Sunan Giri

penyebar agama Islam di Indonesia
Revisi sejak 18 Februari 2021 03.46 oleh Almarko (bicara | kontrib) (Konten dan Referensi)

Susuhunan Ing Giri I, Prabhu Satmata Maulana Muhammad Ainul Yaqin Azmatkhan adalah seorang Walisongo, pendiri Kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Giri Kedaton kemudian menjadi pusat penyebaran Agama Islam di Jawa dengan pengaruh sampai Pulau Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Ia lahir di Blambangan tahun 1442, dan dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik

Kangjeng Susuhunan
Giri I (ꦏꦔꦁ​ꦱꦸꦤꦤ꧀​ꦒꦶꦫꦶ​꧇꧑)
Lukisan Sunan Giri
Nama asalꦫꦝꦺꦤ꧀​ꦥꦏꦸ
PelafalanRadhen Paku
LahirRaden Paku
1442 M
Kerajaan Blambangan
Meninggal1506 M
Makam Sunan Giri Kebomas, Gresik
Nama lainRaden Paku
Prabu Satmata
Sultan Abdul Faqih
Sayyid Muhammad 'Ainul Yaqin
Joko Samudro
ZamanMajapahit, Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon
OrganisasiWalisongo
GelarKangjeng Susuhunan Giri
Orang tua
KeluargaWangsa Azmatkhan


Berkas:Komplek pemakaman Sunan Giri.jpg
Pemakaman Sunan Giri
Tangga dan candi bentar masuk ke pemakaman Sunan Giri pada tahun 1932

Silsilah

  1. Muhammad
  2. Ummu Abiha, Fatimah Az-Zahra
  3. Husain, Syahid di Karbala
  4. Ali Zainal Abidin As Sajad
  5. Muhammad Al Baqir
  6. Ja'far Ash Shadiq
  7. Ali Al Uraidhi
  8. Muhammad An Naqib
  9. Isa Ar Rumi
  10. Ahmad Al Muhajir Ilallah, Hijrah dari Basra ke Hadramaut
  11. Ubaidillah
  12. Alawi, leluhur Bani Alawi
  13. Muhammad Shahib Shaumah
  14. Alawi
  15. Ali Khali' Qasam
  16. Muhammad Shahib Mirbath
  17. Alawi Amil Faqih
  18. Abdul Malik Azmatkhan
  19. Abdullah Azmatkhan
  20. Ahmad Syah Jalaluddin
  21. Husain Jamaluddin
  22. Ibrahim Zainuddin/Ibrahim Asmoroqondi, wafat di Tuban
  23. Maulana Ishaq
  24. Muhammad Ainul Yaqin

Sedangkan dari garis ibu, adalah sebagai berikut.

  1. Hayam Wuruk
  2. Bhre Wirabhumi, putra dari selir
  3. Menak Sambuyu, penguasa Kerajaan Blambangan
  4. Dewi Sekar Dadu
  5. Muhammad Ainul Yaqin

Sedangkan menurut data Syarif Adnan yang diceritakan ketika deklarasi NAAT[1][2] adalah sebagai berikut:

  1. Rasulullah
  2. Fatimah dan Ali
  3. Hasan
  4. Hasan
  5. Abdullah as-Shaleh
  6. Musa al-Jun
  7. Abdullah ats-Tsani
  8. Musa ats-Tsani
  9. Dawud
  10. Muhammad al-Akbar
  11. Yahya az-Zahid
  12. Abi Sholeh Musa Jankidausat (Persia: جنكى دوست Jankidost)
  13. Abdul Qadir[3]
  14. Shalih
  15. Abdul Jabbar

Keturunan

Keturunan

(Dari; Dewi Murtasiah binti Sayyid Ahmad Rahmatullah)

  1. (Sayyid) Raden Ali alias Sunan Kulon atau Panembahan Kulon, leluhur KH. Maimun Zubair[4] dan konon keluarga Sosrokartono[5].
  2. Sunan Tegal Wangi
  3. Nyai Ageng Selo Luhur
  4. Nyai Ageng Sawo
  5. Nyai Pangeran Kukusan
  6. (Sayyid) Raden Zainal Abidin alias Sunan Giri II atau Sunan Dalem Wetan, yang menurunkan para Raja Giri. Pula leluhur KH. Masbuhin Faqih[6], KH. Muhammad Dhiyauddin Kuswandi dan ibunda KH. Usman bin Nadi Al Ishaqi[7].
  7. Pangeran Sedo Timur
  8. Nyai Pangeran Pasir Bata
  9. Pangeran Kidul Ardi Pandan

(Dari; Dewi Wardah binti Ki Ageng Bungkul)

  1. Dewi Ragil[8][9]

Riwayat

Menurut Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo, Sunan Giri nama aslinya Raden Ainul Yakin. Sebutan lainnya Raden Paku. Dia ini raja sekaligus guru suci alias ulama. Gelarnya Prabu Satmata, pemberi legitimasi raja yang naik tahta. Juga mengembangkan dakwah Islam ke nusantara hingga Banjar, Kutai, Gowa, Nusa Tenggara, dan Maluku lewat armada kapal dagangnya.

Sumber Babad Tanah Jawi menyebut nama ayahnya Maulana Ishak. Tapi serat Walisana yang ditulis Sunan Giri II, anaknya, menyebut ayahnya Sayid Yakup yang bergelar Pangeran Raden Wali Lanang.

Nama ibunya menurut Babad Tanah Jawi adalah Dewi Sekardadu. Dalam serat Walisana namanya Retno Sabodi. Begitu juga nama kakek dari pihak ibu, Babad Tanah Jawi menyebut Prabu Menak Sembuyu. Namun Walisana mencatat namnya Prabu Sadmuddha.

Meski terdapat perbedaan nama di kedua buku ini, tapi alur ceritanya sama. Yakni jalur keturunan dari pihak ibu dari raja Blambangan yang Hindu. Maulana Ishak alias Syaikh Wali Lanang konflik dengan mertuanya lalu pergi meninggalkan istana saat istrinya, Dewi Sekardadu alias Retno Sabodi hamil.

Ketika Dewi Sekardadu melahirkan terjadi wabah besar melanda Blambangan. Raja Blambangan menduga, wabah itu terjadi karena kelahiran cucu laki-lakinya itu. Bayi ini dianggap pembawa sial. Karena itu harus dijadikan tumbal alias dikurbankan dengan dilarung ke lautan untuk mengusir wabah.

Keranjang bayi yang terapung di lautan ditemukan awak kapal milik Nyai Pinatih, saudagar kaya dari Gresik. Saat itu kapalnya berlayar ke Bali. Jabang bayi itu lalu diasuh Nyai Pinatih dinamai Joko Samudro. Kisah Sunan Giri dikorbankan untuk penolak wabah menjadi titik tolak yang mengubah sejarah hidupnya.

Setelah cukup umur Joko Samudro dikirim belajar ke pesantren Ampeldenta. Namanya kemudian populer disebut Raden Paku. Di pesantren ini berkawan akrab dengan Raden Makhdum Ibrahim, putra Sunan Ampel.

Dalam Babad Tanah Jawi dikisahkan dua anak muda ini dalam perjalanan haji ke Makkah mampir ke Aceh menemui Maulana Ishak. Di sini keduanya belajar ilmu keislaman dan tasawuf.[10]

Dakwah dan kesenian

Babad Tanah Jawi dikisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji. Namun, keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak, ayah kandung Raden Paku. Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman, termasuk ilmu tasawuf. Di dalam sumber yang dicatat pada silsilah Bupati Gresik pertama bernama Kyai Tumenggung Pusponegoro, terdapat silsilah tarekat Syathariyah yang menyebut nama Syaikh Maulana Ishak dan Raden Paku Sunan Giri sebagai guru Tarekat Syathariyah, yang menunjuk bahwa aliran tasawuf yang diajarkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah Tarekat Syathariyah.udian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.

Raja Pandita

Widji Saksono dalam Mengislamkan Tanah Jawa menyebut personal walisongo punya fungsi-fungsi tertentu sesuai keahliannya. Sunan Ampel sebagai guru ketua, Sunan Giri jaksa kepala, Sunan Ngudung sebagai panglima, Sunan Kudus sebagai panglima, Sunan Bonang sebagai ilmu keagamaan, Sunan Kalijaga sebagai diplomat.

Setelah Sunan Ampel wafat, kepemimpinan diserahkan kepada Sunan Giri. Posisi Sunan Giri sangat kuat di bidang politik dan agama sehingga mendapat sebutan Pandita Ratu.

Konon dia menyusun peraturan tata praja, pengadilan di Kesultanan Demak.

Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Sunan Giri Malang dalam Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri menemukan, model pesantren merupakan pendidikan Islam yang dikembangkan Sunan Giri.[11]

Pranala luar

Lihat juga

Gelar kebangsawanan
Jabatan baru Kedatuan Giri
1481–1506
Diteruskan oleh:
Sunan Dalem
  1. ^ Iqbal, Muhammad. "Ulama Maroko Kunjungi Pesantren di Jatim, Melantik NAAT Hingga ke PBNU | TIMES Indonesia". www.timesindonesia.co.id. Diakses tanggal 2021-02-18. 
  2. ^ "Nasab Pancer/Sayyid KH Maimun Zubair melalui sunan giri al hasani". Santri Qiraati. 2019-08-07. Diakses tanggal 2021-02-18. 
  3. ^ Syadzarat Adz-Dzahab (4/198) oleh Ibnul Imad Al-Hanbaly)
  4. ^ Al Bantani Al Husaini, TB. Muhammad Nur Fadhil Satya Tirtayasa (7 Agustus 2019). "Silsilah Nasab Mbah Maimoen sampai kepada Rasulullah Saw". Bangkit Media. 
  5. ^ Zamzami, Fitriyan. "Benarkah RA. Kartini seorang Syarifah". 
  6. ^ "Biografi KH Masbuhin Faqih". Laduni.id. 
  7. ^ "Biografi Hadratussyaikh KH M Usman bin Nadi Al Ishaqi". Laduni.id. 
  8. ^ Abdussalam, Muhsin. "SILSILAH SUNAN GIRI DAN ANAK ANAKNYA". Blog Bani Batokolong. 
  9. ^ 1.      Manuskrip Sendeng PP Al Ihsani 2.      Manukrip Tamba Agung PP sabilul Muhtadin 3.      Kitab Silsilah yayasan Sunan Cendana 4.       Kitab Silsilah Morombuh 5.      Serat Wali sana sunan dalem 6.      Serat Panengan Tepas dalem Jogja 7.      Serat syekh Humam Malaka
  10. ^ "Kisah Sunan Giri dikorbankan untuk menolak wabah". 
  11. ^ "Kisah Sunan Giri dikorbankan untuk menolak wabah". PWMU.