Bundo Kanduang

Revisi sejak 15 Februari 2021 13.58 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Bundo Kanduang (diterjemahkan secara kasar ke dalam bahasa Indonesia sebagai Bunda Kandung) adalah personifikasi suku bangsa Minangkabau sekaligus julukan yang diberikan kepada perempuan yang memimpin suatu keluarga dalam Minangkabau baik sebagai ratu maupun selaku ibu dari raja (ibu suri). Di masyarakat Minangkabau, sebutan bundo kanduang dilekatkan pada seorang perempuan yang sudah berkeluarga yang memiliki karisma karena kecerdasan, kearifan serta sifatnya yang arif bijaksana.[1]

Berkas:Ilustrasi Bundo Kanduang.jpg
Ilustrasi Bundo Kanduang Minangkabau.

Etimologi

Secara harfiah Bundo Kanduang berarti ibu sejati atau ibu kanduang tetapi secara makna Bundo Kandung adalah pemimpin wanita di Minangkabau, yang menggambarkan sosok seorang perempuan bijaksana yang membuat adat Minangkabau lestari semenjak zaman sejarah Minanga Tamwan hingga zaman adat Minangkabau.

Gelar ini diwariskan secara turun-menurun di Minangkabau dan dipilih pada lembaga Bundo Kanduang Sumatra Barat. Istri seorang Datuk kadang-kadang juga disebut sebagai Bundo Kanduang untuk tingkat klan atau suku.

Sejarah

Sebagian pendapat menyatakan bahwa gelar ini pertama kali diberikan kepada Dara Jingga, seorang putri dari raja Tribuanaraja Mauliawarmadewa yang dinikahi oleh seorang bangsawan Kerajaan Singasari pada waktu ekspedisi Pamalayu tetapi pendapat ini tidak mempunyai bukti yang kuat.

Di Lunang, Pesisir Selatan Sumatra Barat sekarang, keturunan Bundo Kanduang dipanggil sebagai Mande Rubiah yang sudah merupakan turunan ke-7. Sementara itu di Kabupaten Lebong, Renah Sekalawi, seluruh rakyat suku VIII dan suku IX menuliskan dalam tembo-tembonya secara turun temurun nama rajo mudo yang bermenantukan kemenakannya Dang Tuanku Sutan Remendung sebagai menantunya dengan menikahi putrinya Puti Bungsu setelah melewati pertempuran dengan Imbang Jayo dalam kisah Cindur Mato.Saat ini keturunan Sutan Remendung sudah mencapai urutan ke 22 dan 23 yang tercatat di suku VIII dan suku IX [2]

Bundo Kanduang di dalam Kaba Cindua Mato

Dalam kaba Cindua Mato, Bundo Kanduang adalah seorang ratu yang memerintah di Kerajaan Pagaruyung, mempunyai seorang putra bernama Sutan Rumandung bergelar Dang Tuanku. Ia mempunyai seorang adik laki-laki bergelar Rajo Mudo yang memerintah di daerah rantau timur Minangkabau direnah sekalawi (sekarang kab.lebong) Dan ia mempunyai seorang keponakan (anak dari adik perempuannya bernama Cindua Mato).

Ia naik tahta menjadi raja sepeninggal ayahnya sementara itu saudara laki-lakinya bukanlah figur yang cocok untuk menjadi raja. Diduga ia memerintah di saat terjadinya kevakuman di Pagaruyung (periode sekitar abad 15 - 16). Akibat serangan dari kerajaan di Timur, ia sekeluarga menyingkir ke arah barat daya Pagaruyung yaitu ke Inderapura atau Lunang.Dan menetap disana, dalam pelariannya Sultan Rumandung mempunyai dua anak Sutan Sarduni dan Putri Sariduni.

Tokoh Bundo Kanduang

Rohana Kudus dan Rahmah El Yunusiyyah juga dijuluki sebagai Bundo Kanduang karena ketokohan dan perjuangannya.

Referensi

  1. ^ Arifin Zainal (2013). "Bundo Kanduang: (hanya) Pemimpin di Rumah (Gadang)". Antropologi Indonesia. 34 (2): 125. ISSN 1693-167X. 
  2. ^ Indah Sari Kencanawati (2009). Baso Jang Te. Tiga Serangkai. 

Pranala luar