi Guru Besar Intelijen.[6]. Atas gelar ini, ia tercatat masuk dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).[7] Pengukuhan ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 2576f/A4.3/KP/2014.

Karier

Sepanjang hidupnya, Hendropriyono mengalami tiga karier, sebagai militer, politikus, dan intelijen. Ia juga mengajar di beberapa tempat. Ia juga mengetuai Komisi Tinju Indonesia pada rentang waktu 1994 hingga 1998.

Karier militer

Karier militer Hendropriyono diawali sebagai Komandan Peleton dengan pangkat Letnan Dua Infanteri di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Ia kemudian menjadi Komandan Detasemen Tempur Para-Komando, Asisten Intelijen Komando Daerah Militer Jakarta Raya/Kodam Jaya (1986), Komandan Resor Militer 043/Garuda Hitam Lampung (1988-1991), Direktur Pengamanan VIP dan Objek Vital, Direktur Operasi Dalam Negeri Badan Intelijen Strategis (Bais) ABRI (199I-1993), Panglima Daerah Militer Jakarta Raya dan Komandan Kodiklat TNI AD.

Semasa menjabat sebagai Danrem 043/Garuda Hitam, Hendropriyono yang saat itu berpangkat Kolonel, berhasil mengeliminasi kelompok sipil Warsidi di kawasan Talangsari, Lampung[8]. Kejadian tersebut kemudian dikenal dengan Peristiwa Talangsari 1989.[9]

Berbagai operasi militer yang diikutinya adalah Gerakan Operasi Militer (GOM) VI, dua kali terlibat dalam Operasi Sapu Bersih III dan dua kali dalam Operasi Seroja di Timor Timur (sekarang bernama Timor Leste).

Berikut jenjang karier militer A.M. Hendropriyono:

  • 1968-1972 - Komandan Peleton Puspassus AD (Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat) di Magelang
  • 1972-1974 - Komandan Kompi Prayuda Kopassandha (Komando Pasukan Sandi Yudha)
  • 1981-1983 - Komandan Detasemen Tempur 13
  • 1983-1985 - Wakil Asisten Personel Kopasandha merangkap sebagai Wakil Asisten Operasi
  • 1985-1987 - Asisten Intelijen Kodam Jayakarta
  • 1987-1991 - Danrem 043/Garuda Hitam Lampung
  • 1991-1993 - Direktur D Badan Intelijen Strategis ABRI
  • 1993-1994 - Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI
  • 1993-1994 - Panglima Kodam Jayakarta
  • 1994-1996 - Komandan Kodiklat TNI AD

Karier politik

Dalam birokrasi pemerintahan RI, Hendropriyono pernah memangku berbagai jabatan yang berturut-turut: Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan Republik Indonesia (1996-1998), Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (PPH) dalam Kabinet Pembangunan VII dan menjabat sebagai Menteri Transmigrasi dan PPH dalam Kabinet Reformasi Pembangunan yang kemudian merangkap sebagai Menteri Tenaga Kerja ad-interim.

Karier intelijen

Pada periode tahun 2001-2004 sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di Kabinet Gotong Royong. Hendropriyono merupakan penggagas lahirnya Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Sentul, Bogor, Dewan Analis Strategis (DAS) Badan Intelijen Negara, Sumpah Intelijen, Mars Intelijen, menetapkan hari lahir badan intelijen, mencipta Logo dan Pataka BIN, mempopulerkan bahwa intelijen sebagai "ilmu" dan menggali "filsafat intelijen", serta menggagas berdirinya tugu Soekarno-Hatta di BIN.

Sekarang ini Hendropriyono menjadi pengamat terorisme dan intelijen, yang kerap diminta untuk menjadi narasumber oleh media massa dan berbagai lembaga, giat menulis bermacam pemikirannya dalam artikel-artikel di berbagai koran, majalah, radio dan televisi.

Karier akademis

Ia mendedikasikan ilmunya dengan mengajar Filsafat Hukum di Sekolah Tinggi Hukum Militer Jakarta dan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, dengan jabatan Rektor Kepala terhitung sejak tanggal 1 Maret 2002 sampai sekarang. Selain itu ketika menjadi Kepala BIN, Hendropriyono juga mendirikan Sekolah Tinggi Intelijen Negara di Sentul, Bogor.

Bisnis

Selain berkarier, AM Hendropriyono juga duduk di posisi penting beberapa perusahaan.

  • 2014 - sekarang - Chief Executive PT Adiperkasa Citra Lestari[10][11][12].
  • 2010 - sekarang - Chairman Andalusia Group.
  • 2010 - sekarang - Commissioner Carrefour Indonesia.
  • 2009 - sekarang - Presdir PT Mahagaya.
  • 2009 - 2012 - Chairman Blitzmegaplex.
  • 2004 - sekarang - Chairman Hendropriyono & Associates.
  • 2000 - 2001 - Chairman Hendropriyono Law Office.
  • 1999 - 2001 - Presiden Komisaris PT KIA Mobil Indonesia.

Penghargaan

Ia juga penyandang berbagai kehormatan negara RI, dalam wujud bintang dan tanda jasa antara lain: Bintang Mahaputera Indonesia Adipradana, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya-prestasi, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma, Bintang Dharma, Satya Lencana Bhakti untuk luka-luka di medan pertempuran, serta anggota Legiun Veteran Pembela Republik Indonesia (Pembela/E, NPV: 21.157.220).

Ia juga dinobatkan sebagai Man Of The Year oleh Majalah Editor pada tahun 1993.

Tanda Jasa

  • Bintang Mahaputra Adipradana
  • Bintang Dharma
  • Bintang Bhayangkara Utama
  • Bintang Yudha Dharma Pratama
  • Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
  • Bintang Yudha Dharma Nararya
  • Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
  • Bintang Kartika Eka Paksi Nararya (Ul. I)
  • SL. Bhakti
  • SL. Kesetiaan XXIV
  • SL. Kesetiaan XVI
  • SL. Kesetiaan VIII
  • SL. Penegak
  • SL. GOM VIII
  • SL. Seroja

Brevet

  • Brevet Komando Kopassus
  • Brevet Terjun Bebas
  • Brevet Jump Master
  • Brevet Hirbak
  • Brevet Hiu Kencana
  • Wing Penerbang TNI AU

Keluarga

Ia memiliki beberapa anak, salah satunya adalah Diaz Hendropriyono, yang menjabat sebagai Komisaris Telkomsel pada tahun 2015[13].

Griya Anti Narkoba

Pada 25 Juni 2014, Ia bersama Komjen Pol (Purn) Gories Mere dan Irjen (Purn) Benny Mamoto mendirikan museum yang diberi nama Griya Anti Narkoba. Griya Anti Narkoba ini berdiri di lahan seluas hampir 1 hektar dan merupakan museum narkoba pertama di Jakarta. Terletak di Taman Indraloka, Jalan Mandor Hasan No. 45, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Di Griya Anti Narkoba ini, pengunjung bisa melihat-lihat berbagai macam jenis obat-obatan yang mengandung zat berbahaya serta melihat dampak pemakaiannya. Museum yang didukung pula oleh didukung oleh Asosiasi Purnawira Penegak Hukum Narkotika Indonesia (AP2HNI) serta Yayasan Wale Anti Narkoba Indonesia (YWANI), ini beroperasi mulai pukul 10.00-17.00 WIB setiap hari serta hari libur nasional. Untuk masuk, tidak dipungut biaya[14].

Kontroversi

Dengan keterlibatannya dalam kampanye pemenangan Pemilihan Presiden 2014 di pihak Jokowi dan Jusuf Kalla, serta dalam tim transisi, sebagian relawan pendukung Jokowi menyatakan kecewa karena masa lalu Hendropriyono yang disebut-sebut terkait sejumlah dugaan pelanggaran HAM.[15] Ia sering dikaitkan dengan kasus Talangsari dengan dugaan penembakan membabi buta yang dilakukan anak buahnya. Namun ia menolak, dan menyatakan bahwa orang-orang yang terkepung di peristiwa tersebut membakar sendiri rumah mereka lalu bunuh diri.[16] Allan Nairn, wartawan yang banyak meneliti kasus pelanggaran HAM di Indonesia, menyatakan bahwa Hendropriyono siap diadili melalui pengadilan HAM untuk kasus yang kerap dituduhkan kepadanya, antara lain Pembunuhan Munir, Talangsari, ataupun Timor Timur.[17]

Atas kekhawatiran masuknya Hendropriyono dalam pemerintahan yang diperkirakan akan menghalangi penyidikan Kasus Talangsari, Jusuf Kalla menegaskan bahwa Hendropriyono tak berminat masuk ke dalam kabinet.[18] Dan memang setelahnya namanya tidak tertera dalam jajaran Kabinet Kerja.

Talangsari

Hendropriyono diduga telah terlibat dalam pembunuhan aktivis HAM, Munir pada September 2004 dan pada Peristiwa Talangsari 1989 yang menewaskan banyak warga sipil tewas di Lampung, terluka atau hilang.[19][20][21][22].

Referensi

  1. ^ AM Hendropriyono Profesor Intelijen Pertama di Dunia Diarsipkan 2017-03-26 di Wayback Machine., Pos Kota, 7 Mei 2014
  2. ^ Aklamasi, Hendropriyono Terpilih sebagai Ketua Umum PKPI, Kompas, 28 Agustus 2016
  3. ^ PKPI Lolos Pemilu 2019, AM Hendropriyono Mundur dari Ketua Umum, Tempo, 13 April 2018
  4. ^ "AM Hendropriyono Profesor Intelijen Pertama di Dunia". Poskota News (dalam bahasa Inggris). 2014-05-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-13. Diakses tanggal 2018-12-13. 
  5. ^ "Artikel:"Ulang Tahun ke-69, Mantan Kepala BIN 'Dikado' Gelar Guru Besar" di metrotvnews.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-09. Diakses tanggal 2015-02-09. 
  6. ^ Artikel:"Hendropriyono Jadi Guru Besar Intelijen Pertama di Dunia" di viva.co.id
  7. ^ Artikel:"Jadi 'Mahaguru' Intelijen Pertama di Dunia, Hendropriyono Masuk MURI " di detik.com
  8. ^ "30 Tahun Tragedi Talangsari Lampung Tanpa Pertanggungjawaban". KontraS. 2019-02-08. Diakses tanggal 2019-09-12. 
  9. ^ Matanasi, Petrik. "Mengenang Pembantaian Umat di Talangsari". tirto.id. Diakses tanggal 2019-09-12. 
  10. ^ Artikel:"Hendropriyono, Mobil Nasional, dan Keluarga" di Kompas.com
  11. ^ Artikel:"Didukung Jokowi, Hendropriyono Garap Mobnas Bareng Proton Malaysia" di detik.com
  12. ^ Artikel:"Hendropriyono Gandeng Proton Saat Penjualan Mobilnya Lesu" di cnnindonesia.com
  13. ^ Artikel:"Hendropriyono: Yang Sebut Saya Dimanjakan Jokowi, Mulutnya Busuk!" di Okezone.com
  14. ^ Artikel:"Belajar Bahaya Narkoba di Griya Anti Narkoba Milik AM Hendropriyono" di detik.com
  15. ^ Polemik Hendropriyono. Diakses dari situs berita BBC pada tanggal 14 November 2014
  16. ^ Kasus Talangsari, Hendropriyono: Mereka Bunuh Diri. Diakses dari situs berita Tempo pada 14 November 2014
  17. ^ Allan Nairn: Hendropriyono Mengaku Siap Diadili untuk Pembunuhan Munir. Diakses dari situs PortalKBR pada 14 November 2014
  18. ^ JK Sebut Budi Gunawan dan Hendropriyono Tolak Masuk Kabinet. Diakses dari situs berita Detik pada 14 November 2014
  19. ^ Tibke, Patrick (2 September 2014). "Jokowi's Challenge – Part 3: An end to impunity or same old injustices?". Asian Correspondent. Diakses tanggal 6 September 2014. 
  20. ^ Aritonang, Margareth S. (11 August 2014). "Controversial Hendropriyono gets transition team support". The Jakarta Post. Diakses tanggal 6 September 2014. 
  21. ^ Osman, Nurfika (10 September 2011). "WikiLeaks US Cables Point to BIN Role in Munir Murder". Jakarta Globe. Diakses tanggal 6 September 2014. 
  22. ^ Aritonang, Margareth S. (26 August 2014). "Jokowi-Kalla aims to set up human rights court". The Jakarta Post. Diakses tanggal 6 September 2014. 

Pranala luar

Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Arie J. Kumaat
sebagai Ka BAKIN
Kepala Badan Intelijen Negara
2001–2004
Diteruskan oleh:
Syamsir Siregar
Jabatan politik
Didahului oleh:
Siswono Yudohusodo
Menteri Transmigrasi dan
Pemukiman Perambah Hutan

1998–1999
Diteruskan oleh:
Al Hilal Hamdi
sebagai Menteri Negara Transmigrasi
dan Kependudukan
Jabatan militer
Jabatan baru Komandan Kodiklat TNI−AD
1994–1996
Diteruskan oleh:
Achfas Mufti
Didahului oleh:
Kentot Harseno
Panglima Kodam Jaya
1993–1994
Diteruskan oleh:
Wiranto