Kereta rel listrik Tokyo Metro seri 5000

tipe kereta api di Indonesia

Kereta rel listrik Tōkyō Metro seri 5000 (東京地下鉄5000系, Tōkyō Chikatetsu 5000-kei) adalah kereta rel listrik buatan Jepang yang sekarang beroperasi di lintas Commuter Jabodetabek sejak tahun 2006 hingga 2020. KRL ini diproduksi oleh Nippon Sharyo, Kawasaki Heavy Industries, Kinki Sharyo, Tokyu Car Corporation, dan Teikoku pada tahun 1964 dan juga merupakan seri KRL pertama yang beroperasi di jalur Tokyo Metro Tozai Line sejak awal pembukaannya pada tahun yang sama. Sejumlah 12 rangkaian dari KRL ini juga dibeli oleh Toyo Rapid Railway pada tahun 1995 untuk diubah menjadi KRL Tōyō Rapid seri 1000.[1]

KRL Tokyo Metro seri 5000
KRL Tokyo Metro 5817F formasi 10 kereta di Stasiun Bogor
PembuatTokyu Car Corporation
Kinki Sharyo
Teikoku
Kawasaki Heavy Industries
Digantikan olehTokyo Metro 05/05N
Tahun pembuatan1964-1981
Mulai beroperasiTokyo Metro (1964-2014)
KRL Jabodetabek (2006-2020)
Tahun diafkirkan2005-2007, 2014 (Jepang)
Formasi3, 10 kereta per set (Jepang)
10 kereta per set (Indonesia)
OperatorTokyo Metro
PT KAI Commuter Jabodetabek
JalurTokyo Metro Tōzai Line
KA Commuter Jabodetabek
Data teknis
Bodi keretaStainless Steel
Alumunium Alloy
Panjang kereta20.000 mm
Lebar2.870 mm
Tinggi4.145 mm
Pintu4 pintu di setiap sisi
Kecepatan maksimum100 km/jam
Percepatan3,5 km/h/s
Perlambatan4,0 km/h/s (normal)
5,0 km/h/s (darurat)
Sistem traksiResistor Control
Motor traksi: Mitsubishi MB-3088A
Daya mesin3,200 kW (8M2T)
TransmisiStatic Inverter (SIV)
Unit pembangkitListrik Aliran Atas (LAA)
HVACCU-764
BogieFS-502, FS-502, FS-502A
Rem keretaElectromagnetic Direct Brake (HSC-D)
Sistem keselamatanWS-ATC, CS-ATC, ATS-B, ATS-P, Deadman Pedal
Alat perangkaiShibata Coupling
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)

Pada masa pengoperasiannya di Jepang, KRL ini berdinas di jalur Tokyo Metro Tozai Line dan sering pula meneruskan perjalanan ke jalur East Japan Railway (JR East) Chuo-Sobu Line sebagai Local (layanan lokal) dan ke jalur Toyo Rapid Railway sebagai layanan lokal, Rapid (setara dengan layanan ekspres di Indonesia), Commuter Rapid (layanan ekspres khusus komuter) dan Tōyō Rapid (layanan ekspres khusus yang melayani Tozai Line dan jalur Tōyō Rapid dalam sekali perjalanan). KRL ini juga sempat beroperasi di jalur Tokyo Metro Chiyoda Line hingga dekade 80-an.

KRL ini bersama dengan KRL Toyo Rapid seri 1000 oleh pecinta kereta api di Indonesia dijuluki "Piyuts" yang berasal dari suara remnya yang khas.

Sejarah

Pengoperasian di Jepang (1964-2014)

KRL ini dibangun pada tahun 1964 dan dioperasikan oleh Teito Rapid Transit Authority (TRTA Subway, kini Tokyo Metro), pembuatannya dilakukan oleh Nippon Sharyo, Tokyu Car Corporation, Kinki Sharyo, Teikoku Sharyo, dan Kawasaki Heavy Industries di Jepang. KRL ini terdiri dari dua jenis, yaitu yang berbodi stainless steel dan aluminium. Pada awal masa operasionalnya di Tokyo Metro Tozai Line, KRL ini belum menggunakan pendingin udara, tetapi pada tahun 80-90-an KRL ini mulai dipasangi pendingin udara dan pada tahun 1995, sejumlah 12 rangkaian KRL ini mengalami modifikasi menjadi KRL Toyo Rapid 1000 milik Tōyō Rapid Railway.

Keberadaan KRL ini mulai tergeser seiring waktu dengan diluncurkannya KRL Tokyo Metro seri 05 dan 05N, di mana produksi KRL seri 05N ini selesai pada tahun 2004 dan membuat KRL seri 5000 pun semakin tergeser posisinya. Selain itu, untuk menggantikan KRL seri 5000 yang tersisa, Tokyo Metro mendatangkan KRL Tokyo Metro seri 07 dari jalur Tokyo Metro Yurakucho Line. KRL ini pensiun pada tahun 2006, dan penarikan KRL ini dari Tozai Line bersamaan dengan KRL Tōyō Rapid seri 1000 yang juga pensiun karena KRL tersebut pada dasarnya adalah modifikasi dari Tōkyō Metro 5000 dan tergantikan oleh Tōyō Rapid seri 2000.

Akhirnya, sisa rangkaian yang masih utuh diboyong ke Indonesia dan tersisa 2 rangkaian di Jepang dengan rincian 3 kereta per set dan dijalankan di jalur Tokyo Metro Chiyoda Branch Line untuk melayani perjalanan KA jalur cabang antara Stasiun Ayase dan Stasiun Kita-Ayase. Sejak tahun 2014, KRL tersebut telah digantikan oleh sisa KRL Tokyo Metro seri 05 yang tidak diboyong ke Indonesia dan dirucat, dengan formasi 3 kereta dalam 1 rangkaian.

Pengoperasian di Indonesia (2007-2020)

KRL ini dioperasikan di Indonesia sejak tahun 2007, bersama dengan Toyo Rapid seri 1000. Indonesia merupakan satu-satunya pengguna kereta ini di luar Jepang. Meskipun aslinya KRL ini terdiri dari 10 kereta dalam 1 rangkaiannya, namun karena keterbatasan panjang peron KRL ini diperpendek menjadi 8 kereta dalam 1 rangkaiannya. Akhirnya, 2 kereta sisa yang tidak digunakan dari masing-masing rangkaian disimpan dan menjadi donor suku cadang sebelum akhirnya ditumpuk di Stasiun Purwakarta, bersama kereta-kereta sisa dari rangkaian Toyo Rapid seri 1000.

Sejak awal kedinasannya, KRL ini berdinas di seluruh lintas di Jabodetabek, namun KRL ini lebih sering berdinas di Bogor, Bekasi, dan juga lintas Serpong-Parungpanjang, meskipun saudaranya seri 1000 lebih sering melayani lintas Bekasi. Setelah penyeragaman layanan KRL (dimana layanan Ekspres dihapuskan dan layanan Commuter Line yang pada dasarnya sama seperti Ekonomi AC dijadikan layanan standar untuk KRL di Jabodetabek), KRL ini melayani perjalanan Commuter Line di semua lintasan Jabodetabek.

Seiring dengan menuanya kereta ini, rangkaian 5816F pun pensiun pertama kali pada tahun 2014 untuk menjadi sumber suku cadang mengingat kondisi KRL yang tua menyebabkan KRL ini tidak luput dari kanibalisasi komponen dan suku cadang. Sejak 2015, biasanya KRL ini juga lebih sering beroperasi di jalur Jatinegara-Bogor/Depok mengingat di jalur Bogor/Depok/Bekasi-Jakartakota perannya telah tergeser oleh KRL JR East 205.

Pensiunnya KRL ini berlanjut dengan pensiunnya rangkaian 5809F dan pada akhirnya hanya rangkaian 5817F yang tersisa hingga sekarang. Sebelumnya, rangkaian 5817F sempat menghilang pada bulan September lalu dan dirumorkan sudah pensiun dari dinasnya di Indonesia, namun ini merupakan kepanikan sesaat karena pada 10 Oktober lalu, rangkaian 5817F sudah berdinas kembali dengan roda baru[2]. Akhirnya, karena perannya sudah tergeser oleh KRL JR East 205, dan juga karena usianya sudah tua, 5817F akhirnya berhenti beroperasi pada Januari 2020[3].

Livery

Livery di Jepang (1964-2006)

Berkas:Eidan 5000 Series Set 5836F.jpg
Rangkaian 5836F, yang kemudian dimodifikasi sebagai Toyo Rapid seri 1000 set 1060F.

Sejak awal beroperasinya, KRL Tokyo Metro seri 5000 menggunakan livery garis biru pada saat beroperasi di jalur Tozai Line dan garis hijau di jalur Chiyoda Line/Chiyoda Branch Line. Pada bagian kanan atas terpasang logo Teito Rapid Transit Authority, pendahulu dari Tokyo Metro. Sejak 1 April 2004 logo TRTA/Eidan tersebut diganti dengan logo Tokyo Metro hingga KRL ini berhenti beroperasi pada tahun 2006 dari jalur Tozai Line dan 2014 dari jalur Chiyoda Branch Line.

Livery di Indonesia (2006-2020)

Tidak seperti KRL Toyo Rapid seri 1000 yang mempertahankan livery asalnya sejak awal beroperasi di lintas Jabodetabek, KRL Tokyo Metro seri 5000 menggunakan livery baru, hijau-kuning untuk menggantikan livery garis biru yang digunakan di Jepang. Selain itu, seluruh KRL seri 5000 ini juga ditempel dengan logo Divisi Jabotabek pada bagian depan dan samping kereta, sementara logo Tokyo Metro yang ada pada bodi samping tetap dipertahankan. Sejak tahun 2010-an ke atas, KRL ini berganti livery menjadi livery biru-kuning, dan logo Divisi Jabodetabek pun dilepas seiring waktu, berganti dengan logo PT KAI yang baru. Khusus untuk rangkaian 5816F, rangkaian ini menggunakan logo "Djoko Vision" untuk menandakan KRL ini sebagai KRL yang diujicoba menggunakan layar display untuk memberikan informasi kepada penumpang.

Sejak tahun 2016, dua rangkaian yang tersisa, yaitu 5809F dan 5817F berganti warna menjadi warna khas KRL KCI, yaitu merah-kuning, bersamaan dengan saudaranya, Toyo Rapid seri 1000. Kemudian seiring waktu KRL ini juga dipasang logo PT Kereta Commuter Indonesia.

Susunan rangkaian

Susunan KRL Tokyo Metro seri 5000 yang beroperasi di jalur Tōzai Line dan Tōyō Rapid Line adalah sebagai berikut:

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penomoran KuHa 5100 MoHa 5300 MoHa 5600 MoHa 5300 MoHa 5600 SaHa 5200 MoHa 5300 MoHa 5600 MoHa 5300 KuMoHa 5000
Penomoran Lainnya MoHa 5100 SaHa 5900
Kodifikasi TC M1 M2 M1 Mc2 Tc M1 M2 M1 MC2

Sementara, formasi Tokyo Metro seri 5000 yang beroperasi di jalur Chiyoda Branch Line adalah sebagai berikut:

Nomor 1 2 3
Penomoran KuHa 5900 MoHa 5400 KuMoHa 5100
Kodifikasi TC M1 MC2

Nomor rangkaian

  • 5809F
  • 5816F
  • 5817F

Keterangan:

  • Rangkaian 5809F saat ini tidak beroperasi dan disimpan di Depo Depok
  • Rangkaian 5816F sudah tidak lagi beroperasi dan ditanahkan di Stasiun Cikaum
  • Rangkaian 5817F saat ini sudah tidak lagi beroperasi dan disimpan di Stasiun Depok Baru

Daftar rangkaian

Daftar rangkaian KRL seri 5000
  Susunan rangkaian
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5809F 5809 5312 5631 5314 5607 5215 5313 5009 - -
5816F 5816 5245 5630 5363 5688 5905 5326 5016 - -
5817F 5817 5246 5632 5359 5127 5927 1092
(5258)
1093
(5639)
5251 5017

Catatan:

  • Rangkaian 5809F memiliki formasi asli 5809-5312-5675-5314-5607-5215-5313-5676-5326-5009. 5675 dilepas dan ditukar dengan 5631 dari 5816F, 5676 dilepas, 5326 digunakan pada 5816F.
  • Rangkaian 5816F memiliki formasi asli 5816-5245-5630-5363-5688-5905-5246-5631-5247-5016. 5246 digunakan pada 5817F, 5631 digunakan pada 5809F, 5247 dilepas. Sudah tidak beroperasi dan ditanahkan di Stasiun Cikaum.
  • Rangkaian 5817F memiliki formasi asli 5817-5248-5632-5359-5127-5927-5250-5634-5251-5017. 5248 dilepas dan ditukar dengan 5246 dari 5816F, 5250 dan 5634 dilepas.

Kontroversi

KRL ini bersama dengan KRL Tōyō Rapid 1000 diketahui sebagai barang hasil korupsi yang dilakukan oleh Soemino Eko Saputro (mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian). Pada saat KRL ini tiba di Indonesia, dia mengatakan bahwa KRL Toyo Rapid 1000 dan Tokyo Metro 5000 adalah hibah dari Tōyō Rapid Railway dan Tōkyō Metro, tetapi kenyataannya KRL ini adalah hasil dari pembelian secara terselubung oleh Kementerian Perhubungan, dan anehnya KRL ini dibeli dari tempat pemotongan besi tua (scrapyard), di mana KRL tersebut sebelumnya akan dibesituakan, tetapi karena dibeli oleh Kementerian Perhubungan maka KRL ini akhirnya tidak jadi dibesituakan dan dikapalkan ke Indonesia.

Akibat dari kontroversi ini, publik tidak hanya merasa dibohongi oleh Soemino Eko Saputro, tetapi dia sendiri pun akhirnya diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan dijebloskan ke penjara serta dikenakan denda.[4][5]

Referensi

Pranala luar