Sujiwo Tejo

pemeran dan budayawan Indonesia
Revisi sejak 18 Februari 2021 03.51 oleh 36.72.219.197 (bicara) (sepam] situs komunitasbambu.id)

Agus Hadi Sudjiwo (lahir 31 Agustus 1962) atau lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia pernah mengikuti kuliah di ITB, namun kemudian mundur untuk meneruskan karier di dunia seni yang lebih disenanginya[1][2]. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang[3][4]. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".

Sujiwo Tedjo
Informasi latar belakang
Lahir31 Agustus 1962 (umur 61)
AsalIndonesia Jember, Indonesia
PekerjaanPenyanyi, Aktor, Penulis, Pemusik, Dalang, Sutradara
Situs webhttp://sujiwotejo.com/

Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia sering kali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya[5].

Kiprah seni

Kuliah di jurusan Matematika masuk tahun 1980 dan jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, hasrat berkesenian Sujiwo mulai berkembang. Saat itu Sujiwo Tejo menjadi penyiar radio kampus, main teater, dan mendirikan Ludruk ITB bersama budayawan Nirwan Dewanto. Sujiwo Tejo juga menjabat Kepala Bidang Pedalangan pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1981-1983 dan pernah membuat hymne jurusan Teknik Sipil ITB pada Orientasi Studi tahun 1983.

Sujiwo Tejo yang mendalang wayang kulit sejak anak-anak, mulai mencipta sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang dengan judul Semar Mesem (1994). Ia juga menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia tahun 1996, disusul wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon Bisma Gugur. Pergumulannya dengan komunitas Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI), memberinya peluang untuk mengembangkan dirinya secara total di bidang kesenian. Selain mengajar teater di EKI sejak 1997, Sujiwo Tejo juga memberikan workshop teater di berbagai daerah di Indonesia sejak 1998. Berlanjut pada tahun 1999, Tejo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang. Tujuannya adalah untuk memberi napas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat masa kini. Bahkan pada tahun 2004, Sujiwo Tejo mendalang keliling Yunani.

Pada tahun 1998, Sujiwo Tejo mulai dikenal masyarakat sebagai penyanyi (selain sebagai dalang) berkat lagu-lagunya dalam album Pada Suatu Ketika. Video klip "Pada Suatu Ketika" meraih penghargaan video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999, dan video klip lainnya merupakan nominator video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000. Kemudian diikuti labum berikutnya yaitu Pada Sebuah Ranjang (1999), Syair Dunia Maya (2005), dan Yaiyo (2007).

Selain ndalang, Sujiwo Tejo juga aktif dalam menggelar atau turut serta dalam pertunjukan teater. Antara lain, membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu, 1999. Sujiwo Tejo juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk Lovers and Liars di Balai Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004. Selain teater, Sujiwo Tejo juga bermain dan menjadi sutradara film.

Sujiwo Tejo juga menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul Battle of Love-when love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Hasil pertunjukan karya bersama Rusdy Rukmarata (sutradara & koreografer) dan Sujiwo Tejo (komposer musik) akan digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.Sujiwo Tejo juga menyutradarai drama musikal yang berjudul 'Pangeran Katak dan Puteri Impian' yang digelar di Jakarta Convention Center tanggal 1 dan 2 Juli 2006[6].

Diskografi

Album studio

Album kompilasi

Filmografi

sebagai aktor

sebagai sutradara

Sinetron

Buku

  • Kelakar Madura buat Gus Dur (Yogyakarta, Lotus, 2001)
  • Dalang Edan (Aksara Karunia, 2002)
  • The Sax (Eksotika Karmawibhangga Indonesia, 2003)
  • Ngawur Karena Benar (Penerbit Imania, Februari, 2012)
  • Jiwo Jancuk (GagasMedia, Juni 2012)
  • Lupa Endonesa (Bentang, September 2012)
  • Republik Jancukers (Kompas, Desember 2012)
  • Dalang Galau Ngetwit (Imania, Februari 2013)
  • Kang Mbok: Sketsa Kehidupan Sri Teddy Rusdy (Komunitas Bambu, Desember 2013)
  • Lupa Endonesa Deui (Bentang Pustaka, Januari 2014)
  • Rahvayana 'Aku Lala Padamu' (Bentang Pustaka, Mei 2014)
  • Rahvayana 'Ada yang Tiada' (Bentang Pustaka, Februari 2015)
  • Serat Tripama Gugur Cinta di Maespati (Bentang Pustaka, Maret 2016)
  • Balada Gathak Gathuk (Bentang Pustaka, April 2016)
  • Lupa 3ndonesa (Bentang Pustaka, Agustus 2016)
  • Tuhan Maha Asyik (Pustaka Imania, November 2016)
  • Serat Tripama #2: Kumbakarna (Bentang Pustaka, Maret 2017)
  • Sabdo Cinta Angon Kasih (Bentang Pustaka, November 2018)
  • Talijiwo (Bentang Pustaka, Februari 2018)
  • Senandung Talijiwo (Bentang Pustaka, Mei 2019)
  • Tembang Talijiwo (Diva Press, Maret 2020)
  • Tuhan Maha Asyik 2 (Pustaka Imania, Maret 2020)

Pranala luar

Referensi